Misi NASA Batal Kirim Astronot Non-Kulit Putih dan Wanita ke Bulan Gara-gara Kebijakan Trump?
NASA membatalkan misi mendaratkan wanita pertama di Bulan, menandai perubahan kebijakan terkait keragaman dan inklusi.

NASA telah membuat keputusan kontroversial dengan menghapus rencana untuk mendaratkan wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama di Bulan dalam misi Artemis.
Langkah ini dikaitkan dengan kebijakan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang berupaya menghapus program keragaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) di lembaga federal.
Perubahan ini menjadi sorotan karena dianggap sebagai langkah mundur dalam upaya meningkatkan representasi dalam eksplorasi ruang angkasa.
Mengutip beragam sumber, Selasa (25/3), frasa yang sebelumnya ada di situs web Artemis, yang menyatakan komitmen NASA untuk mendaratkan 'wanita pertama, orang kulit berwarna pertama, dan astronot mitra internasional pertama di Bulan,' kini telah dihapus.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen NASA terhadap keragaman dan inklusi dalam misi luar angkasa yang akan datang.
Perubahan Kebijakan NASA dan Dampaknya
Juru bicara NASA, Allard Beutel, mengonfirmasi bahwa perubahan ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan perintah eksekutif yang dikeluarkan oleh Presiden Trump. Perintah tersebut bertujuan untuk mengurangi fokus pada keragaman dalam pemilihan astronot untuk misi Artemis.
Meskipun NASA masih berencana untuk melanjutkan misi Artemis dan mendarat di Bulan, fokus pada keragaman dalam pemilihan astronot telah berkurang secara signifikan.
Program DEI yang sebelumnya ada di NASA bertujuan untuk memastikan perlakuan yang adil bagi semua orang, terutama bagi kelompok-kelompok yang secara historis kurang terwakili atau mengalami diskriminasi.
Dengan dihapuskannya janji untuk mendaratkan wanita dan orang kulit berwarna pertama di Bulan, banyak yang merasa bahwa NASA telah mundur dari komitmennya untuk meningkatkan inklusi dan representasi.
Reaksi Terhadap Keputusan NASA
Keputusan NASA ini telah memicu berbagai reaksi dari para aktivis dan pengamat luar angkasa. Banyak yang menganggap langkah ini sebagai kemunduran dalam perjuangan untuk kesetaraan di bidang eksplorasi luar angkasa.
Mereka berpendapat bahwa penghapusan janji tersebut mencerminkan kurangnya komitmen terhadap keragaman dan inklusi di lingkungan yang seharusnya mencerminkan kemajuan sosial.
Sejumlah organisasi dan individu telah mengeluarkan pernyataan mengecam keputusan tersebut, menekankan pentingnya keberagaman dalam tim eksplorasi luar angkasa.
Mereka mengingatkan bahwa keberagaman bukan hanya soal representasi, tetapi juga tentang inovasi dan kemajuan yang dapat dicapai ketika berbagai perspektif digabungkan.
Misi Artemis dan Harapan ke Depan
Meskipun NASA masih memiliki rencana untuk melanjutkan misi Artemis, tantangan dalam hal keragaman dan inklusi tetap menjadi perhatian banyak pihak.
Misi ini diharapkan dapat membawa manusia kembali ke Bulan dan mempersiapkan perjalanan ke Mars. Namun, tanpa keberagaman yang kuat dalam tim yang terlibat, banyak yang meragukan potensi penuh dari misi ini.
Keputusan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang masa depan program luar angkasa di AS. Apakah NASA akan kembali menekankan pentingnya keragaman dan inklusi dalam misi mendatang, atau apakah kita akan melihat lebih banyak perubahan kebijakan yang mengarah pada penghapusan program-program DEI?
Dengan latar belakang ini, penting bagi masyarakat untuk terus memantau perkembangan di NASA dan mendorong lembaga tersebut untuk kembali berkomitmen pada prinsip-prinsip keragaman dan inklusi.
Hanya dengan cara ini, misi luar angkasa dapat mencerminkan kemajuan yang telah dicapai dalam masyarakat.