Data Center ini klaim paling hemat energi

Merdeka.com - Artikel ini dipersembahkan oleh Merdeka dan Schneider Electric.

Pertambahan populasi penduduk dapat memicu meningkatnya kebutuhan energi. Eskalasi permintaan energi tak cukup dipenuhi dengan hanya mengandalkan sumber dari fosil. Tapi perlu mendapat dukungan dari energi terbarukan.

Indonesia sebenarnya memiliki sumber energi terbarukan yang tersedia di atas dan di dalam perut bumi. Misalnya, sumber tenaga surya, biogas, panas bumi, tenaga angin, tenaga air dan energi terbarukan lainnya. Dilansir oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi energi surya di Indonesia mencapai 4.8 KWh/m² atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang baru dimanfaatkan hanya sekitar 10MWp saja. Padahal, pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber energi alternatif bisa mengatasi krisis energi. Cahaya matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik.

Selain sinar matahari, sumber energi potensial lainnya adalah panas bumi. Namun, untuk menghasilkan energi, pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya membutuhkan area seluas antara 0,4-3 hektar. Sehingga menimbulkan kecemasan masyarakat mengenai dampak lingkungan eksploitasi panas bumi, terutama isu penebangan hutan di daerah yang berpotensi panas bumi.

Saat ini, penggunaan energi secara berlebihan masih terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia. Padahal perilaku tersebut dapat memicu terjadinya perubahan iklim. Maka dibutuhkan perubahan paradigma dalam penggunaan energi.

Pelaku bisnis adalah salah satu pihak yang harus mulai menggalakkan dengan lebih bijak dalam menggunakan energi. Sekarang semakin banyak operator data center menghabiskan waktu dan sumber daya untuk mencari energi terbarukan sebagai sumber tenaga untuk fasilitas mereka.

Penggunaan data center pun harus memiliki faktor efisiensi di dalamnya. Diperlukan data center yang mampu menekan konsumsi energi untuk meningkatkan kapasitas, menyesuaikan kebutuhan dengan infrastruktur fisik dan menyatukan dengan sistem DCIM. Hal ini diperlukan untuk mengurangi biaya operasional. Untuk itu, Anda sebagai pelaku usaha harus memastikan jika penggunaan data center sudah dilakukan secara efisien.

Schneider Electric sebagai perusahaan infrastruktur energi terbesar telah memulai menerapkan pengelolaan energi terbarukan secara efisien melalui data center di Norwegia. Schneider Electric menggandeng Swedish Utility Falu Energi & Vattern menjadi partner untuk menjalankan proyeknya. Pusat data masa depan tersebut akan terintegrasi dengan jaringan lokal energi dan pemanasan distrik pusat dan sistem pendingin di Kota Falun. Tenaga yang dihasilkan berasal dari sumber energi ramah lingkungan, hasil dari campuran solar, tenaga angin, air dan juga co-generation plant yang mengubah serbuk gergaji menjadi energi.

Hal ini tentu akan menjadi terobosan baru untuk memanfaatkan sumber energi yang ada. Dengan menggunakan sumber energi yang efisien bersama Schneider Electric, Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan energi yang ada dengan lebih baik sehingga dapat menghadapi risiko akibat perubahan iklim.

Berkaitan dengan solusi penghematan energi, Schneider Electric mengadakan SolutionsWorld 2016 yang akan menjawab setiap kebutuhan kompleksitas bangunan dan industri untuk perusahaan. Acara ini akan diselenggarakan di lima kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Surabaya, Bali, Makassar dan Medan. Pastikan Anda datang untuk melihat demo yang sudah dipersiapkan. Terdapat pula jasa konsultasi bersama para ahli dari Schneider Electric untuk solusi bisnis Anda. Segera daftarkan diri pada link ini ya. (mdk/ayu)