Potret 'Las Vegas' di Batavia, Surga Dunia buat Kelas Atas Belanda & China Menikmati Cinta Semalam
Gemerlap kota Las Vegas ternyata ada di Indonesia. Lokasi berada di gang sempit di Jakarta dan sempat menjadi favorit orang kalangan atas Belanda & Tionghoa.
Gemerlap kota Las Vegas ternyata ada di Indonesia. Lokasinya berada di gang sempit di Jakarta dan sempat menjadi favorit orang kalangan atas Belanda dan Tionghoa.
Potret 'Las Vegas' di Batavia, Surga Dunia buat Kelas Atas Belanda & China Menikmati Cinta Semalam
Jalan Ji Lak Keng atau 26 bangunan berlantai dua, begitulah terdengar akrab di telinga warga Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Tempat tersebut kini hanya tersisa bangunan tua yang sudah lapuk dan mayoritas sudah tak berpenghuni lagi.
Hanya ada arsitektur kuno peninggalan Tionghoa-Belanda yang menjadi ciri khas dari Ji Lak Keng dan hanya bisa dilihat dengan berjalan kaki oleh para pengunjung.
Lokasi ini kerap dijuluki Las Vegasnya Batavia karena menjadi pusat kaum kelas atas dan para bangsawan Eropa menghabiskan waktunya dengan hiburan malam.
Tak sekedar menikmati berbagai suguhan, lokasi ini juga menjadi tempat dari praktek prostitusi pada zaman dulu. Bahkan para pelaku prostitusi didatangkan langsung dari China.
Lantas bagaimana potret masa kini dari Ji Lak Keng? Dilansir dari akun TikTok @maria.oldiest, Kamis (7/9) berikut ulasan selengkapnya.
Berkenalan dengan Las Vegas Batavia
Terletak di Chinatown terbesar di Indonesia, sebuah tempat bersejarah berdiri dan menjadi saksi perjalanan masa kolonialisme Belanda di Tanah Air.
Tempat ini berada di Pecinan Glodok, Jakarta Barat yang akrab dikenal dengan Jalan Ji Lak Keng. Gemerlap malam di tempat ini ratusan tahun lalu tak lagi tampak di era saat ini.
Hanya ada bangunan tua dengan arsitektur Tionghoa-Belanda yang masih bertahan dan beberapa lansia Tionghoa yang kemungkinan menjadi saksi sejarah di masa lalu.
Pada masa Kolonialisme Belanda, Pecinan Glodok dihuni banyak warga Tionghoa dan menjadi warga kedua setelah Belanda yang banyak berada di tempat ini.
Kini hanya tersisa peninggalan bangunan yang masih berdiri dan hanya bisa dijelajahi dengan berjalan kaki untuk melihat lebih jelas bangunan tersebut.
Saksi Sejarah Hiburan Malam & Prostitusi Era Belanda
Daerah tersebut memiliki sebuah gang yang konon disebut berdiri sebuah bangunan yang menjadi saksi sejarah praktik prostitusi era kolonial.
Tempat ini menjadi 'surga dunia' bagi bangsawan kelas atas Eropa dan Tionghoa. Karena Ji Lak Keng merupakan pusat tempat hiburan malam dan prostitusi yang besar pada masa itu.
Karena alasan tersebut tempat ini dijuluki Las Vegas Batavia. Banyak wanita pengbibur yang didatangkan langsung dari Tiongkok.
Setelah praktek perbudakan dilarang dan menjadi sebuah masalah bila memelihara gundik, tempat ini akhirnya menjadi pelarian para hidung belang untuk mencari kesenangan.
Dihilangkan oleh Rezim yang Berkuasa
Tempat ini dahulu terdapat 26 bangunan yang berjejer dengan fungsi yang sama. Namun saat ini hanya tersisa satu yang masih berdiri.
Hanya ada satu bangunan yang bernama Lay an Tong yang dulu menjadi toko obat dan kini sudah tak lagi beroperasi.
Cerita lokasi ini sengaja dihilangkan pada rezim yang berkuasa untuk menghapus segala sesuatu yang berbau dengan Tionghoa.
Asal Mula Guling Diciptakan
Prajurit Belanda dikenal pelit dan tak ingin menggadaikan uang mereka hanya untuk menikahi wanita lokal.
Para prajurit yang tak mampu membawa istri mereka ke Indonesia, akhirnya terobati dengan adanya bantal guling.
Sosok Gubernur Raffles yang menjadi tokoh pencetus terciptanya guling pada abad ke-18. Tujuannya untuk mengobati rasa rindunya dengan cepat berangkat tidur.
Guling yang berbahan empuk lebih nyaman dinikmati oleh orang Belanda sekaligus terhibur dengan adanya guling.