Aturan Aneh Perang Dunia II: Tentara Wajib Tampil Modis, Bahkan di Medan Perang
Perang Dunia II adalah salah satu perang paling besar dan paling luas yang pernah terjadi.

Perang Dunia II adalah salah satu perang paling besar dan paling luas yang pernah terjadi, dengan banyak negara terlibat dalam apa yang dikenal sebagai "perang total."
Ini berarti bahwa hampir semua sumber daya yang dimiliki oleh negara-negara yang terlibat diarahkan untuk mendukung upaya perang. Akibatnya, peraturan yang sangat ketat diberlakukan di seluruh masyarakat, mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan, termasuk cara prajurit bertempur di garis depan dan peran perempuan dalam konflik tersebut.
Di medan perang, para prajurit, yang sering kali juga melibatkan wanita, harus mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan atasan mereka.
Semua aturan ini dirancang untuk mendukung tujuan militer dan politik negara yang terlibat dalam perang, meskipun kepentingan pribadi prajurit seringkali menjadi perhatian sekunder.
Dilansir dari Grunge, salah satu komandan terkenal Amerika Serikat selama Perang Dunia II adalah Jenderal George Patton.
Patton dikenal sebagai pemimpin yang sangat efektif, berhasil merebut Sisilia dan memainkan peran penting dalam serangan besar setelah D-Day di Prancis dan Belgia.
Keberhasilannya membuat banyak orang di atasnya harus menerima sifatnya yang keras dan temperamental.
Salah satu kebiasaannya yang paling terkenal adalah obsesi Patton terhadap penampilan rapi, bahkan di tengah pertempuran.
Misalnya, pasukannya diharuskan memakai dasi meskipun berada di medan perang, bahkan di cuaca panas dan lembap seperti di Sisilia.
Tidak hanya itu, prajuritnya juga harus mengenakan helm bahkan saat berada di jamban, tempat yang jarang memberi kesempatan untuk berperilaku bebas.
Pengecualian Medis
Namun, ada pengecualian bagi mereka yang memiliki alasan medis, seperti yang dilakukan seorang prajurit yang selamat dari luka parah setelah diserang oleh tentara Jerman.
Menariknya, dasi yang menjadi bagian dari aturan ketat ini memiliki sejarah panjang yang berasal dari masa perang.
Pada abad ke-17, tentara bayaran Kroasia yang berperang untuk Prancis mengenakan kain berwarna cerah di leher mereka sebagai bagian dari pakaian militer.
Orang Prancis, yang dikenal akan kecintaan mereka terhadap mode, kemudian mengadopsi kain tersebut sebagai aksesori gaya dan menyebutnya "cravat," yang berasal dari kata "Hrvat," yang berarti Kroasia.
Perang Dunia II menunjukkan bagaimana peraturan yang ketat dapat memengaruhi kehidupan prajurit, bahkan dalam situasi yang paling ekstrem.
Namun, di balik disiplin yang ketat ini, terdapat pula cerita-cerita tentang bagaimana para prajurit beradaptasi dengan kenyataan medan perang dan bagaimana peran mereka dalam konflik ini mencerminkan tujuan yang lebih besar dari negara mereka.