Rencana Besar Telkom Manfaatkan Potensi AI
Proyeksi nilai industri AI di Indonesia diperkirakan mencapai USD4 juta atau Rp 60 triliun.

Muhammad Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business Telkom, menyatakan bahwa AI memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dengan proyeksi nilai industri mencapai Rp 60 triliun.
"Kami melihat AI sebagai sektor yang sangat strategis dengan potensi besar, baik saat ini maupun di masa depan. Proyeksi nilai industri AI di Indonesia diperkirakan mencapai USD4 juta atau Rp 60 triliun," ujar Fajrin saat diskusi dengan media di Jakarta, Rabu (26/2).
Oleh sebab itu, Telkom pun tak ingin ketinggalan. Menurut Fajrin, pihaknya tidak ingin dikenal tidak hanya sebagai penyedia jaringan dan infrastruktur, tetapi juga sebagai perusahaan digital dengan layanan yang lebih luas dan beragam, termasuk pemanfaatan AI.
Sebagai bagian dari transformasi digital, Telkom mengarahkan fokusnya pada empat pilar utama. Pertama, Telkom akan terus memperkuat infrastruktur sebagai fondasi utama untuk menghadirkan layanan digital yang andal.
Kedua, Telkom mengembangkan layanan Business to Consumer (B2C) dengan menghadirkan berbagai aplikasi, game, musik, dan video guna memberikan pengalaman digital yang lebih lengkap kepada pelanggan.
Di sektor korporasi dan pemerintahan, Telkom menghadirkan layanan Business to Business Information and Communication Technology (B2B ICT). Layanan ini mencakup platform, data center, cloud, serta platform AI yang menjadi prioritas pengembangan perusahaan.
"Platform AI menjadi fokus utama kami karena memiliki potensi besar di masa depan," jelas Fajrin.
Selain itu, Telkom juga mengeksplorasi inisiatif baru melalui konsep "new play" dengan memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi operasional dan membuka peluang bisnis baru.
Fajrin mengungkapkan, berdasarkan riset Telkom menunjukkan bahwa penerapan AI di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 30–40 persen.
"Banyak proses yang sebelumnya dilakukan secara manual kini dapat diotomatisasi dengan AI. Misalnya, inspeksi aset di lapangan kini dapat dilakukan menggunakan teknologi image dan video analytics," jelasnya.
Hal ini membuat proses inspeksi lebih cepat, hemat biaya, dan efisien karena tidak memerlukan kehadiran fisik petugas di setiap lokasi.
Tidak hanya itu, AI juga membuka peluang bisnis baru. Fajrin mencontohkan layanan CCTV yang kini dapat ditingkatkan dengan fitur video analytics. Dengan tambahan teknologi ini, pengguna dapat memantau jumlah pengunjung di tempat umum dan memperoleh insight tambahan dari data yang dikumpulkan.
"Terlepas dari itu semua, tantangan terbesar industri ini adalah mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang AI. Kami ingin mencetak lebih banyak AI engineer dan data scientist," tegasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa pengembangan AI di Telkom sejalan dengan program Astha Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya poin 2, 3, dan 4, yang berfokus pada pembangunan ekosistem dan talenta digital di Indonesia.
"Kami membuka pintu kolaborasi dengan semua pihak. Dengan AI, kami yakin Telkom dan Indonesia siap menghadapi masa depan digital," tutup Fajrin.