Arti Kode 1312 dengan ACAB: Sejarah dan Makna di Balik Protes Kuat Terhadap Polisi
Kode 1312, singkatan dari ACAB, mencerminkan protes masyarakat terhadap kepolisian dan memiliki sejarah panjang yang menarik.

Kode 1312 yang istilah ACAB, merupakan simbol protes yang kuat terhadap kepolisian. Kode ini muncul sebagai ungkapan kemarahan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap tindakan polisi yang dianggap tidak etis, brutal, dan represif.
Penggunaan kode ini telah menjadi bagian dari budaya protes di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.Asal-usul pasti dari kode 1312 tidak dapat dipastikan, namun banyak sumber menyebutkan kemunculannya di Inggris pada pertengahan abad ke-20.
Kode ini tidak hanya sekadar ungkapan, tetapi juga mencerminkan hubungan yang kompleks antara masyarakat dan aparat penegak hukum.Salah satu teori mengenai asal usul kode ini menyebutkan bahwa pada tahun 1940-an, kode ini muncul di kalangan pekerja yang melakukan mogok kerja. Mereka menggunakan istilah 'Copper' sebagai sebutan untuk polisi, dan dari situ lahirlah singkatan 'All Coppers Are Bastards'. Seiring berjalannya waktu, penggunaan frasa ini semakin meluas.
Sejarah Kode 1312 dan Perkembangannya
Pada tahun 1950-an, terdapat bukti visual berupa video yang menunjukkan penggunaan frasa ACAB oleh pemuda di Inggris. Namun, popularitas kode ini meningkat pesat pada tahun 1970-an ketika media Daily Mirror menggunakannya sebagai tajuk utama.
Sejak saat itu, frasa ini menyebar luas, terutama di kalangan subkultur punk dan gerakan anti-otoriter.Penting untuk dicatat bahwa penggunaan kode 1312 sebagai alternatif numerik dari ACAB muncul sebagai cara untuk menghindari sensor atau pembatasan penggunaan frasa ACAB secara langsung.
Kode ini mudah diingat dan dipahami oleh mereka yang memahami konteksnya, sehingga semakin memperkuat penyebarannya di kalangan aktivis dan penggiat protes.Di Indonesia, kode 1312 juga mulai dikenal luas, terutama setelah tragedi Kanjuruhan pada tahun 2022.
Kode ini digunakan sebagai bentuk protes masyarakat terhadap penanganan tragedi tersebut oleh pihak kepolisian. Coretan-coretan dengan kode ini ditemukan di Stadion Kanjuruhan, Malang, sebagai ungkapan kemarahan dan ketidakpuasan masyarakat atas tindakan polisi yang dianggap bertanggung jawab atas jatuhnya korban jiwa.
Tragedi Kanjuruhan dan Penggunaan Kode 1312
Tragedi Kanjuruhan menjadi titik balik yang signifikan dalam penggunaan kode 1312 di Indonesia. Dalam insiden tersebut, banyak pihak menilai bahwa tindakan kepolisian dalam menangani situasi tersebut sangat tidak manusiawi dan berpotensi memperburuk keadaan.
Hal ini mendorong masyarakat untuk menggunakan kode 1312 sebagai bentuk protes yang lebih terstruktur.Setelah tragedi tersebut, banyak demonstrasi dan aksi protes yang mengangkat isu ini, di mana kode 1312 menjadi simbol utama dari ketidakpuasan masyarakat terhadap kepolisian.
Kode ini tidak hanya mencerminkan kemarahan, tetapi juga menunjukkan keinginan masyarakat untuk reformasi dalam penegakan hukum.Penggunaan kode 1312/ACAB di Indonesia mencerminkan hubungan yang rumit antara masyarakat dan aparat kepolisian, di mana masyarakat merasa perlu untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap tindakan yang dianggap melanggar hak asasi manusia.
Kode ini menjadi representasi dari sentimen publik terhadap isu-isu kekerasan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
Protes Kuaat Kepada Polisi
Kode 1312/ACAB merupakan simbol protes yang kuat terhadap kepolisian, dengan sejarah yang panjang dan penggunaan yang meluas di berbagai negara. Meskipun kontroversial, kode ini mencerminkan ketidakpercayaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap tindakan dan perilaku aparat kepolisian. Dengan demikian, kode ini tidak hanya menjadi ungkapan kemarahan, tetapi juga sebuah seruan untuk perubahan dan keadilan dalam sistem penegakan hukum.