Anak-anak Gaza yang Paling Berat Menanggung Derita Akibat Kekerasan Terbaru Israel
Merdeka.com - Suzy Ishkontana sulit bicara maupun makan. Telah dua hari sejak bocah perempuan 7 tahun itu ditarik dari reruntuhan rumah keluarganya, yang hancur akibat serangan udara Israel. Dia terperangkap berjam-jam di dalam reruntuhan sementara saudara-saudara dan ibunya meninggal di dekatnya.
Anak-anak mengalami trauma mendalam akibat bombardir Israel di Jalur Gaza. Bagi beberapa anak, mereka mengalami trauma berulang kali sepanjang hidup mereka yang singkat itu.
Ini adalah keempat kali dalam 12 tahun Israel dan Hamas, yang berkuasa di Gaza, bertempur. Setiap kali, Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza yang padat dan Hamas meluncurkan serangkaian roket ke Israel.
-
Apa yang terjadi dengan anak di Gaza? Potret sedih seorang bocah Palestina saat kehabisan makanan di tempat distribusi bantuan, ramai jadi sorotan di media sosial. Ekspresi sedihnya ketika mengetahui jika dia tidak mendapat jatah makanan ramai disebut warganet sangat menyayat hati.
-
Bagaimana Israel membuat orang Gaza kelaparan? Masyarakat Palang Merah Palestina (PRCS) berulang kali memperingatkan kondisi kemanusiaan yang semakin menurun di wilayah tersebut, akibat Israel menutup perbatasan dan melarang masuknya bantuan ke Gaza.
-
Apa dampak serangan Israel di Gaza terhadap anak-anak? 'Pada dasarnya, setiap satu hari, tercatat ada 10 anak yang rata-rata kehilangan satu atau dua kakinya,' kata Lazzarini, dikutip dari The Cradle, Rabu (26/6). Menurut data dari badan anak-anak PBB UNICEF, UNRWA mencatat bahwa angka tersebut tidak termasuk anak-anak yang kehilangan lengan dan tangan, ada lebih banyak catatan medis dari angka tersebut.
-
Kenapa anak-anak di Gaza hilang? Menurut laporan Save The Children, diperkirakan 21.000 anak Palestina hilang dalam agresi brutal Israel di Jalur Gaza. Banyak yang terperangkap di bawah reruntuhan, ditahan, dikubur di kuburan tanpa tanda, atau hilang dari keluarga mereka.
-
Bagaimana Israel melakukan penahanan terhadap anak-anak? Pada 9 Juni, sekitar 250 anak Palestina dari Tepi Barat hilang dalam penahanan militer Israel, keluarga mereka tidak dapat memastikan keberadaan dan kesejahteraan mereka secara fisik karena pembatasan kunjungan tambahan yang diberlakukan sejak Oktober.
-
Bagaimana keadaan warga Gaza setelah serangan Israel? 'Situasi kemanusiaan menjadi sangat menyedihkan, tidak hanya bagi penduduk kota Rafah tetapi juga bagi satu juta warga Palestina yang mengungsi di sini yang kelaparan, haus, dan trauma karena perang terus berlangsung,' jelas reporter Al Jazeera, Hani Mahmoud, yang melaporkan dari Rafah.
Menurut pejabat kesehatan Gaza, sedikitnya 63 anak-anak berada di antara 217 warga Palestina yang terbunuh di Gaza sejak pertempuran meletus pada 10 Mei. Di pihak Israel, 12 orang tewas oleh roket Hamas, salah satunya bocah laki-laki berumur 5 tahun.
Video-video dari Gaza yang beredar di media sosial menunjukkan penderitaan korban selamat yang kehilangan anggota keluarga mereka dalam serangan tersebut.
“Mereka berempat! Di mana mereka? Empat!” ratap seorang ayah di luar rumah sakit setelah mengetahui empat anak-anaknya terbunuh, dikutip dari AP, Rabu (19/5).
Video lain menunjukkan seorang bocah laki-laki menjerit, “Baba,” saat dia berlari menyusul para pelayat yang menggotong jenazah ayahnya ke pemakaman.
Keluarga Ishkontana terkubur di bawah puing-puing rumah mereka pada Minggu pagi, setelah Israel mengembom Kota Gaza dengan dalih menargetkan jaringan terowongan Hamas. Serangan itu dilakukan tanpa peringatan.
Riad Ishkontana mengisahkan kepada AP, bagaimana dia terkubur selama lima jam di bawah reruntuhan, terjepit di bawah beton, tidak bisa menjangkau istri dan lima anaknya.
“Saya mendengar suara mereka di bawah puing-puing. Saya mendengar Dana dan Zain memanggil, ‘Ayah! Ayah!’ sebelum suara mereka menghilang dan saya menyadari mereka telah meninggal,” ujarnya, merujuk ke dua anaknya.
Setelah dia diselematkan dan dibawa ke rumah sakit, keluarga dan staf rumah sakit berusaha menyembunyikan kabar duka itu.
“Saya tahu tentang kematian mereka satu demi satu,” ujarnya.
Akhirnya, Suzy ditemukan masih hidup, putri kedua dari tiga putrinya dan dua putra, dan hanya satu-satunya anaknya yang selamat.
Walaupun Suzy hanya mengalami sedikit luka fisik setelah tujuh jam terjebak di bawah reruntuhan, bocah mungil itu menderita trauma dan syok parah, menurut dokter anak yang merawatnya, Dr. Zuhair Al-Jaro.
Rumah sakit tidak bisa memberikannya perawatan psikologi yang dia butuhkan karena pertempuran yang masih berlangsung.
“Dia mengalami depresi berat,” ujarnya.
Dia baru mau makan pada Selasa, setelah dia diizinkan bertemu sepupunya di luar rumah sakit.
Saat ayahnya diwawancara AP, Suzy duduk di dekatnya, diam dan mengamati wajah orang-orang di ruangan itu tapi jarang melakukan kontak mata. Ketika ditanya dia ingin menjadi apa saat besar nanti, dia membuang muka. Ketika ayahnya mulai menjawab untuknya, mengatakan Suzy ingin jadi dokter, anak itu mulai menangis.
Ishkontana (42) yang baru-baru ini berhenti bekerja sebagai pramusaji karena lockdown virus corona, mengatakan Suzy anak yang pintar dan melek teknologi dan menyukai ponsel pintar dan tablet.
“Dia mengeksplorasi, dia lebih pintar memainkannya daripada saya,” ujarnya.
Suzy juga suka belajar dan mengumpulkan saudara-saudaranya untuk main sekolah-sekolahan dan dia menjadi gurunya.
Serangan pada Minggu pagi itu menargetkan terowongan Hamas di bawah Kota Gaza, kata militer Israel. Pesawat tempur mengebom Jalan Al-Wahda, salah satu jalan raya komersil tersibuk di kota itu, berdekatan dengan bangunan apartemen yang berisi toko, toko kue, kafe, toko elektronik di lantai dasarnya.
Tiga bangunan roboh, dan beberapa orang dari sedikitnya tiga keluarga terbunuh. Dari 42 orang yang tewas, di antaranya 10 anak-anak dan 16 perempuan.
Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan 11 anak-anak yang tewas dalam pertempuran ini telah menjalani program psiko-sosial untuk membantu anak-anak menghadapi trauma akibat menjadi korban kekerasan. Di antara mereka adalah kakak Suzy, Dana (8).
“Ini empat kalinya bagi sebagian besar mereka mengalami bombardir di sekitar rumah mereka,” kata manajer lapangan Dewan Dengungsi Norwegia, Hozayfa Yazji.
Para orang tua di Gaza dengan putus asa berusaha menenangkan anak-anak mereka yang ketakutan, saat bom dilepaskan, mengatakan kepada anak-anak mereka itu hanyalah kembang api atau menghibur mereka.
“Kekerasan tentu akan berdampak pada psikologi anak-anak ini,” kata Yazji.
“Kami memperkirakan bahwa situasi akan memburuk dan lebih banyak anak-anak yang membutuhkan lebih banyak dukungan.”
Dewan ini bekerja sama dengan 118 sekolah di Gaza, menjangkau lebih dari 75.000 siswa melalui Better Learning Program. Program ini melatih para guru menangani anak-anak yang trauma dan melakukan kegiatan seru untuk mengatasi stres mereka. Dewan ini juga melakukan kunjungan rumah untuk memberikan bantuan pada anak-anak.
Sekjen Dewan Pengungsi Norwegia, Jan Egeland, menyerukan gencatan senjata segera.
“Selamatkan anak-anak ini dan keluarga mereka. Berhenti bom mereka sekarang,” tegasnya.
Tapi dia mengatakan, dalam jangka panjang pentingnya mengakhiri blokde Gaza dan pendudukan wilayah Palestina. Ini menurutnya penting jika ingin mencegah lebih banyak kematian dan trauma anak-anak.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut cerita pilu Ibu di Gaza terpaksa beri tepung ke anaknya agar kenyang.
Baca SelengkapnyaPria Palestina itu berjalan di tengah banjir dan hujan deras dengan menggendong jenazah seorang gadis korban serangan Israel yang terbungkus kain kafan putih.
Baca SelengkapnyaBerikut momen haru anak perempuan Palestina yang mencari kayu di reruntuhan bangunan usai dibom Israel.
Baca SelengkapnyaIsrael membunuh lebih dari 13.000 anak-anak Palestina di Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaCurhatan dua anak perempuan Palestina ini begitu menyayat hati. Keduanya kini hidup dalam kondisi memprihatinkan. akibat penjajahan Israel atas Palestina.
Baca SelengkapnyaSetelah pasukan penjajah Israel mundur dari RS Al-Shifa, setelah mengepungnya selama 14 hari, mayat-mayat bergelimpangan.
Baca SelengkapnyaKrisis kemanusiaan di Gaza semakin parah, apalagi di tengah musim hujan seperti saat ini.
Baca SelengkapnyaPBB: Setiap Hari Ada 10 Anak Gaza yang Satu atau Dua Kakinya Harus Diamputasi karena Serangan Israel
Baca SelengkapnyaIni adalah curahan hati bocah Gaza, menyaksikan kekejaman dan kebrutalan Israel di hadapan matanya.
Baca SelengkapnyaMomen dokter darurat di Palestina ungkap pertemuan menyedihkan dengan seorang gadis berusia 9 tahun.
Baca SelengkapnyaPotret bocah di Palestina saat antri distribusi makanan yang diberikan.
Baca SelengkapnyaAntrean makanan di Gaza setiap hari selalu dihiasi teriakan dan tangis histeris anak-anak Palestina yang kelaparan.
Baca Selengkapnya