Bank Indonesia Diminta Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen, Ini Pertimbangannya
Inflasi pada November 2024 turun ke 1,55 persen secara tahunan dan mencapai titik terendahnya sejak April 2021.
Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky meminta Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 6 persen. Alasannya, Rupiah tengah mengalami depresiasi yang cukup signifikan.
"Mengingat besarnya tekanan pada Rupiah, kami memandang BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00 persen dalam rapat Dewan Gubernur bulan ini," kata Teuku dalam laporannya, Rabu (18/12).
Teuku menjelaskan inflasi pada November 2024 turun ke 1,55 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan mencapai titik terendahnya sejak April 2021.
Ia menilai angka inflasi yang lebih rendah pada November 2024 terutama didorong oleh turunnya inflasi bahan makanan dan deflasi harga pangan bergejolak akibat efek high-base dan melimpahnya pasokan bahan makanan pasca musim panen.
Dia menambahkan pasar modal di berbagai negara berkembang berada di bawah tekanan dalam dua bulan terakhir di tengah kekhawatiran atas potensi kenaikan tarif terhadap barang impor ke AS di bawah pemerintahan Donald Trump.
Akibatnya, Indonesia mengalami arus modal keluar sekitar USD0,75 miliar sejak pertengahan November dan Rupiah terdepresiasi sebesar 1,39 persen secara bulanan (month to month) dari Rp15.770 per USD menjadi Rp15.990 per USD dalam 30 hari terakhir.
"Inflasi November 2024 merupakan tingkat inflasi terendah sejak April 2021," imbuhnya.
Teuku menuturkan penurunan inflasi bahan makanan ditambah dengan deflasi pada harga pangan bergejolak merupakan salah satu faktor utama yang mendorong penurunan tingkat inflasi secara keseluruhan.
"Langkah-langkah Pemerintah Indonesia untuk menjaga harga, seperti penyesuaian harga bahan bakar, juga berkontribusi pada penurunan biaya di berbagai kegiatan ekonomi," terang dia.