Derita pekerja di Tokyo, tak mampu sewa apartemen & tidur di warnet
Merdeka.com - Jepang merupakan negara maju dengan luas wilayah yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan luas wilayah Indonesia. Luas wilayah Jepang hanya sekitar 377,944 km2 atau jauh lebih kecil dari luas wilayah Indonesia yang mencapai 1.990.250 km2.
Bagi warga Jepang, mencari tempat tinggal di sekitar kota besar seperti Tokyo jauh lebih susah ketimbang mendapatkan akses internet. Hal ini dirasakan oleh Fumiya. Pria ini sudah hampir setahun menghabiskan malam untuk beristirahat serta tidur di warnet yang banyak tersebar di Tokyo.
Awalnya, Fumiya terganggu dengan dengkuran serta langkah kaki pengunjung warnet di malam hari. Namun, hal-hal kecil seperti itu tidak lagi mengganggunya setelah beberapa bulan merasakan tidur di warnet. Agar bisa tidur cukup nyaman, Fumiya harus menutupi wajahnya dengan selimut agar lampu neon yang tetap menyala sepanjang malam tidak mengganggunya.
-
Gimana cara hitung biaya rumah pertahun? Menurut laporan bulan Juni yang disampaikan oleh Zillow dan Thumbtack, satu unit rumah dapat menghabiskan biaya USD14,155 juta per tahun, yakni setara dengan Rp221,74 miliar, jumlah tersebut belum termasuk dengan biaya perawatan, dan sebagainya.
-
Siapa yang menjadi penduduk terkaya di Tokyo? Kota ini merupakan rumah bagi 290.000 jutawan.
-
Apa saja biaya yang harus disiapkan untuk sewa rumah? Ada beberapa cost atau biaya yang perlu disiapkan bagi yang ingin mencari rumah sewa. Yang pertama tentu saja uang sewa. Sebagian induk semang ada yang hanya meminta uang sewa bulanan atau tahunan saja. Tapi, kini sudah mulai banyak juga pemilik rumah yang meminta deposit sebagai jaminan yang harus dibayarkan sebelum menempati rumah.
-
Kenapa utang Jepang tinggi? Rasio utang tersebut telah mencapai 259,43 persen dari PDB.
-
Mengapa Jakarta butuh investasi? Oleh karena itu, dibutuhkan investasi dari dalam dan luar negeri untuk membiayai pembangunan DKI Jakarta.
-
Mengapa Jepang memberikan insentif uang? Jepang, yang mengalami penurunan populasi signifikan setiap tahunnya, menemukan solusi dengan memberikan insentif uang tunai di beberapa daerah.
Dengan melakukan hal itu setiap malam, Fumiya mulai merasa tidur di warnet tidak terlalu buruk baginya. "Tidur di warnet ternyata tidak seburuk itu," kata Fumiya seperti dilansir situs disposableworkers.com, Senin (23/3)
Fumiya mulai tinggal di warnet setelah keluar dari pekerjaannya dan tidak lagi memiliki pendapatan yang cukup untuk menyewa apartemen. Akhirnya, Fumiya menyewa bilik khusus di warnet selama 12 jam hanya untuk tidur. Hal itu dilakoninya selama beberapa waktu hingga kemudian Fumiya berpikir bahwa dia bisa memanfaatkan bilik tersebut sebagai tempat tinggal.
Untuk bisa tinggal di bilik warnet tersebut, Fumiya memilih paket diskon bulanan. Fumiya hanya membayar 1.920 yen (RP 208.274) atau USD 25 per hari atau USD 750 per bulan untuk bisa tidur di bilik warnet. Harga yang harus dia bayar masih jauh lebih murah bila dibandingkan dengan menyewa apartemen di Tokyo lantaran dia tidak harus mengeluarkan biaya untuk kebutuhan lainnya seperti furnitur hingga uang keamanan.
Jepang sendiri sudah mengembangkan warnet sejak lebih dari 10 tahun lalu. Fasilitas warnet di Jepang pun kian lengkap di mana berbagai sarana dan akomodasi bagi para pengguna warnet terus dilengkapi mulai dari tempat mandi, jasa cuci baju dengan paket harga terjangkau bagi pengguna yang bermalam. Masyarakat Jepang pun mulai marak memanfaatkan warnet sebagai tempat tinggal.
Bagi Fumiya, bilik yang disekat seukuran bathup, cukup besar baginya untuk bisa tidur tanpa harus melipat kaki. Selain itu, warnet tempatnya tinggal tidak hanya bersih tetapi juga dilengkapi dengan minuman gratis sepuasnya, selimut dan bantal.
Saat ini, Fumiya bekerja sebagai satpam berpenghasilan 230.000 yen (Rp 24.949.531) atau USD 2.900 per bulan. Menurutnya, butuh 1 juta yen (RP 108.476.225) atau USD 13.000 guna membayar uang jaminan, biaya makelar, dan furniture untuk apartemen di Tokyo. Butuh sekitar dua hingga lima tahun bagi Fumiya untuk mengumpulkan uang sebanyak itu dengan pekerjaannya sekarang.
"Kami membutuhkan tempat seperti warnet. Tanpa warnet, akan banyak orang yang memiliki pekerjaan tetapi tidak punya tempat tinggal," tutur Fumiya.
(mdk/siw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jumlah pekerja di Jepang telah mencapai titik jenuh di sekitar 68 juta.
Baca SelengkapnyaTiga orang yang telah ditetapkan menjadi tersangka menyuruh korbannya untuk menggadaikan asetnya dengan alasan kebutuhan proses administrasi.
Baca SelengkapnyaKeluh kesah pria eks TKI Jepang yang kini rela bekerja di kampung halaman sebagai tukang bangunan.
Baca SelengkapnyaSejumlah serikat buruh di Yogyakarta memperingati Hari Buruh atau May Day
Baca SelengkapnyaJepang Masuk Daftar Negara dengan Biaya Hidup Relatif Murah, Menginap di Hotel Hanya Rp800.000
Baca SelengkapnyaDia harus menghabiskan sekitar USD20 untuk mendapatkan makanan layak di restoran.
Baca SelengkapnyaPria ini tinggal di asrama perusahaan dan menggunakan perabotan bekas. Tidak itu saja, dia juga membatasi makannya dengan seirit mungkin.
Baca SelengkapnyaUMR Jakarta 2024 ditetapkan hanya sebesar Rp5.067.381. Artinya, masih terdapat selisih keuangan yang cukup tumpang antara pendapatan dan pengeluaran.
Baca SelengkapnyaBelum lama ini, seorang pria berkunjung ke salah satu asrama para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Macau, China.
Baca SelengkapnyaMakin Banyak Rumah Kosong Terbengkalai di Jepang, Ternyata Ini Penyebabnya
Baca SelengkapnyaKebanyakan orang mungkin menganggap Arab Saudi adalah negara kaya. Namun siapa sangka ada sisi gelap perlakuan orang Arab ke pekerja Indonesia di balik kehidupa
Baca SelengkapnyaGaji UMR DKI Jakarta saat ini sebesar lebih kurang Rp5 juta sudah cukup ideal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari per bulan.
Baca Selengkapnya