Belajar Agama Lewat Youtube Boleh atau Tidak? ini Jawaban Gus Baha
Apakah mengikuti pengajian melalui YouTube tetap memiliki keberkahan? Mari kita simak penjelasan dari Gus Baha.
Pengaruh era digital sangat terasa dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dampak yang signifikan ini dapat dilihat mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, hingga dunia dakwah Islam saat ini.
Kini, kita memiliki kesempatan untuk mengikuti pengajian melalui YouTube. Dengan adanya platform seperti YouTube, kita dapat dengan mudah menyaksikan pengajian dari para kiai dan ustadz terkenal, seperti KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha).
-
Apa yang Gus Baha tegaskan tentang Islam di Jawa? 'Wali Songo memang memulai penyebaran Islam yang meluas, tetapi secara keseluruhan, Islam sudah ada sebelumnya,' jelasnya.
-
Siapa yang disebut Gus Baha sebagai pelopor Islam di Jawa? Ia menegaskan bahwa klaim tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut Gus Baha, meskipun Wali Songo berperan penting dalam menyebarkan Islam di Jawa, agama Islam sebenarnya sudah ada di Indonesia jauh sebelum mereka datang.
-
Bagaimana istighfar dilakukan menurut Gus Baha? 'Oleh karena itu, dalam mazhab Sadzili, istigfar dilakukan setelah la ilaha illallah,' tambahnya.
-
Bagaimana Gus Baha menjelaskan bahwa Islam sudah ada di Jawa sebelum Wali Songo? Gus Baha juga menjelaskan silsilah Sunan Ampel, salah satu tokoh Wali Songo yang terkenal sebagai penyebar utama Islam di Jawa. Sunan Ampel adalah anak dari Ibrahim Asmari dan cucu Jumadil Kubro, yang keduanya telah lebih dulu berada di Indonesia. 'Sunan Ampel adalah keturunan Ibrahim Asmari dan Jumadil Kubro, yang sudah ada di Indonesia. Tidak mungkin Sunan Ampel menjadi wali pertama jika kedua leluhurnya sudah ada di sini,' tambahnya.
-
Bagaimana Syekh Bayang belajar Islam? Di masa kecil, Syekh Bayang mendapatkan ajaran agama Islam langsung dari sang ayah. Singkat cerita, sang ayah pun meninggal dunia saat Syekh Bayang sedang menginjak usia remaja. Mau tidak mau, ia berjuang mencari guru dan menimba ilmu sendirian.
-
Mengapa Gus Baha menekankan bahwa Islam sudah ada di Jawa sebelum Wali Songo? Ia menegaskan, 'Sunan Ampel wae ngajine teng Paseh Aceh mriko,' yang menunjukkan bahwa Islam sudah berkembang di berbagai daerah di Indonesia sebelum menyebar ke Jawa.
Akses yang sangat praktis ini menciptakan pola hidup yang lebih instan, terutama ketika kita ingin mengikuti pengajian dari ustadz tertentu tanpa harus datang secara langsung. Saat ini, kita bisa menikmati pengajian ustadz terkenal tanpa harus meninggalkan rumah.
Berkenaan dengan fenomena mengikuti pengajian di YouTube, Gus Baha pernah menerima pertanyaan dari salah satu penontonnya mengenai keberkahan ilmu yang didapatkan.
"Saya itu sering ngaji lewat YouTube yang berisi pengajian Anda Gus, apa ilmu saya ini barokah? Karena saya ngaji lewat YouTube Anda saya tidak izin," tanya seorang penanya kepada Gus Baha, sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @GusBahaOfficial99, pada Sabtu (16/11/2024).
Pertanyaan ini menunjukkan kerinduan masyarakat untuk mendapatkan ilmu agama meski melalui media digital.
Apakah Tetap Mendapatkan Berkah?
Gus Baha menegaskan bahwa belajar agama melalui YouTube tetap bisa memberikan keberkahan meskipun tanpa izin sebelumnya. Ia berpendapat bahwa mengikuti pengajian adalah salah satu bentuk kebaikan yang tidak memerlukan izin terlebih dahulu.
"Itu tetap barokah dan kebaikan itu memang tidak perlu minta izin," tandasnya.
"Kalau kebaikan minta izin jadi repot," katanya melanjutkan, yang menunjukkan bahwa kebaikan seharusnya dilakukan tanpa keraguan.
Dalam penjelasannya, Gus Baha mengacu pada kitab Fiqih yang menyebutkan iqtifa'an biidzni syar'i, yang berarti bahwa syara akan selalu memberikan izin untuk melakukan kebaikan. Beliau juga memberikan contoh tindakan baik yang tidak memerlukan izin, seperti melihat wajah orang alim atau membaca sholawat kepada Nabi.
"Itu bukan masalah ngaji lewat YouTube, itu kalau lihat wajah Gus Ali itu ibadah, apa harus pamit dahulu?" terangnya.
"Nanti kalau ada orang alim mau lewat juga pamit dahulu, lama-lama membaca sholawat, 'ya Rasulallah, pamit dulu saya mau membaca sholawat,'" tandas Gus Baha, yang menunjukkan pentingnya niat dalam berbuat baik.
Materi Ceramah yang Boleh Diakses Secara Online
Dalam sebuah ceramah yang disampaikan oleh KH. Ahmad Bahaudin Nursalim di bincang syariah.com, dia menjelaskan bahwa kegiatan ngaji online yang hanya membahas hal-hal umum yang dapat diterima oleh akal adalah hal yang baik.
"Kebaikan itu sudah pasti benar, jadi maupun ketemu langsung ataupun tidak sebenarnya cukup. Cuma ada beberapa kebenaran yang membutuhkan penjelasan lebih dan tidak bisa dipaham secara global dan itu harus bertemu langsung.
Tapi kalau kebenaran-kebenaran umum itu tidak apa. Karena kebenaran itu asalnya 'al-Ma'ruf' yang memiliki arti sesuatu yang mudah dikenali oleh akal, nurani maupun komunitas. Sementara lawannya yakni 'al-Munkar' itu adalah sesuatu yang aneh.
"Andai tidak ada agama pun orang akan bilang selingkuh itu munkar. Juga memakai barang yang bukan miliknya itu munkar. Yang memakai suatu barang haruslah pemiliknya atau yang diberi izin oleh pemiliknya. Ini adalah ma'ruf (kebaikan)", ungkap Gus Baha.
Lebih lanjut, Gus Baha menekankan bahwa jika kebaikan atau kebenaran yang dibahas memerlukan penjelasan lebih mendalam, maka sebaiknya bertanya langsung kepada ulama, bukan melalui ngaji online. Hal ini penting untuk menghindari kesalahpahaman.
"Kebaikan-kebaikan yang maklum oleh dikenali akal itu tidak membutuhkan sanad. Berbeda halnya dengan hal-hal yang membutuhkan penjelasan lebih, seperti penjelasan wali nikah dan hal lainnya yang membutuhkan penjelasan langsung sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman," jelas Kiai yang lahir di Rembang tersebut.
Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa belajar melalui internet memerlukan filter yang baik, baik dari konten maupun sumber informasi yang diperoleh. Setiap individu yang belajar secara online seharusnya memiliki kemampuan untuk menilai apakah ilmu yang didapatkan itu benar atau tidak. Selain itu, penting juga untuk mengetahui website mana yang dapat dipercaya sebagai sumber pengetahuan Islam.
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul