Kurangi Beban Rumah Tangga Berpenghasilan Rendah, Pemerintah Singapura Turunkan Biaya Pra Sekolah
Penurunan biaya pra sekolah yang dilakukan pemerintah merupakan kedua kalinya.

Singapura terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung keluarga, terutama orang tua yang memiliki anak-anak usia prasekolah. Dalam pidato anggarannya pada Selasa 18 Februari 2025, Perdana Menteri Lawrence Wong mengumumkan beberapa langkah signifikan yang akan mengurangi beban biaya pendidikan anak prasekolah.
Penurunan Biaya Prasekolah
Salah satu langkah penting yang diumumkan adalah pembatasan biaya prasekolah. Biaya penitipan anak di prasekolah operator utama akan dibatasi hingga SGD610 (Rp7,3 juta) per bulan, sementara untuk operator mitra, biaya tidak akan melebihi SGD650 (Rp7,8 juta). Ini adalah penurunan dari batasan sebelumnya yang masing-masing sebesar SGD640 (Rp7,2 juta) dan SGD680 (Rp8,2 juta). Ini adalah tahun kedua berturut-turut di mana pemerintah menurunkan batasan biaya prasekolah sebagai bagian dari komitmennya untuk meringankan biaya hidup bagi keluarga.
Perubahan ini akan sangat meringankan beban orang tua, terutama yang memiliki anak prasekolah. Setelah subsidi yang diberikan, keluarga dengan penghasilan ganda hanya perlu membayar sekitar SGD300 (Rp3,6 juta) per anak. Bahkan, keluarga dengan penghasilan rendah dan menengah akan membayar lebih sedikit lagi berkat adanya subsidi tambahan.
"Pengurangan ini akan membuat biaya prasekolah sehari penuh tetap sama dengan biaya sekolah dasar dan biaya penitipan anak sepulang sekolah,” ujar Wong dilansir Channel News Asia (CNA).
Perdana Menteri Wong menambahkan bahwa pengurangan ini akan membuat biaya prasekolah sehari penuh setara dengan biaya sekolah dasar dan biaya penitipan anak sepulang sekolah. Dengan langkah ini, pemerintah berharap dapat memberikan kemudahan bagi lebih banyak keluarga untuk mengakses pendidikan prasekolah yang berkualitas tanpa khawatir akan biaya yang terlalu tinggi.
Dukungan untuk Keluarga Berpenghasilan Rendah
Tidak hanya fokus pada biaya prasekolah, pemerintah Singapura juga menyoroti pentingnya mendukung keluarga berpenghasilan rendah dan rentan. Dalam pidatonya, Wong menyatakan bahwa pemerintah akan melakukan lebih banyak hal untuk membantu keluarga-keluarga ini mencapai stabilitas, kemandirian, dan mobilitas sosial.
Sebagai bagian dari upaya ini, pemerintah mengumumkan pembaruan pada Skema Perumahan Fresh Start. Keluarga yang memiliki anak kedua dan tinggal di flat sewa umum akan berhak menerima hibah sebesar SGD75.000 (Rp909 juta) untuk membeli flat Flexi dua kamar atau flat standar tiga kamar dengan masa sewa lebih pendek. Ini merupakan peningkatan dari hibah SGD50.000 (Rp606 juta) yang sebelumnya diberikan melalui skema yang diluncurkan pada 2016.
Dukungan Lebih Lanjut untuk Keluarga yang Berhadapan dengan Tantangan
Pemerintah juga memperhatikan keluarga yang menghadapi tantangan besar dalam hidup, seperti masalah medis atau sebagai orang tua tunggal. Keluarga-keluarga ini seringkali kesulitan membeli flat dengan masa sewa penuh selama 99 tahun meskipun ada subsidi perumahan untuk pemilik rumah pertama kali. Oleh karena itu, dengan adanya fleksibilitas dalam memilih flat dengan masa sewa yang lebih pendek, pemerintah berharap dapat memberikan solusi yang lebih mudah dijangkau bagi keluarga yang membutuhkan.
“Mereka biasanya menghadapi tantangan yang lebih besar dalam hidup, seperti mengatasi masalah medis dalam keluarga, atau membesarkan anak sebagai orang tua tunggal,” tambahnya.
Menteri Pembangunan Nasional Desmond Lee juga akan memberikan rincian lebih lanjut mengenai skema perumahan ini dalam debat Komite Pasokan mendatang.