Awas, Kasus Penipuan Pakai Deepfake AI Makin Tinggi
Lonjakan kasusnya mencapai 1.540 persen sejak 2022 hingga 2023.
Hasil riset mengungkapkan adanya lonjakan 1.540 persen kasus penipuan menggunakan deepfakce di wilayah APAC sejak 2022 hingga 2023. Risetnya itu berjudul VIDA Where’s The Fraud - Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud.
“Penipuan digital semakin canggih, terutama dengan maraknya penyalahgunaan teknologi AI,” kata Sati Rasuanto, Co-founder dan Presiden VIDA dalam keterangannya, Selasa (29/10).
-
Bagaimana penipu properti memanfaatkan Deepfake AI? Namun, yang muncul dalam video bukanlah pemilik asli. Wanita yang tampak di layar sebenarnya adalah deepfake AI yang dirancang untuk menyamar sebagai seorang wanita yang dilaporkan hilang beberapa tahun lalu.
-
Kenapa banyak yang khawatir dengan AI Generatif 'deepfake'? AI Generatif seperti 'deepfake' telah menjadi senjata baru untuk membuat disinformasi dan hoax yang sangat dikhawatirkan banyak kalangan, termasuk oleh media massa dan pemerintah di banyak negara.
-
Siapa yang menjadi korban penipuan properti AI? Seperti yang dilaporkan oleh NBC Miami via Futurism, Senin (28/10), bulan lalu, skema dimulai ketika seorang wanita yang mengaku sebagai pemilik sebidang tanah kosong menghubungi perusahaan tersebut, menyatakan ingin menjualnya.
-
Apa saja yang dilakukan penipu properti dengan bantuan AI? AI mampu mengumpulkan dan menyintesis data dengan kecepatan yang tidak tertandingi, membuat pekerjaan penipu semakin mudah. 'Mereka hanya menciptakan model AI yang membaca semua catatan publik dan data yang bisa mereka dapatkan. Pengolahan data kini otomatis berkat model AI, dan penyamarannya jauh lebih canggih,' kata Tyler Adams, CEO perusahaan pencegah penipuan transfer uang, CertifID.
-
Apa penipuan yang marak terjadi saat ini? Beredar unggahan di media sosial terkait tawaran pinjaman bagi nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) hanya dengan menghubungi nomor WhatsApp.
-
Apa dampak buruk AI? Kehadiran hantu AI mungkin mengganggu proses berduka alami, sehingga berpotensi berdampak pada kesehatan mental masyarakat.
VIDA menyediakan pendekatan komprehensif untuk pencegahan penipuan dengan menghadirkan VIDA Identity Stack (VIS), solusi menyeluruh untuk menghadapi ancaman penipuan berbasis AI dan mampu menjamin hingga 99.9 persen keamanan transaksi digital melalui berbagai lapisan, antara lain:
Identity Verification (Verifikasi Identitas)
Document Liveness: Mengkonfirmasi keaslian dokumen yang diunggah dalam proses onboarding online.
Face Liveness: Mendeteksi gambar dan video palsu untuk mencegah penipuan.
Income Verification: Menggunakan teknologi AI untuk memverifikasi data pendapatan dengan akurat.
User Authentication (Otentikasi Pengguna)
PhoneToken: Menghubungkan akun Anda (contoh: akun perbankan) dengan ponsel, sehingga transaksi tidak dapat diselesaikan pada perangkat lain. Mengamankan otentikasi dengan memastikan perangkat yang digunakan benar-benar milik Anda.
FaceToken: Mengganti verifikasi SMS dengan pengenalan wajah untuk peningkatan keamanan dan kenyamanan penggunaan.
Fraud Detection (Deteksi Penipuan Digital)
Fraud Scanner: Menggunakan AI dan machine learning tingkat lanjut untuk mendeteksi aktivitas penipuan.
Deepfake Detector: Mengidentifikasi dan mencegah konten deepfake.
Deepfake Shield: Memberikan perlindungan terhadap serangan deepfake secara real-time dan mencegah peretas mengakses kamera perangkat Anda.
VIDA juga menawarkan VIDA Sign platform, termasuk Sign OpenAPI, yang dirancang untuk memfasilitasi penandatanganan dan pemrosesan dokumen dengan jaminan keamanan 99.9%.
Dengan integrasi yang mudah ke dalam sistem yang sudah ada, solusi ini menjadikan VIDA Sign sebagai platform penandatanganan paling aman di Indonesia. Dibangun menggunakan VIDA Identity Stack, solusi ini memastikan keamanan terbaik untuk transaksi digital Anda.
“Kami menyadari bahwa hal terpenting adalah meningkatkan kesadaran dan memberdayakan konsumen secara berkelanjutan. Seiring dengan berkembangnya metode penipuan, solusi kami pun harus terus maju. Kami mengajak konsumen dan pelaku bisnis di Indonesia untuk bekerja sama dalam menghadapi ancaman kejahatan online berbasis AI. Dengan memprioritaskan keamanan, kita dapat membangun sistem keuangan yang lebih inklusif dan tangguh bagi Indonesia,” ujar Sati.