Menteri Budi Karya Optimis IKN Bakal Jadi Simpul Baru Tol Laut ke Indonesia Timur
Menhub berharap Nusantara bisa turut menjadi pintu gerbang pengiriman barang ke wilayah Indonesia Timur.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi memproyeksikan Ibu Kota Nusantara (IKN) akan menjadi titik simpul baru tol laut. Khususnya untuk distribusi logistik ke wilayah Indonesia Timur.
Dalam konteks ini, Budi Karya melihat keberhasilan Kupang menjadi satu titik simpul baru tol laut. Sehingga distribusi logistik untuk wilayah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP) kini bisa dilakukan dari ibu kota Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Ini sebenarnya bisa diumpamakan seperti keberhasilan dari Kupang. Dia menjadi satu titik simpul baru yang akhirnya tidak mengharuskan titik terujung, 3TP itu langsung ke Surabaya, ke Jakarta," ujar Budi Karya dalam Forum Diskusi FMB 9, Senin (30/9).
Dengan fungsi IKN sebagai kota pusat pemerintahan, Budi melihat peluang banyaknya kegiatan ekonomi di tempat tersebut. Sehingga ia turut berharap Nusantara bisa ikut menjadi pintu gerbang pengiriman barang ke wilayah Indonesia Timur.
"Jadi harapan kita, titik distribusi tidak lagi dari Surabaya, tapi di antaranya dari IKN. Satu sisi lebih dekat, jadi untuk yang Sulawesi Utara, Terbatas dan sebagainya itu dari IKN. Ini juga bisa menumbuhkan IKN itu sendiri," kata Budi Karya.
Pengusaha Lirik Ada Potensi Baru
Apalagi, kata Budi Karya, kawasan IKN sangat membutuhkan banyak produk.
"Apalagi sekarang kebutuhan logistik dari IKN sangat banyak. Sehingga bersamaan dengan kita menitipkan barang atau kebutuhan Indonesia bagian Timur, bisa menjadi satu titik simpul baru," kata Budi.
Menurut dia, para pelaku usaha perkapalan swasta juga sudah punya indra keenam atas potensi besar tersebut. Sehingga mereka mulai mengembangkan beberapa pelabuhan di sekitar IKN.
Pemerintah kemudian coba memberikan dukungan di antaranya untuk jadi titik simpul baru tol laut. Mengingat aktivitas perjalanan laut nantinya akan semakin tinggi dari yang ada saat ini.
"Sehingga lumayan, mungkin bisa 1.000 km sendiri mereka tidak perlu. Itu perjalanan dua hari. Jadi yang tadinya 7 hari menjadi 5 hari. Menjadi 5 hari ke titik itu sebulan bisa tiga kali. Tapi kalau sekarang kan karena memang jaraknya 2.000-3.000 km, harus seminggu atau 10 hari," kata Budi Karya mengakhiri.