Serangan Israel ke Kedutaan Iran di Damaskus Tewaskan Jenderal Garda Revolusi
Serangan Israel ke Kedutaan Iran di Damaskus Tewaskan Jenderal Garda Revolusi
Pasukan Garda Revolusi Iran mengatakan serangan pesawat tempur Israel menghantam bagian dari kompleks Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah, pada Senin (1/4).
Serangan Israel ke Kedutaan Iran di Damaskus Tewaskan Jenderal Garda Revolusi
Serangan itu menewaskan setidaknya tujuh petugas yang mengawasi operasi rahasia Iran di Timur Tengah.
Menurut Korps Garda Revolusi Islam, serangan tersebut dianggap sebagai salah satu yang paling mematikan dalam perang bayangan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun antara Israel dan Iran. Serang tersebut menewaskan tiga jenderal dari Pasukan Quds Iran, badan intelijen dan militer eksternal, dan empat perwira lainnya.
Militer Israel menolak berkomentar mengenai serangan tersebut, namun empat pejabat Israel, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya untuk membahas masalah-masalah intelijen yang sensitif, mengakui Israel telah melakukan serangan tersebut.
Sebelumnya, perang rahasia ini telah mencakup penggunaan proksi asing oleh Iran untuk menyerang kepentingan Israel, dan pembunuhan yang ditargetkan oleh Israel terhadap pemimpin militer dan ilmuwan nuklir Iran.
Namun, sejak Israel dan Hamas, milisi yang didukung Iran di Jalur Gaza, berperang pada bulan Oktober, ketegangan antara kedua negara semakin meningkat.
Serangan di Damaskus menewaskan Mohamad Reza Zahedi, 65 tahun, seorang komandan senior di Pasukan Quds. Jenderal Zahedi, kata para pejabat Iran, mengawasi operasi militer rahasia Pasukan Quds di Suriah dan Lebanon.
Turut terbunuh dalam serangan tersebut adalah Jenderal Mohammad Hadi Haj Rahimi, wakil komandan Pasukan Quds di Lebanon dan Suriah dan orang kedua di bawah Jenderal Zahedi, dan Jenderal Hossein Aman Allahi, yang bertanggung jawab atas operasi militer Pasukan Quds di wilayah tersebut, demikian menurut media Iran dan pernyataan resmi Garda Revolusi Iran.
"Selama bertahun-tahun, Israel dan Iran telah terlibat dalam apa yang biasa disebut 'perang bayangan'," ujar Ali Vaez, direktur Iran di International Crisis Group, pada hari Senin (1/4) dalam sebuah unggahan di media sosial.
Nasser Kanaani, juru bicara kementerian luar negeri Iran, mengatakan Iran masih menyelidiki ruang lingkup serangan tersebut, namun mengancam akan ada konsekuensi yang harus ditanggung oleh Israel.
Kantor berita pemerintah Suriah dan Iran melaporkan sedikitnya tujuh orang tewas dalam serangan yang terjadi pada hari Senin (1/4). Mereka juga menyiarkan rekaman video yang menunjukkan reruntuhan bangunan, kaca-kaca yang pecah, puing-puing yang menutupi tanah, dan mobil yang terbakar.
Menurut dua anggota Garda Revolusi Iran, serangan tersebut menargetkan sebuah pertemuan rahasia yang dihadiri oleh para pejabat intelijen Iran dan militan Palestina untuk membahas perang di Gaza.
Di antara mereka terdapat para pemimpin Jihad Islam Palestina, sebuah kelompok yang dipersenjatai dan didanai oleh Iran.
Israel dan Iran menggambarkan bangunan yang diserang sebagai bagian dari operasi diplomatik Iran di Suriah; Israel mengatakan Garda Revolusi menggunakannya, menjadikannya target militer yang sah.
"Ini bukan konsulat dan bukan kedutaan," ujar juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, kepada CNN. "Ini adalah bangunan militer Pasukan Quds yang menyamar sebagai bangunan sipil di Damaskus."
Vaez, sang analis, mengatakan, "Menargetkan fasilitas diplomatik sama saja dengan menargetkan Iran di tanahnya sendiri."
Kegagalan untuk membalas akan melemahkan kehadiran militer Iran di Suriah, katanya, tetapi "Jika mereka merespons, mereka akan jatuh ke dalam perangkap yang mereka pikir telah dipasang oleh Israel untuk terlibat dalam perang langsung."
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian mengutuk keras serangan itu dan menyatakan ia telah berbicara dengan rekan-rekannya dari Suriah tentang "serangan rezim Zionis terhadap bagian konsulat kedutaan besar Republik Islam di Damaskus."
Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan bahwa serangan tersebut terjadi sekitar pukul 17.00 waktu setempat ketika jet-jet tempur Israel memasuki Suriah dari Dataran Tinggi Golan.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke media pemerintah, Hossein Akbari, Duta Besar Iran untuk Suriah, menyatakan bahwa dua jet tempur F-35 menyerang gedung konsulat. Akbari menyatakan beberapa penasihat militer Iran yang dikirim ke Suriah termasuk dalam korban.
Setelah serangan tersebut, para pendukung pemerintah Iran menggunakan media sosial untuk mempertanyakan apakah Israel tahu tentang pertemuan rahasia tersebut dan apakah para informan telah menyusup ke aparat keamanan Iran.
Dalam sebuah wawancara dari Teheran, analis konservatif yang dekat dengan pemerintah, Peyman Syed Taheri, mengatakan warga Iran tertekan oleh serangan Israel di Damaskus, dan mereka khawatir upaya pemerintah untuk mencapai kebuntuan dengan Israel tidak berhasil.
"Keamanan nasional kami telah dibobol. Entah Iran harus merespons agar Israel tidak menyerang kami di Teheran atau jika tidak mau merespons, Iran harus memikirkan kembali dan memoderasi kebijakan regional dan kehadiran militernya," kata Taheri.