Apa Itu Nepotisme dan Contohnya, Ketahui Dampaknya
Merdeka.com merangkum informasi tentang pengertian nepotisme, contoh nepotisme, dan dampaknya.

Nepotisme adalah sebuah tindakan yang cenderung untuk mengutamakan kerabat dekatnya ketimbang orang lain. Nepotisme merupakan sebuah hal yang sangat merugikan dan hanya mementingkan diri sendiri.
Maka dari itu, nepotisme sangat perlu dihindari untuk mewujudkan keadilan. Biasanya, nepotisme diberikan kepada kerabat untuk menduduki sebuah jabatan, kedudukan, dan fasilitas tertentu.
Lantas, apa itu nepotisme dan contohnya? Berikut ini merdeka.com merangkum informasi tentang pengertian nepotisme, contoh nepotisme, dan dampaknya. Simak ulasannya sebagai berikut.
Apa Itu Nepotisme?
Mengutip dari KBBI nepotisme adalah perilaku yang memperlihatkan kesukaan yang berlebihan kepada kerabat dekat; kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat di lingkungan pemerintah; tindakan memilih kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memegang pemerintahan.
Nepotisme juga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan praktik favoritisme atau pengistimewaan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan. Istilah ini sering dikaitkan dengan lingkungan kerja atau organisasi, di mana keadilan dan meritokrasi seharusnya menjadi dasar pengambilan keputusan.
Secara yuridis, definisi nepotisme ditemukan di dalam Pasal 1 angka 5 UU 28/1999. Nepotisme merupakan setiap perbuatan penyelenggara negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau negara.
Contoh Nepotisme
Nepotisme dapat terjadi di berbagai sektor, baik di pemerintahan, perusahaan swasta, maupun organisasi non-profit. Berikut beberapa contohnya:
1. Pemerintahan
Seorang pejabat tinggi yang memberikan posisi strategis kepada anggota keluarganya, meskipun mereka tidak memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk jabatan tersebut.
2. Perusahaan
Seorang CEO yang mempromosikan anaknya ke posisi manajerial, melewatkan karyawan lain yang lebih berpengalaman dan berkualitas.
3. Organisasi Non-Profit
Seorang direktur yang merekrut sahabatnya untuk posisi penting dalam organisasi, tanpa melalui proses seleksi yang adil dan transparan.
Dampak Nepotisme
Nepotisme dapat memiliki dampak yang luas dan merugikan, baik bagi individu, organisasi, maupun masyarakat secara keseluruhan. Beberapa dampak negatif dari nepotisme meliputi:
1. Menurunkan Motivasi Karyawan
Karyawan yang merasa bahwa promosi atau pengangkatan dilakukan berdasarkan hubungan pribadi, bukan prestasi atau kompetensi, cenderung merasa tidak dihargai dan kehilangan motivasi untuk bekerja keras.
2. Mengurangi Kualitas Kerja
Ketika orang yang tidak kompeten ditempatkan dalam posisi penting, kualitas kerja dan produktivitas organisasi cenderung menurun. Hal ini dapat berdampak negatif pada kinerja keseluruhan organisasi.
3. Menghancurkan Kepercayaan
Nepotisme dapat merusak kepercayaan karyawan terhadap manajemen dan sistem yang ada. Mereka mungkin merasa bahwa usaha dan kerja keras mereka tidak akan diakui atau dihargai, karena keputusan diambil berdasarkan favoritisme.
4. Meningkatkan Konflik Internal
Karyawan yang merasa tidak adil atau dirugikan oleh praktik nepotisme cenderung menjadi tidak puas dan konflik internal dalam organisasi dapat meningkat, mengganggu lingkungan kerja yang sehat.
5. Merusak Reputasi
Organisasi yang terlibat dalam praktik nepotisme dapat mengalami kerusakan reputasi, baik di mata karyawan, mitra bisnis, maupun publik. Hal ini bisa mengurangi daya tarik organisasi sebagai tempat kerja yang adil dan transparan.
6. Kehilangan Potensi Sumber Daya Manusia
Dengan memberi kesempatan kepada orang-orang yang tidak kompeten, organisasi bisa kehilangan potensi sumber daya manusia yang sebenarnya memiliki kualifikasi dan kemampuan untuk membawa organisasi ke tingkat yang lebih tinggi.
Nepotisme adalah praktik yang merugikan dan dapat menimbulkan banyak dampak negatif, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Penting bagi organisasi untuk mengedepankan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan meritokrasi dalam setiap keputusan yang diambil, agar tercipta lingkungan kerja yang adil dan produktif.