Jejak Operasi Intelijen Israel di Dalam Negeri Iran, Perang Rahasia Pembunuhan Para Tokoh Penting
Iran dan Israel telah lama menjadi musuh bebuyutan. Sejak revolusi Iran terjadi pada 1979, Iran telah menjadi musuh nyata bagi Israel dan Amerika Serikat.
Jejak Operasi Intelijen Israel di Dalam Negeri Iran, Perang Rahasia Pembunuhan Para Tokoh Penting
Hubungan antara Iran dengan Israel makin memanas hari-hari belakangan. Penyebabnya, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh tewas dibunuh dengan menggunakan rudal canggih yang menghantam tempatnya menginap di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024) dini hari.
Pembunuhan Ismail Haniyeh terjadi hanya beberapa jam setelah ia menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
Pembunuhan Haniyeh ini tentu saja mencoreng wajah Iran karena bagaimana bisa ancaman keselamatan terhadap tamu negara tak terdekteksi oleh Iran.
Iran pun langsung murka dan menyatakan Israel bertanggungjawab atas kematian kepala biro politik Hamas Palestina itu.
Iran pun berjanji akan membalas dengan keras pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap Haniyeh.
Iran dan Israel telah lama menjadi musuh bebuyutan. Sejak revolusi Iran terjadi pada 1979, Iran telah menjadi musuh nyata bagi Israel dan Amerika Serikat.
'Perang di balik layar' antara Iran dan Israel pun sesungguhnya terjadi.
Sejumlah operasi intelijen dan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh penting Iran diduga telah beberapa kali dilakukan Israel.
Tragisnya, operasi rahasia pembunuhan para tokoh penting Iran yang diduga dilakukan para agen Mossad Israel itu dilakukan di dalam negeri Iran sendiri. Hal ini menjadi bukti rapuhnya intelijen dan keamanan Iran.
Pada Juni 2023, Mossad mengumumkan telah melakukan operasi khusus di wilayah Iran.
Dikutip dari Business Standard, Kamis (1/8/2020), saat itu agen Mossad menangkap seorang agen Iran yang dikirim untuk memimpin serangan teror terencana di Siprus terhadap target-target Israel.
Tak cuma itu, Mossad bahkan menerbitkan video agennya menginterogasi agen Iran tersebut. Dalam interogasi itu, agen Iran mengakui rencana tersebut.
Pada Mei 2022, Kolonel Hassan Sayyad Khodaei, perwira di Garda Revolusi Iran, ditembak dan dibunuh di luar rumahnya di Teheran.
Seorang anggota Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menyatakan pembunuhan Khodaei "jelas merupakan pekerjaan Israel".
Pada November 2020, ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh, yang diyakini oleh intelijen Barat dan Israel sebagai bapak program senjata nuklir Iran, tewas dalam sebuah serangan saat melintas dengan mobil di luar Teheran.
Iran langsung menyalahkan Israel dan kelompok oposisi yang diasingkan.
Iran menggambarkan operasi pembunuhan Fakhrizadeh sebagai jenis baru dan operasi yang kompleks.
Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran kepada TV pemerintah Iran, mengatakan operasi pembunuhan terhadap Mohsen Fakhrizadeh sangat kompleks karena menggunakan peralatan elektronik dan tidak ada seorang pun yang hadir di tempat kejadian.
Fakhrizadeh tewas saat mengemudikan mobilnya. Dia dibunuh dengan menggunakan senapan mesin yang dioperasikan robot yang dipasang di truk yang diparkir di pinggir jalan.
Manusia yang mengendalikan senapan mesin tersebut dilaporkan melakukan operasi tersebut dari lokasi yang dirahasiakan sejauh lebih dari 1.500 kilometer.
Operasi tersebut juga merupakan laporan pertama tentang penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk melakukan pembunuhan di tanah asing.
Saat mobil yang dikendarai Fakhrizadeh memasuki pandangan robot, operator Israel langsung dapat mengidentifikasi secara pasti ilmuwan nuklir tersebut menggunakan perangkat lunak pengenalan wajah.
Senapan mesin itu kemudian melepaskan tembakan yang menewaskan Fakhrizadeh.
Menurut laporan New York Times, seluruh operasi berakhir dalam waktu kurang dari satu menit dan total lima belas peluru ditembakkan.
Pada Januari 2018, agen Mossad dilaporkan menyerbu fasilitas aman di Teheran dan mencuri informasi nuklir rahasia.
Pada April tahun itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku Israel telah menemukan 100.000 "berkas rahasia" yang membuktikan bahwa Iran telah berbohong tentang tidak pernah memiliki program senjata nuklir.
Kemudian pada Januari 2012, Mostafa Ahmadi Roshan, yang digambarkan oleh Iran sebagai ilmuwan nuklir yang bekerja di fasilitas pengayaan uranium utamanya di Natanz, tewas di Teheran dengan menggunakan bom yang dipasang di mobilnya. Iran menyalahkan Israel dan AS atas serangan tersebut.
Pada November 2010, Majid Shahriari, seorang profesor di fakultas teknik nuklir Universitas Shahid Beheshti di Teheran, tewas ketika mobilnya meledak saat ia sedang dalam perjalanan ke kantor.
Iran kembali menyatakan AS dan Israel berada di balik pembunuhan itu.
Pada Januari 2010, Masoud Ali-Mohammadi, seorang profesor fisika di Universitas Teheran, tewas menggunakan bom yang dikendalikan dari jarak jauh yang ditanam di sepeda motornya.
Teheran menggambarkan Ali-Mohammadi sebagai seorang ilmuwan nuklir, sementara media pemerintah Iran mengklaim bahwa Israel dan AS telah membunuhnya.
Israel juga diyakini terlibat dalam sedikitnya delapan serangan siber besar terhadap Iran, dengan yang paling terkenal adalah serangan tahun 2010 yang melibatkan virus Stuxnet, yang pertama kali ditemukan di komputer di pabrik nuklir Iran.
Menurut perkiraan Institut Sains dan Keamanan Internasional, serangan virus tersebut mengakibatkan hancurnya sedikitnya 1.000 dari 9.000 sentrifus yang ada di fasilitas pengayaan Natanz.
Iran menyalahkan Israel dan AS atas serangan tersebut. Israel juga dilaporkan menggunakan pesawat tanpa awak bunuh diri untuk menyerang fasilitas militer di Iran, termasuk kompleks militer Parchin yang terletak di dekat Teheran dan fasilitas lain di Isfahan.