Cerita mereka yang tak ingin kembali ke tanah kelahirannya
Merdeka.com - Ketika pria bersenjata tiba di desanya di sebelah utara Myanmar, Anuwara, perempuan 33 tahun itu, terpikir bagaimana dia bisa melindungi enam anaknya.
Sewaktu penduduk desa membawa mayat suaminya, Anuwara berpikir bagaimana dia dan keluarganya bisa menyelamatkan diri. Suaminya adalah guru yang ditembak mati ketika pulang dari sekolah.
Anuwara kemudian mengenang bagaimana dia melarikan diri bersama enam anaknya. Awalnya mereka berjalan kaki lalu naik perahu.
-
Apa itu Rohingya? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Dimana Rohingya ditemukan? Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Apa yang dilakukan Rohingya di Pekanbaru? 'Telah diamankan pengungsi Rohingya yang sedang mencari suaka di depan Kantor Konsulat Malaysia Jalan Jendral Sudirman Kecamatan Bukit Raya oleh Polresta Pekanbaru,' ujar Heri kepada merdeka.com Kamis (14/12).
-
Bagaimana Rohingya berjuang? Sejarah panjang perjuangan etnis Rohingya ini menunjukkan bahwa mereka terus berjuang untuk diakui sebagai warga negara yang setara di Myanmar, namun hingga kini mereka masih menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan hak-hak dasar mereka.
-
Dimana Rohingya tinggal? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Apa tujuan Rohingya? Menurut Andi, pengungsi etnis Rohingya itu berangkat dari Bangladesh dengan tujuan Malaysia.
"Pria bersenjata menembak bocah sembilan tahun di depan mata kami," kata dia, seperti dilansir laman the Guardian, Jumat (24/8). "Orang-orang buru-buru ingin menyeberangi sungai karena orang-orang bersenjata itu mengejar di belakang. Sebagian dari mereka yang kabur itu tenggelam dan mati."
Baru sebulan kemudian Anuwara dan enam anaknya bisa selamat sampai di Bangladesh. Mereka berlindung di bawah naungan sebuah tenda plastik yang didirikan dengan bambu. Dia mendapat bantuan makanan dan air secara rutin. Kini Anuwara berpikir: setelah ini lalu apa?
Hari ini 25 Agustus tahun lalu, militan Rohingya menyerang sejumlah pos polisi Myanmar dengan bom rakitan dan pisau. Mereka menewaskan 12 orang, menurut pemerintah Myanmar. Sebagai balasan, militer Myanmar melancarkan operasi 'pembersihan' melawan mereka yang disebut teroris di desa-desa Rohingya. Serbuan ini menyebabkan ratusan ribu warga muslim Rohingya mengungsi ke Bangladesh.
anuwara ©The Guardian
Setahun kemudian lebih dari 900 ribu orang Rohignya, kebanyakan anak-anak, tinggal di lima kamp penampungan di Distrik Cox Bazar, sebelah selatan Bangladesh. Kutupalong adalah salah satu kamp pengungsi terbesar di muka bumi, dihuni sekitar 700 ribu orang. Mereka hidup dari bantuan kemanusiaan.
"Tadinya tidak ada apa-apa di sini setahun lalu. Sekarang kami punya kota keempat terbesar di Bangladesh," ujar Sumbul Rizvi, kepala Kelompok Sektor Internal yang mengkoordinir puluhan organisasi bantuan kemanusiaan di pengungsian.
Tapi sejauh ini belum ada jawaban memadai bagi pertanyaan Anuwara. Setahun setelah pengungsian besar-besaran dari Myanmar, belum ada yang tahu bakal seperti apa nasib orang Rohingya.
"Berbagai masalah membuat segalanya belum jelas," kata Muhammad Abdul Kalam Azad, kepala komisi bantuan dan pemulangan pengungsi, badan pemerintah Bangladesh yang mengurusi masalah pengungsi Rohingya.
Bangladesh dan Myanmar sebetulnya sudah sepakat para pengungsi itu harus kembali, begitu pula dengan para pemimpin Rohingya.
"Myanmar adalah negara asal kami, tanah kelahiran kami dan kami ingin segera pulang," kata Mohib Ullah, ketua dari Masyarakat Arakan Rohingya untuk Perdamaian dan Hak Asasi.
Namun dia juga masih ingat kejadian pada 1991 ketika sekitar 250 ribu orang Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke Cox Bazar, Bangladesh. Mereka juga mengalami pemerkosaan, kerja paksa, dan dibunuh tentara Myanmar. Sebagian besar dari mereka kemudian setuju untuk kembali setahun kemudian tapi nyatanya mereka menghadapi persekusi yang sama dari otoritas Myanmar.
Dhaka mengatakan tidak akan memaksa kami untuk pulang secara sukarela tapi Ullah berharap sejarah tidak akan berulang.
"Tahun 1992 adalah pelajaran bagi kami. Waktu itu kami sepakat dengan Bangladesh dan UNHCR. Kami patuh terhadap pesan dan aturan mereka. Kami kembali pulang tapi kemudian menghadapi genosida. Segalanya jadi lebih buruk."
Di dinding kantor organisasinya terpampang sejumlah tuntutan terhadap pemerintah Myanmar sebagai syarat agar mereka bersedia kembali pulang.
"Kami harus diberi status kewarganegaraan penuh, keselamatan dijamin, dan tanah kelahiran kami dikembalikan," kata Ullah.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Konflik Rohingya termasuk kejahatan genosida yang menelantarkan banyak orang.
Baca SelengkapnyaDiketahui jumlah imigran Rohingya yang tiba di Aceh, telah melebihi 800 orang.
Baca SelengkapnyaAksi penolakan itu dilakukan di depan tenda darurat tempat penampungan puluhan orang etnis Rohingya tersebut di Pantai Ujung Damak.
Baca SelengkapnyaMahasiswa memaksa pengungsi naik ke truk yang telah disediakan. Semua barang milik pengungsi ikut diangkut
Baca SelengkapnyaBerakhirnya pemberontakan 8888 bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga meninggalkan jejak kelam dalam sejarah Myanmar.
Baca SelengkapnyaPengungsi Rohingya kini mendapat penolakan dari warga Aceh. Pemerintah diminta bertindak tegas.
Baca SelengkapnyaKetiga pengungsi Rohingya yang lari tersebut adalah laki-laki, Sana Ullah (22), Shobir Hossain (19) dan Azim Ultah (19).
Baca SelengkapnyaKedatangan Etnis Rohingya di Aceh Barat Didalangi Warga Lokal
Baca SelengkapnyaKetiga WNA tersebut hadir dalam persidangan tanpa didampingi penasihat hukum, kecuali didampingi ahli alih bahasa atau penerjemah.
Baca SelengkapnyaSebanyak 152 orang etnis Rohingya asal Myanmar terdampar di Pantai Dewi Indah, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.
Baca SelengkapnyaPolisi menetapkan dua tersangka baru dalam kasus dugaan penyelundupan manusia etnis Rohingya ke Aceh. Dua tersangka itu berinisial MAH (22) dan HB (53).
Baca SelengkapnyaKasus ini pun sudah dilimpahkan dari Polsek Cisolok ke Satreskrim Polres Sukabumi.
Baca Selengkapnya