Fenomena Mengkhawatirkan, Utang Pinjol Naik Saat Lebaran
Banyak orang beralih ke pinjol untuk memenuhi kebutuhan konsumtif mereka, seperti membeli pakaian baru, memberikan hadiah Lebaran.

Menjelang Lebaran, fenomena peningkatan utang pinjaman online (pinjol) di Indonesia kembali mencuat. Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat selama bulan Ramadhn dan menjelang Idul Fitri, yang biasanya lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Banyak orang beralih ke pinjol untuk memenuhi kebutuhan konsumtif mereka, seperti membeli pakaian baru, memberikan hadiah Lebaran, menyajikan hidangan spesial, serta biaya mudik.
Kemudahan akses dan proses pengajuan yang cepat menjadi daya tarik utama pinjol. Meskipun demikian, risiko yang menyertainya cukup besar.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa penyaluran pinjaman melalui layanan buy now pay later (BNPL) dan fintech peer-to-peer (P2P) lending tumbuh selama periode Lebaran dalam beberapa tahun terakhir.
Meski industri pinjol legal menunjukkan pertumbuhan positif, peningkatan ini juga diiringi dengan potensi peningkatan kredit macet. Banyak peminjam mengalami kesulitan dalam melunasi utang karena bunga yang tinggi, denda keterlambatan, dan praktik penagihan yang tidak etis dari beberapa perusahaan pinjol, baik yang legal maupun ilegal.
Risiko Utang Pinjol yang Mengancam
Risiko yang ditimbulkan oleh utang pinjol tidak hanya terbatas pada masalah keuangan. Banyak kasus menunjukkan dampak negatif pinjol terhadap aspek sosial, ekonomi, dan keluarga. Beberapa dampak tersebut meliputi stres, konflik interpersonal, hingga tindakan kriminalitas seperti bunuh diri. Pinjol ilegal semakin memperparah situasi dengan bunga yang tidak masuk akal dan praktik penagihan yang agresif.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk bijak dalam menggunakan layanan pinjol. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghindari terjebak dalam utang pinjol antara lain adalah:
- Perencanaan Keuangan yang Matang: Buatlah anggaran yang realistis dan sesuaikan pengeluaran dengan kemampuan finansial. Prioritaskan kebutuhan pokok dan hindari pengeluaran konsumtif yang berlebihan.
- Manfaatkan THR dan Zakat: Gunakan Tunjangan Hari Raya (THR) dan zakat fitrah secara bijak untuk memenuhi kebutuhan Lebaran.
- Berhutang pada Kerabat atau Teman: Jika memang membutuhkan pinjaman, cobalah untuk meminjam dari kerabat atau teman yang terpercaya dan memiliki keleluasaan dana.
- Hindari Pinjol Ilegal: Waspadai tawaran pinjol ilegal yang menjanjikan kemudahan tanpa syarat yang ketat. Pastikan perusahaan pinjol yang digunakan terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
- Tingkatkan Literasi Keuangan: Pahami seluk-beluk produk keuangan dan risiko yang terkait sebelum mengambil keputusan.
Penyebab Masyarakat Terjebak Pinjaman Online Saat Lebaran
Lebaran Idul Fitri identik dengan kebahagiaan dan kebersamaan bersama keluarga. Namun, di balik kemeriahannya, ada tantangan finansial yang perlu diwaspadai. Banyak orang tergoda untuk berbelanja berlebihan hingga akhirnya terjerat pinjaman online (pinjol).
Menurut Dosen Ilmu Ekonomi Syariah IPB University, Dr. Ranti Wiliasih, banyak masyarakat yang menggunakan pinjol karena dorongan emosional, seperti FOMO (fear of missing out) dan keinginan untuk mengikuti tren.
Sayangnya, banyak yang tidak menyadari bahwa pinjaman ini justru membebani keuangan mereka di kemudian hari. Dr. Ranti mengingatkan,
"Pinjaman konsumtif seharusnya dihindari, kecuali dalam keadaan darurat seperti kebutuhan medis atau bencana," katanya.
Maraknya pinjol ilegal juga memperparah kondisi ini. Dengan bunga yang sangat tinggi dan praktik penagihan yang tidak etis, banyak masyarakat yang terjebak dalam lingkaran utang yang sulit untuk dilunasi. Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih berhati-hati dan bijak dalam memilih sumber pinjaman.
Lebaran seharusnya dirayakan dengan penuh kebahagiaan dan tidak perlu dibebani oleh utang yang mencekik. Dengan perencanaan keuangan yang baik dan kesadaran akan risiko pinjol, masyarakat dapat menikmati momen Lebaran tanpa harus terjerat masalah keuangan.