Perang Intelijen Iran Vs Israel, Kisah Para Agen Spionase di 2 Negara Musuh Bebuyutan
Perang intelijen antara Iran dan Israel melibatkan sejumlah agen mata-mata.
Melansir dari laman Al-Jazeera, Senin (18/11) seorang pejabat CIA Asif Rahman dituduh melakukan pembocoran informasi intelijen AS terkait persiapan Israel untuk melakukan serangan balasan terhadap Iran pada bulan Oktober lalu.
Kabar tersebut membuka pandangan tentang perang bayangan spionase dan kontra-spionase yang telah terjadi dalam konflik regional selama beberapa dekade.
Menurut kabar yang beredar, saluran Telegram yang berbasis di Iran, Rahman, dituduh melakukan pembocoran serta ingkar dengan pemerintah Iran.
Peristiwa tersebut telah mempermalukan pemerintah AS yang belum pulih dari hukuman sebelumnya terhadap pejabat AS lainnya, Jack Teixeira, karena membocorkan surat-surat Pentagon.
Kebocoran Rahman membuktikan adanya interaksi suram antara agen mata-mata Iran, Israel, dan AS yang terlibat konflik saat ini.
Israel Tangkap Warga Mata-mata Iran
Pada akhir Oktober lalu, badan keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet, telah menangkap tujuh warga negara Israel yang tinggal di Yerusalem Timur karena dicurigai melakukan spionase atas nama Iran.
Sebelumnya, Shin Bet juga berhasil menangkap tujuh warga negara Israel lainnya di Haifa karena dicurigai membantu musuh.
Musuh yang dimaksud pun berkaitan dengan Kementerian Intelijen Iran, di masa perang.
Selain itu kepolisian Israel mengkonfirmasi bahwa ada lebih banyak tahanan yang berpihak pada Iran yang beroperasi di negara tersebut.
Pada bulan September, pengusaha Israel berusia 73 tahun, Moti Maman, juga dituduh oleh Shin Bet dan polisi Israel bekerja sama dengan intelijen Iran.
Moti diduga menawarkan untuk membunuh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan tokoh politik lainnya dengan imbalan pembayaran di muka sebesar $1 juta.
Iran Eksekusi Mata-mata Israel
Seperti halnya Israel, Iran juga siaga dengan menangkap beberapa warganya selama perang Israel di Gaza dengan tuduhan bekerja sama dengan agen mata-mata Israel, Mossad.
Pada bulan Desember, Iran mengeksekusi tiga pria dan seorang wanita yang dituduh bertindak atas nama Mossad di Iran dan melakukan tindakan, mulai dari sabotase hingga penculikan pejabat keamanan Iran.
Pada bulan September, setelah serangan yang dikaitkan dengan Israel terhadap sistem komunikasi sekutu Iran, Hizbullah, Iran mengumumkan penangkapan 12 warganya atas tuduhan berkolaborasi dengan Israel dan merencanakan serangan di negara tersebut.
Andalkan Kecerdasan Manusia
Pada dasarnya teknik spionase di dunia terus berubah seiring berkembangnya teknologi.
Berbagai bentuk penyadapan elektronik, pengawasan dan pemantauan media sosial telah menjadi alat intelijen yang berharga.
Namun, ilmuwan senior Pusat Kebijakan Internasional, Sina Toossi menyebut kecerdasan manusia tetap menjadi kunci dalam pengumpulan informasi dan penargetan militer.
“Kecerdasan manusia memainkan peran penting dalam perang rahasia yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran.”
“Kedua negara sangat terlibat dalam pengumpulan intelijen melalui operasi spionase dan kontra-spionase untuk menginformasikan perhitungan strategis mereka yang lebih luas,” kata Sina Toossi.
Sebagai bukti, banyak warga Israel yang ditangkap di Haifa lantaran dituduh melakukan 600 hingga 700 misi pengumpulan intelijen untuk Iran selama dua tahun.
Salah satunya menargetkan seorang pejabat senior dan berpotensi pembunuhan yang mirip dengan pembunuhan besar-besaran Israel.
Seperti saat pembunuhan terhadap pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran pada tahun Juli.
“Di Iran, Israel menunjukkan kemampuannya melalui serangkaian pembunuhan besar-besaran dan misi sabotase, yang sering kali dikaitkan dengan penetrasi mendalam Mossad."
“Di sisi lain, Iran telah melakukan upaya untuk membangun jaringan intelijen manusia di Israel, seperti yang terlihat dari penangkapan beberapa warga Israel baru-baru ini yang dituduh menjadi mata-mata untuk Iran,” kata Toossi.