Cerita di Balik Jaket Kulit yang Sering Einstein Gunakan, Pernah Dipakai Buat “Model” Pemotretan
Selain ilmuwan, Albert Einstein dikenal orang dengan sosok yang sederhana. Ketika berpakaian pun, ia nampak begitu apa adanya.
Selain ilmuwan, Albert Einstein dikenal orang dengan sosok yang sederhana. Ketika berpakaian pun, ia nampak begitu apa adanya.
Cerita di Balik Jaket Kulit yang Sering Einstein Gunakan, Pernah Dipakai Buat “Model” Pemotretan
Selain ilmuwan, Albert Einstein dikenal orang dengan sosok yang sederhana. Ketika berpakaian pun, ia nampak begitu apa adanya.
Tak ada simbol glamour dalam penampilannya. Salah satunya adalah jaket kulit tua yang selalu ia kenakan pada pertengahan hingga akhir 1930.
-
Kapan Einstein sering memakai jaket kulit? Jaket ini pertama kali muncul dalam foto sekitar pertengahan tahun 1930-an pada puncak ketenarannya.
-
Mengapa jaket Einstein mahal? Jaket ini sering dipakai oleh Einstein pada pertengahan hingga akhir tahun 30-an. Paling terkenal, dia memakai jaket ini dalam sampul majalah Time, yang menjelaskan bagaimana harganya bisa melonjak sangat tinggi.
-
Apa yang Einstein suka pakai? Salah satu pakaian yang paling sering ia pakai adalah jaket kulit coklat 'Cossack' dari merek Levi’s.
-
Siapakah Albert Einstein? Sosok fisikawan modern yang lahir pada abad ke-20 ini lahir dari keluarga Yahudi sekuler, namun ketika beranjak dewasa ia menghindari label agama tertentu dan menolak tentang keberadaan Tuhan yang bersifat pribadi.
-
Bagaimana foto Einstein dijual? Nah, mengutip DW, pada 2009, salinan asli foto yang Einstein tanda tangani itu berhasil terjual dalam lelang dengan harga USD 74.324 dolar AS atau kira-kira sekitar Rp 1 miliar).
-
Siapa yang memotret Einstein? Mengutip Business Insider, Sabtu (3/2), foto tersebut diambil oleh wartawan foto, Arthur Sasse.
Jaket kulit Levi Strauss warna coklat sering dipakainya. Bahkan jaket itu selalu muncul dalam setiap foto pada rentang waktu tersebut. Termasuk saat dirinya menjadi “model” cover majalah bergengsi Time.
Jaket kulit warna coklat tersebut sekaligus menjadi saksi sejarah pakaian pertamanya saat saat pindah ke Amerika Serikat. Melarikan diri dari kepungan Nazi di Jerman.
Pada tahun 1930-an, pakaian ini menjadi pakaian pokok dalam lemari pakaian minimalisnya dan menjadi bagian dari penampilan khasnya - tanpa kaus kaki, rambut panjang, dan jaket kulit.
Leopold Infeld, salah satu rekan Einstein dari Universitas Princeton bercerita, antara tahun 1936 dan 1938, pilihan pakaian Einstein adalah tentang menjaganya agar tetap sederhana.
"Idenya adalah untuk membatasi kebutuhannya dan dengan pembatasan ini, ia menganggap dapat meningkatkan kebebasannya. Kita adalah budak dari jutaan hal. Einstein mencoba untuk menguranginya hingga batas minimum,"
Leopold Infeld, salah satu rekan Einstein dari Universitas Princeton.
"Rambut panjang meminimalkan kebutuhan akan tukang cukur. Kaus kaki bisa dilakukan tanpanya. Satu jaket kulit memecahkan masalah mantel selama bertahun-tahun,” tambah Infeld.
Jaket Berbau Khas
Karena pemakaian rutin tersebut, rupanya jaket tersebut masih berbau khas Einstein. Menurut pengelola barang Antik dari Christie, Thomas Venning, bau khas yang menempel pada jaketnya karena kebiasaan ilmuwan Fisika ini.
“Einstein adalah seorang perokok pipa. Yang mengherankan, 60 tahun setelah kematiannya, jaketnya masih berbau asap,” kata Thomas Venning dari Christie dikutip ScienceAlert, Jumat (12/1).
Namun hal ini tidak membuat pembeli kecewa karena jaket tersebut terjual pada 2016 seharga USD146.744 (Rp 2 miliar jika dirupiahkan sekarang) di lelang jauh di atas perkiraan awal sebesar USD79.680 (Rp 1,2 miliar jika dirupiahkan sekarang).