Kata Penelitian Ini, Proses Migrasi Penyu Dibantu Medan Magnet Bumi
Penyu tempayan adalah salah satu spesies penyu terbesar, dengan panjang cangkang antara 90 hingga 110 cm dan berat mencapai 135 hingga 450 kg.

Penyu tempayan, yang juga dikenal sebagai penyu loggerhead (Caretta caretta), merupakan spesies penyu yang memiliki kemampuan migrasi yang sangat mengesankan. Mereka dapat melakukan perjalanan ribuan kilometer melintasi lautan, mulai dari lokasi penetasan hingga tempat mencari makanan, dan kemudian kembali lagi ke pantai untuk bertelur.
Penyu tempayan termasuk dalam kategori penyu terbesar, dengan panjang karapas yang dapat mencapai antara 90 hingga 110 cm dan berat yang berkisar antara 135 hingga 450 kg. Dengan kepala yang besar dan rahang yang kuat, penyu ini dapat mengonsumsi berbagai jenis mangsa seperti moluska, krustasea, dan ikan.
Habitat utama penyu tempayan tersebar di perairan hangat dan subtropis di seluruh dunia, termasuk Samudra Atlantik, Samudra Pasifik, dan Samudra Hindia. Mereka melakukan migrasi melalui berbagai samudra, contohnya dari pantai timur Amerika menuju Eropa atau Afrika, bahkan ada yang menyeberangi Samudra Atlantik.
Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan adanya hubungan antara penyu tempayan dan medan magnet bumi yang berperan penting dalam navigasi mereka saat bermigrasi.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature dan dikutip dari laman ScienceDirect pada Kamis (19/2), dijelaskan bahwa medan magnet bumi membantu penyu tempayan dalam navigasi dengan dua cara utama.
Pertama, penyu menggunakan peta magnetik untuk menentukan posisi mereka di lautan yang luas. Kedua, mereka memanfaatkan kompas magnetik untuk mengarahkan diri menuju tujuan yang tepat.
Para peneliti menemukan bahwa penyu yang melakukan migrasi dapat mengingat medan magnet tertentu yang membantu mereka menemukan makanan setelah menempuh perjalanan yang panjang. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati perilaku penyu dalam penangkaran sebagai respons terhadap variasi medan magnet bumi.
Dalam penelitian ini, tim peneliti mengumpulkan penyu tempayan yang baru menetas, sebanyak 14 hingga 16 ekor, setiap bulan Agustus dari tahun 2017 hingga 2020. Penyu-penyu tersebut berasal dari delapan hingga sepuluh sarang yang berbeda di Bald Head Island, North Carolina, Amerika Serikat.
Peneliti menempatkan penyu dalam tangki individu dengan suhu air yang terkontrol dan makanan yang sesuai untuk mensimulasikan kondisi lautan alami. Dalam eksperimen sebelumnya, penyu telah terbukti mampu mendeteksi intensitas medan magnetik dalam kisaran 25.000 hingga 65.000 nanotesla.
Dalam studi ini, para ilmuwan memilih lokasi di sepanjang Pantai Timur Amerika Serikat hingga seluruh Samudra Atlantik dan mengembangkan sistem koil untuk menghasilkan medan magnet dengan intensitas antara 2.000 hingga 10.000 nanotesla sebagai variasi.
Selama periode pengkondisian yang berlangsung dua bulan, penyu ditempatkan dalam ember kecil berisi air laut buatan dan diekspos pada dua medan magnetik yang berbeda untuk durasi yang sama.
Satu medan magnet disesuaikan dengan medan magnet dari lokasi di Teluk Meksiko, yang merupakan area dengan ketersediaan makanan. Sebaliknya, medan magnet lainnya mensimulasikan fluks magnetik dari lokasi dekat New Hampshire, yang tidak memiliki sumber makanan.
Menariknya, ketika berada di medan magnet yang terkait dengan makanan, penyu tempayan menunjukkan perilaku yang dikenal sebagai "tarian penyu". Perilaku ini mencakup memiringkan tubuh secara vertikal, memegangi kepala dekat atau di atas permukaan air, membuka mulut, serta menggerakkan sirip depan dengan cepat, dan kadang-kadang bahkan berputar di tempat.
Untuk memastikan konsistensi hasil, eksperimen serupa dilakukan dengan medan magnet yang meniru lokasi di lepas pantai Kuba dibandingkan dengan Delaware, serta lokasi lain seperti Maine versus Florida.
Dari lima percobaan yang dilaksanakan, sekitar 80 persen penyu menunjukkan lebih banyak aktivitas "tarian" di area yang menyediakan makanan dibandingkan dengan area yang tidak memiliki makanan.
Meskipun "tarian penyu" ini menarik, para ilmuwan menduga bahwa perilaku ini kemungkinan besar hanya terjadi dalam lingkungan penangkaran. Namun, pola gerakan ini tetap memberikan wawasan penting mengenai bagaimana penyu mempelajari medan magnet dan menggunakannya untuk mengaitkan lokasi dengan sumber makanan.