Kupu-Kupu Ternyata Bisa Terbang Melintasi Samudra Atlantik, Menempuh Jarak Sepanjang 4.200 Kilometer
Para peneliti menemukan bukti pertama terkait kemampuan kupu-kupu ini.
Para peneliti menemukan bukti pertama terkait kemampuan kupu-kupu ini.
-
Bagaimana kupu-kupu menemukan jalan migrasi? Kemampuan navigasi ini masih menjadi misteri bagi ilmuwan, tetapi diyakini dipandu oleh kombinasi antara posisi matahari, medan magnet bumi, dan ingatan genetik.
-
Bagaimana para peneliti meneliti kemampuan 'terbang' Kuda Nil? Asal tahu saja, kuda nil dapat mencapai kecepatan hingga 30 km/jam (18,6 mph). Dengan demikian dalam penelitian itu ditemukan bahwa kuda nil dapat mengangkat keempat kakinya dari tanah secara bersamaan hingga 15 persen dari terbangnya.
-
Kenapa ikan purba ini bisa bernapas di darat? 'Struktur berbentuk spiral diyakini memudahkan sirkulasi udara di permukaan, dan ikan bichir Afrika masa kini memiliki bentuk serupa untuk mengambil oksigen di atas air,' ungkap Dr. Choo.
-
Bagaimana kepiting bisa hidup di darat dan air? Kepiting adalah hewan yang termasuk dalam kelompok krustasea, yaitu hewan bersel satu yang memiliki cangkang keras dan kaki beruas-ruas.
-
Bagaimana beruang kutub menunjukan kekuatannya? Beruang kutub juga sangat kuat, dengan berat yang bisa mencapai 1.600 pon dan kemampuan untuk mengurangi tekanan sekitar 1.200 pon per inci persegi.
-
Bagaimana hiu purba bergerak di laut? Bentuk tubuh hiu, yang menunjukkan bentuk dan lokasi sirip hiu, juga memberikan bukti bahwa ikan prasejarah ini bukan hanya penghuni dasar laut seperti yang diyakini sebelumnya, namun merupakan predator yang berenang cepat dan mungkin pernah berburu dan memakan penyu, bukan hanya memakan moluska yang ditemukan di dasar laut, menurut penulis penelitian.
Kupu-Kupu Ternyata Bisa Terbang Melintasi Samudra Atlantik, Menempuh Jarak Sepanjang 4.200 Kilometer
Para peneliti temukan bukti bahwa serangga cantik ini ternyata bisa terbang tanpa henti melintasi lautan. Peneliti memetakan 4.200 serangga yang bermigrasi melalui Atlantik, jaraknnya sekitar 4.200 km.
Dilansir IFLScience, Kamis (27/6), bukti ini pertama kali terindikasi pada Oktober 2013, ketika peneliti Gerard Talavera melihat beberapa lukisan kupu-kupu betina di sebuah pantai di Guyana Prancis. Kupu-kupu ini terlihat sedang beristirahat dan mengalami kerusakan pada sayapnya. Namun Talavera juga menemukan hal yang jauh lebih aneh, yaitu kupu-kupu jenis tersebut tidak biasanya ditemukan di wilayah Amerika Selatan.
Melihat ciri khas mereka sebagai migran jarak jauh, sayap yang rapuh dan rusak, serangga cantik tersebut kemungkinan besar telah melakukan perjalanan yang cukup jauh. Hal ini membuat Talavera dan timnya tergerak untuk meneliti apakah ciri-ciri tersebut mengindikasikan bahwa hewan cantik ini telah menyeberangi lautan.
Para peneliti kemudian melakukan analisa lebih lanjut menggunakan berbagai teknik, salah satunya dengan memasang pelacak pada kupu-kupu, sama seperti yang dilakukan pada burung.
Pengujian DNA pertama kali menunjukkan bahwa spesimen yang ada di pantai terkait dengan populasi di Eropa dan Afrika, sehingga mengesampingkan teori awal tim bahwa kupu-kupu itu berasal dari Amerika Utara, tempat terdekat yang biasa ditemukan.
Mereka juga menguji DNA butiran serbuk sari yang ditemukan pada kupu-kupu tersebut, yang ternyata berasal dari tanaman yang hanya ditemukan di wilayah Sahel, Afrika, yang menunjukkan bahwa kupu-kupu tersebut memang terbang melintasi Samudra Atlantik, tetapi dengan menggunakan teknik baru yang disebut geolokasi berbasis isotop, tim peneliti menemukan bahwa perjalanan serangga tersebut mungkin tidak dimulai di sana.
"Kupu-kupu betina yang dicat mencapai Amerika Selatan dari Afrika Barat, terbang setidaknya 4.200 km di atas Atlantik," jelas rekan penulis studi, Clément Bataille, dalam sebuah pernyataan. "Tapi perjalanan mereka bisa saja lebih panjang, dimulai di Eropa dan melewati tiga benua, menyiratkan migrasi sejauh 7.000 km atau lebih. Ini adalah prestasi yang luar biasa untuk serangga sekecil itu."
Namun, seperti yang dikatakan oleh orang yang bertanggung jawab membayar bahan bakar maskapai penerbangan, terbang tanpa henti melintasi Atlantik membutuhkan banyak energi, jadi bagaimana seekor serangga dengan lebar sayap yang hanya sedikit lebih besar dari batang korek api bisa melakukannya?
Ternyata, sebelum kupu-kupu itu ditemukan di Guyana Prancis, terdapat arus angin yang mendukung dari Afrika melintasi Atlantik. Ini berarti kupu-kupu tersebut dapat melakukan perjalanan tanpa henti melintasi samudra dalam waktu sekitar lima hingga delapan hari; tanpa angin, mereka hanya akan bertahan sekitar 780 kilometer.
"Kupu-kupu hanya dapat menyelesaikan penerbangan ini dengan menggunakan strategi bergantian antara upaya minimal untuk menghindari jatuh ke laut, yang difasilitasi oleh angin yang naik, dan penerbangan aktif, yang membutuhkan lebih banyak konsumsi energi," kata penulis studi Eric Toro-Delgado.
Bahkan dengan mempertimbangkan hal tersebut, ini masih merupakan pencapaian yang cukup besar bagi serangga kecil ini.
"Kita cenderung melihat kupu-kupu sebagai simbol kerapuhan keindahan, tetapi ilmu pengetahuan menunjukkan kepada kita bahwa mereka dapat melakukan hal yang luar biasa," pungkas salah satu penulis studi tersebut, Roger Vila.
Studi ini diterbitkan dalam Nature Communications.