Temuan Fosil Terbaru Ungkap Asal Usul Hiu Purba yang Hidup di Zaman Dinosaurus, Panjangnya Hampir 10 Meter
Misteri selama ratusan tahun terkait bentuk predator laut purba ini akhirnya terpecahkan.
Misteri selama ratusan tahun terkait bentuk predator laut purba ini akhirnya terpecahkan.
-
Dimana fosil hiu raksasa ditemukan? Sebanyak tujuh gigi Petalodus berusia 290 juta tahun dengan bentuk kelopak ditemukan di batu kapur Qianshi di Kota Yangquan, Provinsi Shanxi, China utara.
-
Di mana fosil hiu tersebut ditemukan? Dua fosil dari spesies hiu baru ditemukan di area yang terlarang untuk umum, hanya para peneliti resmi yang boleh memasukinya.
-
Dimana fosil hiu ditemukan? Fosil ini ditemukan di tambang batu kapur di timur laut Meksiko.
-
Fosil hewan purba apa yang ditemukan? Fosil tersebut diperkirakan sebagai spesies dari kelas cestoda, juga dikenal sebagai cacing pita.
-
Kapan hiu purba ini hidup? Hiu ini diperkirakan hidup pada Zaman Kapur, yang dimulai 145 juta tahun lalu dan berakhir 66 juta tahun lalu.
-
Di mana fosil dinosaurus raksasa ini ditemukan? Fosil Garumbatitan morellensis pertama kali ditemukan di Morella di situs fosil Sant Antoni de la Vespa pada tahun 2005 dan 2008.
Temuan Fosil Terbaru Ungkap Asal Usul Hiu Purba yang Hidup di Zaman Dinosaurus, Panjangnya Hampir 10 Meter
Selama Zaman Kapur, sejenis hiu berkeliaran di laut dengan deretan gigi yang aneh. Sebagian besar berukuran besar dan bulat, namun bukan untuk mengigit mangsanya, melainkan untuk menggiling dan menghancurkan makhluk bercangkang.
Namun karena dalam catatan fosil gigi hiu ini ditemukan terpisah-pisah, para ilmuwan masih berspekulasi mengenai bentuk predator purba ini sejak ditemukan pada abad ke-18.
Penemuan fosil di tambang batu kapur di timur laut Meksiko baru-baru ini memecahkan misteri tersebut, memberikan gambaran yang lebih jelas kepada para peneliti terkait bentuk hiu purba, dikutip dari CNN, Selasa (16/7).
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences pada April, satu fosil menunjukkan hampir semua elemen kerangka dan garis besar tubuh jaringan lunak spesimen tersebut. Temuan ini juga mengungkapkan di mana genus tersebut, yang dikenal sebagai Ptychodus, berada di pohon evolusi hiu, dan ciri-ciri lain yang sebelumnya tidak diketahui dari “teka-teki lama” ini.
Salah satu penulis studi dan asisten profesor di Departemen Paleontologi Universitas Wina Austria, Dr. Eduardo Villalobos Segura mengatakan fosil ini memungkinkan peneliti menyatukan gigi-gigi yang ditemukan sebelumnya.
Para ahli mengatakan, penemuan ini juga memberikan wawasan tentang sejarah evolusi hiu yang ditemukan di lautan kita saat ini.
Sebagian besar spesies Ptychodus hidup antara 100 dan 80 juta tahun yang lalu pada akhir Zaman Kapur.
Villalobos Segura mengatakan, deposit tempat fosil ditemukan – di Nuevo León dekat kotamadya Vallecillo –
berasal dari sekitar 93,9 hingga 91,85 juta tahun yang lalu.
Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis enam fosil yang ditemukan di Nueve León, termasuk spesimen utuh. Tiga fosil lainnya hampir utuh, dan dua lainnya tidak utuh. Dengan fosil-fosil ini, para peneliti menetapkan bahwa Ptychodus berasal dari ordo hiu yang dikenal sebagai Lamniformes, atau hiu makarel, kelompok yang sama dengan Otodus megalodon yang telah punah dan hiu putih besar modern. Lamniformes juga mencakup spesies modern hiu bermulut besar, hiu pasir, hiu goblin, dan hiu penjemur.
“Mempelajari fosil hiu sangat penting untuk memahami sepenuhnya fenomena evolusi yang terkait dengan kelompok hiu saat ini,” kata rekan penulis studi tersebut, Dr Manuel Amadori, peneliti pascadoktoral di departemen paleontologi di Universitas Wina.
Amadori menambahkan, keberadaan hiu makarel dengan gigi remuk hingga saat ini belum diketahui.
“Masih banyak lagi yang bisa ditemukan, namun kami dapat mengatakan bahwa kami telah mengambil langkah maju yang penting dalam memahami sejarah evolusi kompleks hiu makarel,” tambahnya.
Bentuk tubuh hiu, yang menunjukkan bentuk dan lokasi sirip hiu, juga memberikan bukti bahwa ikan prasejarah ini bukan hanya penghuni dasar laut seperti yang diyakini sebelumnya, namun merupakan predator yang berenang cepat dan mungkin pernah berburu dan memakan penyu, bukan hanya memakan moluska yang ditemukan di dasar laut, menurut penulis penelitian. Meskipun pola makan hiu yang sebenarnya masih belum diketahui, para peneliti berpendapat bahwa hipotesis yang direvisi tentang apa yang dimakannya mungkin menjadi petunjuk penyebab kepunahan Ptychodus, karena hal ini menempatkan hiu dalam persaingan dengan predator laut Zaman Kapur Akhir lainnya yang memiliki pola makan serupa.
“Tanpa spesimen lengkap (bukti kuat), apa yang diketahui tentang Ptychodus di luar gigi sebagian besar hanyalah dugaan ilmiah,” kata Michael Everhart, asisten kurator paleontologi di Sternberg Museum of Natural History di Hays, Kansas, dan pakar bidang fosil laut Zaman Kaput Akhir melalui surel.
“Spesimen baru ini menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari 180 tahun lalu hingga tahun 1830-an ketika Louis Agassiz (seorang ilmuwan dan ahli paleontologi terkenal) pertama kali menciptakan nama Ptychodus,” lanjut Everhart yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa spesies terbesar Ptychodus mungkin sedikit lebih kecil dari perkiraan sebelumnya, mencapai panjang maksimum 9,7 meter. Perkiraan sebelumnya untuk spesies yang dikenal sebagai Ptychodus mortoni menyebutkan tingginya 11,2 meter.
Sebuah fosil baru yang mengungkap tampilan samping lengkap Ptychodus berukuran panjang hampir 1,5 meter menunjukkan bahwa ia berasal dari hiu yang jauh lebih kecil.
Para peneliti berharap penelitian di masa depan dapat mengungkap lebih banyak tentang hiu purba, termasuk pola makannya dan perannya dalam rantai makanan dan ekosistem laut di masa lalu.