Respons Netizen Dukung Sukatani Band yang Viral Gara-gara Lagu “Bayar Bayar Bayar”
Permintaan maaf dari Sukatani dan penarikan lagu "Bayar Bayar Bayar" atau "Bayar Polisi" telah memicu dukungan warganet di media sosial.

Warganet memberikan dukungan yang kuat kepada Sukatani Band, sebuah grup musik yang berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah.
Band ini baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah video permintaan maaf mereka viral, di mana mereka meminta maaf terkait lagu berjudul "Bayar Bayar Bayar" yang mengandung kritik terhadap pihak kepolisian.
Dalam video tersebut, dua anggota band, Novi Citra Indriyani dan Muhammad Syifa Al Ufti, menjelaskan situasi yang mereka hadapi dan mengungkapkan permintaan maaf mereka. Video klarifikasi tersebut telah diunggah dan dibagikan secara luas di berbagai platform media sosial, mulai dari X (Twitter) hingga Instagram.
Reaksi dari warganet pun sangat beragam, di mana banyak dari mereka merasa tidak terima dengan situasi yang menimpa Sukatani Band. Berbagai kalangan, termasuk musisi terkenal dan masyarakat umum, turut menyatakan dukungan mereka untuk Sukatani Band.
Dukungan ini semakin menguat di X, di mana tema mengenai Bayar Polisi dan #KamiBersamaSukatani menjadi trending topic di linimasa Twitter Indonesia, berlangsung sejak kemarin hingga hari ini, Jumat (21/2) dikutip dari Liputan6.com.
Selain itu, di Instagram, banyak musisi dan pengguna lainnya yang mengunggah template Instagram Stories yang berisi kritik terhadap kepolisian yang dianggap tidak mau menerima kritik.
Template tersebut telah diunggah secara berantai oleh banyak pengguna Instagram, termasuk yang menunjukkan dukungan bagi anggota Sukatani Band.
Selain itu, banyak musisi dan publik figur yang juga menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap upaya pembungkaman karya seni melalui unggahan di Thread atau X.
Salah satu netizen menuliskan, "Mas Cipoy dan Mbak Citra, semangat yo!! ini udah bukan cah-cah Purbalingga tok yang support kalian, dukungan makin besar. Kalau mau istirahat sebentar gapapa. Karya kalian terbukti hari ini masih relevan. Mereka aja yang parno #KamiBersamaSukatani," yang menunjukkan betapa besar dukungan yang diterima oleh band ini.
Didukung LBH

Yayasan LBH Indonesia juga turut menunjukkan dukungan kepada Sukatani Band melalui akun mereka. Dalam unggahan tersebut, mereka menekankan, "Solidaritas @Kamibersamasukatani dari seluruh keluarga besar LBH YLBHI. Negara seharusnya menjamin kebebasan berekspresi dan berpendapat, bukan membatasi dan membredel karya seni -apalagi- yang mengkritik pejabat. Mari terus nyalakan solidaritas," yang diposting di platform X.
Hal ini menunjukkan bahwa lembaga tersebut sangat peduli terhadap kebebasan berekspresi dan hak para seniman untuk menyampaikan kritik.
Di sisi lain, ada pengguna lain di X yang berkomentar, "Akun-akun bola/fandom bola yang mungkin bahkan ngak tahu Sukatani itu siapa jadi pada bersuara semua. Gak akan kaget kalau misalnya lagu 'Bayar Bayar Bayar' bakal diputer di stadion bola."
Komentar ini mencerminkan bahwa banyak orang, bahkan yang tidak familiar dengan Sukatani, mulai bersuara mengenai isu ini. Sejak malam kemarin, telah ada ajakan untuk melakukan aksi damai dengan membawa peralatan suara dan memutar lagu 'Bayar Polisi' yang dinyanyikan oleh Sukatani.
Seorang pengguna menambahkan, "Aksi besok bawa sound horeg setel lagu Bayar Bayar Bayar asik kali bang. #IndonesiaGelap nih, masa sama lirik lagu aja takut. Sampai musisinya direpresi #KamiBersamaSukatani."
Pernyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin peduli dan berani untuk menyuarakan dukungan mereka terhadap para musisi yang menghadapi tekanan. Dengan demikian, solidaritas terhadap Sukatani Band semakin menguat dan menciptakan gerakan yang lebih besar di kalangan masyarakat.
Permintaan Maaf Band Viral Sukatani

Band punk yang berasal dari Purbalingga, Sukatani, tiba-tiba menarik perhatian publik setelah lagu mereka yang berjudul "Bayar Bayar Bayar" menjadi viral di media sosial.
Lagu ini mengandung lirik yang mengkritik tindakan oknum kepolisian, seperti yang tertulis, "Mau bikin SIM, bayar polisi. Ketilang di jalan, bayar polisi," yang kemudian mendorong band tersebut untuk meminta maaf dan menarik lagu itu dari peredaran.
Pernyataan permintaan maaf tersebut disampaikan pada 20 Februari 2025 melalui akun Instagram resmi mereka, @sukatani.band, yang ditujukan kepada Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo serta institusi Polri.
Tindakan ini memicu reaksi beragam dari masyarakat dan menimbulkan perdebatan hangat mengenai kebebasan berekspresi serta batasan kritik terhadap lembaga kepolisian.
Gitaris Sukatani, Muhammad Syifa Al Luthfi, yang dikenal dengan nama Alectroguy, menjelaskan bahwa lagu itu sebenarnya ditujukan untuk oknum kepolisian yang melanggar hukum.
Pernyataan tersebut dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang berbeda dan menunjukkan niat baik band dalam menyelesaikan masalah yang ada. Meskipun demikian, penjelasan ini tidak serta merta menghentikan kontroversi yang telah menyebar luas di masyarakat.
Penarikan lagu "Bayar Bayar Bayar" juga memunculkan spekulasi di kalangan publik, di mana sebagian orang menduga adanya tekanan dari pihak tertentu yang mempengaruhi keputusan tersebut.
Polri Terbuka Kritikan

Polri telah mengungkapkan bahwa mereka tidak menolak kritik, dan Kapolri secara berulang kali mengingatkan anggotanya agar tidak bersikap sebaliknya.
Meskipun demikian, pihak Polri belum memberikan penjelasan yang jelas mengenai permintaan maaf dari Sukatani. Kejadian ini telah menjadi topik hangat di berbagai media sosial, di mana tagar #kamibersamasukatani sempat menjadi trending. Hal ini menunjukkan adanya dukungan dan simpati dari banyak netizen terhadap band tersebut.
Banyak pengguna media sosial yang mengekspresikan kekecewaan atas penarikan lagu tersebut dan mencurigai adanya usaha untuk membungkam kritik.
Beberapa tokoh publik juga turut angkat bicara, mengecam tindakan yang dianggap menghambat kebebasan berekspresi.
Di sisi lain, terdapat pula pendapat yang beranggapan bahwa permintaan maaf dan penarikan lagu tersebut adalah sebuah strategi pemasaran yang cerdas. Dengan demikian, perdebatan mengenai isu ini terus berlanjut di kalangan masyarakat.