Firaun Mesir Kuno Ternyata Menikah dengan Saudara Sedarah Bahkan Anaknya Sendiri, Terungkap Ini Tujuannya
Ada tujuan tertentu kenapa Firaun menikah dengan saudara sedarah.
Ada tujuan tertentu kenapa Firaun menikah dengan saudara sedarah.
Firaun Mesir Kuno Ternyata Menikah dengan Saudara Sedarah Bahkan Anaknya Sendiri, Terungkap Ini Tujuannya
Hubungan inses (bahasa Inggris: incest) adalah sebuah hubungan seksual yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki hubungan saudara dekat. Seperti pada saudara kandung atau antara orang tua dan anak.
Hubungan inses ini tentu saja terlarang, karena selain tidak etis, hubungan ini juga dapat menyebabkan lahirnya keturunan yang cacat.
Anak yang dilahirkan dari perkawinan inses cenderung akan mengalami kelainan genetik. Menariknya, dalam sejarah Mesir Kuno, hubungan ini justru sering terjadi.
-
Kenapa keluarga kerajaan Mesir melakukan perkawinan sedarah? Hal ini bukan tanpa alasan, praktik ini dilakukan sebagai bentuk keyakinan dari kepercayaan masyarakat Mesir kuno untuk menjaga kemurniaan darah dari penerus kerajaan.
-
Mengapa Cleopatra menikahi saudara laki-lakinya? Berakar dari pemikiran para penguasa 'Ptolomeus' yang membedakan diri mereka dengan menikahi saudara mereka sendiri. Hal ini dilakukan demi kejayaan kekuasaan.
-
Mengapa saudara tertua memiliki istri kedua? Blöcher, penulis utama studi ini, menjelaskan, 'Situs pemakaman ini memberikan potret menarik tentang sebuah keluarga prasejarah. Hal yang luar biasa adalah saudara tertua tampaknya memiliki status yang lebih tinggi dan demikian memiliki peluang reproduksi yang lebih besar.
-
Kapan Cleopatra memerintah Mesir bersama saudara laki-lakinya? Setelah kematian ayah mereka, Cleopatra mengambil alih kekuasaan mesir bersama kakaknya, Ptolemy VIII, delapan tahun lebih muda darinya dan dianggap sebagai suaminya.
-
Apa dalil pernikahan sepupu dalam Al-Quran? Siddiqi mengutip surat an-Nisa’ (4:22-24) yang menyatakan bahwa pernikahan dengan wanita-wanita tertentu diperbolehkan oleh Allah.
-
Siapa Firaun terkaya di Mesir Kuno? Amenhotep III dianggap sebagai salah satu firaun paling hebat di Mesir Kuno. Ia juga dianggap oleh arkeolog sebagai 'salah satu orang terkaya yang pernah hidup'.
Dalam pintu masuk ke kuil Mesir Kuno di Abu Simbel, terdapat empat patung Firaun raksasa yang duduk, dua di setiap pintu masuk.
Patung-patung ini merupakan penghormatan terhadap Firaun Ramses II dan ratunya, Nefertari.
Namun tahukah bahwa Ramses II memiliki beberapa istri, termasuk putrinya sendiri, Meritamen?
Dilansir dari Reuters, faktanya memang hubungan sedarah adalah sesuatu yang cukup umum di kalangan keluarga bangsawan Mesir Kuno.
"Seorang raja bisa menikahi saudara perempuannya dan anak perempuannya karena dia adalah keturunan seorang Dewa, seperti Isis dan Osiris, dan ini hanya menjadi kebiasaan di kalangan raja dan ratu,"
Ahli Epyptolog , Zahi Hawass.
Ramses II pertama kali menikahi Nefertiti yang terkenal karena kecantikannya, tetapi dalam pernikahan tersebut dia tidak memperoleh keturunan laki-laki. Akhirnya, dia menikahi saudara perempuannya untuk mendapatkan seorang putra.
Selain dia, ada beberapa bangsawan Mesir Kuno yang menikahi kerabat dekatnya. Seperti Senwosret I (menikahi saudara perempuannya Neferu), Amenhotep I (menikahi saudara perempuannya Ahmose-Meritamun), dan Cleopatra VII (menikahi saudara laki-lakinya Ptolemy XIV). Bahkan Ramses II menikahi anaknya sendiri.
"Osiris merupakan salah satu Dewa yang paling penting dalam agama Mesir Kuno. Pasangannya, Isis, juga adalah saudara perempuannya menurut beberapa kosmogoni Mesir Kuno. Oleh karena itu, anggota kerajaan banyak terlibat dalam perkawinan inses untuk meniru Osiris dan Isis, serta mempertahankan citra mereka sebagai dewa di Bumi,"
Ahli bidang Egyptology di Universitas Birmingham Inggris, Leire Olabarria dikutip dari LiveScience, Senin (28/8).
Hanya saja, di kalangan masyarakat biasa zaman Mesir Kuno, pernikahan inses tidak populer hingga masa pemerintahan Romawi. Mengapa hal ini terjadi, masih menjadi perdebatan.
Tidak seperti para bangsawan yang melakukan hubungan inses demi mempertahankan status ‘dewa’nya, masyarakat biasa diduga memiliki tujuan yang lebih realistis.
Para peneliti mengatakan bahwa ada kemungkinan para orang tua mendukung anak-anaknya untuk melakukan itu agar harta kekayaan mereka tidak akan terpisah-pisah saat mereka mati nanti.