Bergerak dalam Senyap, Melihat Perkembangan Intelijen Indonesia dari Zaman Presiden Soekarno hingga Kini
Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, perkembangan intelijen telah mengalami transformasi yang signifikan.

Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, perkembangan intelijen telah mengalami transformasi yang signifikan. Dari dukungan operasi militer melawan kolonialisme hingga tantangan era digital saat ini, perjalanan intelijen Indonesia mencerminkan dinamika politik dan keamanan nasional yang terus berubah.
Artikel ini akan membahas sejarah perkembangan intelijen Indonesia, perubahan signifikan yang terjadi, serta pengaruhnya terhadap kinerja intelijen. Simak ulasannya dari berbagai sumber, Minggu (16/2/2025).
Era Orde Lama (Sebelum 1966)

Pada fase awal kemerdekaan (1945-1950an), intelijen Indonesia difokuskan pada dukungan operasi militer untuk melawan sisa-sisa kolonialisme dan menghadapi gejolak internal. Lembaga intelijen yang ada pada masa ini berperan penting dalam pengumpulan informasi untuk mendukung operasi militer, termasuk penyusupan dan penggalangan dana.
Militerisasi intelijen menjadi ciri khas periode ini, di mana terdapat beberapa badan intelijen yang berdiri sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi yang efektif.
Seiring berjalannya waktu, muncul berbagai badan intelijen seperti Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI) dan Badan Pusat Intelijen (BPI) yang dibentuk pada tahun 1959.
BPI bertujuan untuk mengkoordinasikan berbagai badan intelijen yang ada, meskipun pembentukan dan perubahan lembaga ini seringkali dipengaruhi oleh rivalitas politik antar kelompok dan golongan.
Era Orde Baru (1966-1998)

Memasuki era Orde Baru, intelijen negara sangat terintegrasi dengan militer. Komando Intelijen Negara (KIN) dibentuk pada tahun 1966 dan berkembang menjadi badan intelijen yang kuat dan berpengaruh. Namun, era ini juga seringkali dikaitkan dengan pelanggaran HAM dan penyalahgunaan kekuasaan untuk mempertahankan rezim yang berkuasa.
Fungsi intelijen lebih berfokus pada mendukung kelestarian rezim, mengabaikan kepentingan masyarakat. Selama periode ini, tokoh-tokoh intelijen seperti Jenderal Ali Murtopo dan Jenderal Soegeng Sarjadi Soegeng menjadi figur penting.
Mereka memiliki peran strategis dalam pengambilan keputusan terkait intelijen dan keamanan negara. Dominasi militer dalam intelijen menciptakan ketidakpuasan di kalangan masyarakat yang mendambakan reformasi.
Era Reformasi (1998-sekarang)

Reformasi pada tahun 1998 membawa tuntutan kuat akan perubahan dalam bidang intelijen. Terdapat upaya untuk mendepolitisasi dan memproteksionalkan badan intelijen agar lebih berorientasi pada kepentingan nasional dan menghormati hak asasi manusia.
Puncak reformasi intelijen ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Badan Intelijen Negara (BIN). Undang-undang ini mengatur secara jelas mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab BIN sebagai satu-satunya badan intelijen negara yang terintegrasi.
Perkembangan teknologi informasi juga membawa perubahan signifikan pada cara kerja intelijen. Ancaman siber, disinformasi, dan kejahatan transnasional menjadi tantangan baru yang harus dihadapi.
Intelijen dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini. Upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan kapasitas sumber daya manusia di bidang intelijen terus dilakukan, termasuk peningkatan pelatihan dan pengembangan teknologi intelijen.
Perubahan Signifikan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Intelijen

Dari militerisasi menuju profesionalisme, perubahan paling signifikan dalam sejarah intelijen Indonesia adalah pergeseran dari dominasi militer ke arah profesionalisme yang lebih tinggi. Penekanan pada penghormatan HAM dan supremasi hukum menjadi prioritas dalam operasional intelijen.
Konsolidasi lembaga intelijen melalui pembentukan BIN diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan efektivitas kerja intelijen. Di era digital, kolaborasi antar lembaga pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil menjadi semakin penting.
Intelijen harus mampu beradaptasi dengan tantangan baru seperti ancaman siber dan disinformasi. Perkembangan di bidang intelijen terus berlangsung, sehingga informasi ini mungkin perlu diperbarui di masa mendatang.
Dengan demikian, perjalanan intelijen Indonesia mencerminkan adaptasi terhadap perubahan zaman dan kebutuhan keamanan nasional.