Belum menyerang, ISIS sudah menang di Amerika, ini buktinya
Merdeka.com - Sejak serangan di Paris, Prancis 13 November lalu yang menewaskan 129 orang, dunia dibekap ketakutan akan teror dari kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Tak terkecuali negara adidaya Amerika Serikat.
ISIS memang sebelumnya sudah mengancam akan menyerang Negeri Paman Sam. Bahkan dalam sebuah video, ISIS sesumbar akan meledakkan Gedung Putih supaya Presiden Barack Hussein Obama tewas.
Hingga detik ini memang ISIS belum menyerang Amerika, tapi dari survei yang dibikin oleh Institut Penelitian Agama Publik yang dirilis Kamis lalu, sudah ada tanda-tanda ISIS justru meraih kemenangan sebelum menyerang.
-
Kenapa kasus penembakan massal di AS meningkat? Setiap hari 321 orang jadi korban penembakan massal di AS.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Apa yang membuat orang takut? Melihat layar kapal viking di kejauhan saja sudah membuat orang-orang ketakutan.
-
Apa yang membuat orang takut berlebihan? Rasa takut adalah respons alami manusia terhadap situasi yang dianggap berbahaya atau mengancam. Namun, ketika takut menjadi berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari-hari, itu bisa menjadi masalah serius yang membutuhkan penanganan.
-
Siapa yang paling terdampak oleh serangan ini? Pengguna yang paling terdampak oleh serangan ini terutama berasal dari Brasil, Spanyol, Italia, dan Rusia.
-
Kapan serangan panik berlangsung? Umumnya berlangsung singkat, biasanya hanya beberapa menit untuk gejala yang paling intens.
Surat kabar the Independent melaporkan, Senin (14/12), sebagian publik Amerika sejak tahun lalu sudah merasakan kekhawatiran akan muncul serangan dari kelompok militan.
Pada November tahun lalu sekitar sepertiga rakyat Negeri Paman Sam takut jadi korban serangan teroris akan menimpa mereka atau keluarga.
Tahun ini sejak Teror Paris dan penembakan massal di San Bernardino, hampir separuh warga Amerika mengaku takut akan serangan serupa.
Terorisme saat ini dinilai sebagai masalah genting di Amerika, jauh lebih berbahaya ketimbang imigran ilegal dan penembakan massal.
Dalam setahun terakhir pandangan publik Amerika terhadap persoalan imigran ilegal tidak banyak berubah. Namun untuk tema terorisme dan penembakan massal publik Amerika terbelah.
Dari jajak pendapat pada bulan ini, diketahui sekitar 65 persen warga pendukung Partai Demokrat khawatir akan serangan teror. Sedangkan bagi warga simpatisan Partai Republik angka itu lebih tinggi, yakni sekitar 82 persen. Fakta itu kontras dengan kasus (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Situasi tersebut membuat orang-orang yang sedang menjalankan aktivitas di jalan raya panik mencari perlindungan.
Baca SelengkapnyaKepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPenangkapan teroris itu berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat adalah pendukung utama Israel dalam perang genosidanya di Jalur Gaza, Palestina.
Baca SelengkapnyaBeberapa bagian Amerika Serikat yang terkenal dengan kriminalitasnya, seperti, pencurian, perampokan, penganiayaan berat, dan seksual.
Baca SelengkapnyaTrump akan kembali menjabat sebagai presiden AS ke-47.
Baca SelengkapnyaSurvei: Mayoritas Kaum Muda Inggris Menilai Israel "Seharusnya Tidak Ada"
Baca SelengkapnyaKesaksian para bule atas keteguhan iman rakyat Palestina membuat mereka tertarik belajar Alquran hingga masuk Islam.
Baca SelengkapnyaBadan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut aksi teror di Indonesia terus menurun sejak tahun 2018.
Baca SelengkapnyaPasukan zionis Israel terus melancarkan pengeboman di wilayah Gaza Selatan.
Baca SelengkapnyaRentetan tembakan brutal tersebut mengenai puluhan orang, di mana satu orang dilaporkan tewas dan 21 lainnya terluka.
Baca SelengkapnyaIni merupakan hasil survei terbaru yang diselenggarakan Harvard-Harris.
Baca Selengkapnya