Alasan warga perbatasan pilih gunakan Ringgit daripada rupiah

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) terus menekankan penggunaan rupiah di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu cara yang telah dilakukan bank sentral adalah dengan melakukan penukaran rupiah rutin ke pelosok tanah air termasuk pulau terdepan Indonesia.
Ternyata tidak hanya masalah penukaran uang lusuh, redenominasi atau pemotongan tiga nol belakang di tiap mata uang dinilai juga perlu. Hal ini berkaca dari masyarakat Indonesia bagian barat yang cenderung menggunakan ringgit karena mempunyai nilai tukar yang tinggi.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Lambok Antonius mendapati masyarakat di perbatasan Indonesia bagian Barat yang lebih cenderung menggunakan Ringgit dengan nilai tukar yang lebih tinggi, Lambok berharap proses redenominasi bisa segera terlaksana.
"Kalau mau beli kan pakai ringgit cuma bawa berapa lembar, kalau pakai rupiah kan itu bawa berlembar-lembar. Makanya perlu redenominasi itu," kata Lambok di Gedung Bank Indonesia, Jumat (7/6).
Masyarakat di perbatasan Indonesia bagian Timur dan perbatasan Indonesia bagian Barat ternyata juga punya perbedaan dalam hal penggunaan uang kesehariannya. "Yang daerah timur, misalnya perbatasan Papua dengan Papua Nugini itu kecenderungannya mereka gunakan rupiah. Tapi yang barat itu cenderung (gunakan) ringgit," tambahnya.
Proses redenominasi sendiri, lanjut Lambok, saat ini sudah masuk dalam tahap konsultasi publik. Sedangkan penerapannya masih menunggu persetujuan RUU Redenominasi oleh DPR. "Sekarang baru tahap konsultasi publik. RUU sekarang sudah sampai DPR, semoga segera dibahas," tutup Lambok.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memberi penekanan pentingnya penggunaan mata uang rupiah dalam menjaga supremasi di wilayah-wilayah Tanah Air. Hal ini berkaca dari sengketa dengan negara tetangga yang pernah terjadi.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas mengatakan, pada 17 Desember 2002 lalu, Indonesia harus rela kehilangan dua pulaunya, yakni Sipadan dan Ligitan yang jatuh ke tangan Malaysia.
"Kita pernah kehilangan dua pulau, Sipadan dan Ligitan. Kita tidak mau ini terjadi lagi. Pertimbangan Mahkamah Internasional kala itu, transaksi di sana tidak menggunakan rupiah tapi mata uang negara tetangga," ucap Ronald di Gedung Bank Indonesia, Rabu (5/6). (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya