Tokoh Agama 'Happy' Ada Program Magrib Mengaji RK-Suswono, ini Alasannya
Gus Fahrur menekankan pentingnya suasana religius dalam kehidupan modern.
Program 'Maghrib Mengaji' yang diusulkan oleh pasangan Ridwan Kamil dan Suwono untuk anak-anak di seluruh Jakarta mendapatkan sambutan positif dari Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur, serta Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta, Agus Suradika.
"Ya, jika benar itu sangat bagus agar anak-anak Jakarta rajin mengaji. Kami setuju program salat berjemaah dan mengaji jika dilaksanakan secara baik dan konsekuen," kata Gus Fahrur.
Gus Fahrur juga menekankan pentingnya suasana religius dalam kehidupan masyarakat modern. Menurutnya, kitab suci mengajarkan nilai-nilai luhur yang harus dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Pembentukan karakter dengan landasan akhlak moral keagamaan ini jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan landasan lainnya," ujarnya.
Sementara itu, Agus Suradika mengungkapkan bahwa tradisi mengaji di surau setelah salat Magrib hingga menjelang Isya sudah berlangsung lama di Jakarta. Ia mengingatkan bahwa sebelumnya, Wali Kota Jakarta Barat pernah memulai program serupa, tetapi sayangnya tidak berjalan dengan baik.
"Itu tradisi lama di Jakarta. Habis Magrib menjelang Isya itu biasanya anak-anak mengaji di surau dan pernah dulu wali kota Jakarta Barat menginisiasi itu, tapi karena lingkupnya mungkin hanya berupa edaran dari wali kota, program itu tidak berjalan maksimal," jelas Agus.
Dengan adanya program ini, diharapkan anak-anak Jakarta dapat lebih aktif dalam kegiatan mengaji dan menumbuhkan nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari.
Agus menyatakan bahwa Muhammadiyah telah lama menyampaikan kepada pemerintah tentang pentingnya program Magrib Mengaji untuk anak-anak. Ia memberikan dukungan penuh jika Ridwan Kamil ingin merealisasikan dan mempromosikan program Magrib Mengaji di Jakarta.
"Saya kira kalau Pak Ridwan Kamil mau menginisiasi ini, itu akan baik sekali dan harus diformalkan ke dalam bentuk Pergub setidaknya, syukur-syukur menjadi Perda," ungkapnya.
Agus melanjutkan bahwa setelah program tersebut menjadi Perda, maka semua pihak yang beragama Islam diwajibkan untuk mengaji di rumah antara waktu Magrib hingga Isya.
"Saya kira ini baik sekali menjadi concern juga Pemda DKI Jakarta, di mana warga Jakarta memang mayoritas beragama Islam," tambah Agus Suradika.
Menurutnya, bisa saja muncul kontroversi ketika orang beranggapan bahwa pendidikan agama adalah ranah pribadi. Namun, ia menekankan bahwa masa depan anak-anak bangsa perlu diperkuat dengan spiritualitas yang tinggi. Kewajiban negara dan pemerintah daerah adalah memperkuat aspek spiritualitas agar warga Jakarta dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman.
"Jadi argumen-argumen yang menolak itu barangkali karena memandang kok ini negara ngurusi domain privat. Tapi jangan lupa, kalau terjadi degradasi moral warga, itu yang rugi kita semua. Maka negara wajib, pemerintah wajib ikut," jelas Agus Suradika.
Dengan demikian, penting bagi pemerintah untuk terlibat dalam upaya meningkatkan kesadaran spiritual masyarakat, terutama di wilayah dengan mayoritas penduduk Muslim seperti Jakarta.
Program Magrib Mengaji yang dimunculkan RK-Suswono sempat menuai polemik. Pasangan cagub dan cawagub Pramono-Rano menilai program ini sebagi alat kampanye. Pasangan nomor urut 3 itu menjelaskan agama dan etnis tak boleh digunakan dalam politik.