Siap-Siap, Presiden Prabowo Bakal Ubah Skema Subsidi Langsung ke Orang Membutuhkan
Dengan ini, manfaat subsidi bisa terasa langsung ke masyarakat kelas bawah.
Presiden Indonesia Prabowo Subianto memberi sinyal akan merombak skema program subsidi. Prabowo ingin memastikan agar program subsidi tepat sasaran.
Dia menyebut, program subsidi yang diberikan pemerintah harus bersifat langsung. Dengan ini, manfaat subsidi bisa terasa langsung ke masyarakat kelas bawah.
"Kita harus berani meneliti dan kalau perlu kita ubah subsidi itu harus kepada langsung keluarga-keluarga yang membutuhkan itu," kata Prabowo dalam pidato kenegaraannya di Gedung MPR RI, Jakarta, Minggu (20/10).
Prabowo menyampaikan, skema penyaluran program subsidi akan diarahkan dengan memanfaatkan teknologi digital. Penggunaan teknologi ini agar penyaluran subsidi menjadi lebih transparan.
"Dengan teknologi digital kita akan mampu memastikan subsidi itu sampai ke setiap keluarga yang membutuhkan aliran bantuan itu tidak sampai ke mereka yang membutuhkan," tegas dia.
Dia mengakui bahwa skema penyaluran subsidi saat ini masih belum tepat sasaran. Sehingga, manfaat program subsidi dapat langsung dirasakan masyarakat yang membutuhkan.
"Kita tidak boleh aliran-aliran bantuan itu tidak sampai ke mereka yang tidak butuh itu. Saudara-saudara, anak-anak kita semua harus bisa makan bergizi minimal 1 kali sehari dan itu akan kita lakukan," tandasnya.
Rencana Pembatasan BBM Subsidi
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menilai bahwa pembatasan BBM bersubsidi perlu segera diterapkan. Menurutnya, penyaluran BBM subsidi yang tidak tepat sasaran menyebabkan negara mengeluarkan dana berlebih hingga Rp120 triliun per tahun.
Rencananya, penataan penyaluran BBM subsidi tepat sasaran akan dilakukan mulai 1 Oktober 2024. Namun, pelaksanaannya tertunda karena pemerintah masih melakukan kajian lebih lanjut.
"Menurut saya, kebijakan pembatasan konsumsi BBM subsidi ini sudah sangat mendesak untuk segera diterapkan," kata Fahmy kepada Liputan6.com, Jumat (4/10).
Fahmy menjelaskan bahwa BBM bersubsidi banyak dikonsumsi oleh golongan yang dinilai tidak berhak, dan secara nominal jumlahnya sangat besar.