"Kami Menang Perang, Amerika Kalah"
Merdeka.com - Mengunjungi wilayah yang dikuasai Taliban tidak butuh waktu lama. Sekitar 30 menit perjalanan dari Kota Mazar-e-Sharif, setelah melewati serangkaian kawah akibat bom di jalanan, kami menemui sang tuan rumah: Haji Hekmat, wali kota versi Taliban di Distrik Balkh.
Haji Hekmat tampak rapi mengenakan turban hitam dan wewangian. Dia bekas pejuang Taliban yang bergabung dengan kelompok itu pada era 1990-an ketika Taliban menguasai sebagian besar Afghanistan.
Taliban sudah siap menyambut kami dengan sejumlah pasukan berbaris rapi di sisi jalan. Pria bersenjata lengkap, membawa peluncur roket, dan senapan M4 yang mereka rampas dari pasukan AS. Balkh tadinya adalah wilayah paling aman di Afghanistan, tapi kini menjadi kawasan paling berbahaya.
-
Apa kabar Afgan di Korea Selatan? Afgan mengungkapkan bahwa dia melakukan tur ini sendirian tanpa ada undangan, tapi dia yang mengatur acara di sana.
-
Apa yang dilakukan tentara muslim AS di Kamp Arifjan? Mereka berpuasa di bawah suhu yang terik mencapai 50 derajat Celcius. Berbagai kegiatan seperti membaca Alquran hingga salat berjemaah mereka jalani dengan penuh kekhusyukan.
-
Dimana tentara muslim AS bertugas? Pria 43 tahun ini bertugas di bagian pelayanan sipil Batalion ke-96 dan Brigadir urusan sipil ke-95 di Fort Bragg, California Utara.
-
Siapa yang terlibat dalam koalisi? Koalisi dibentuk oleh beberapa partai agar dapat mengusulkan pasangan calon presiden dan wakil presiden berdasarkan Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu
-
Kenapa War Takjil jadi tren di Ramadan? Rupanya pencarian makanan berbuka ini tak hanya dilakukan oleh umat muslim, namun juga non-muslim. Oleh karena itu, tren War Takjil menjadi hangat diperbincangkan selama bulan Ramadan tahun ini. Terlebih para non-muslim bisa memborong makanan jauh sebelum masuk waktu magrib.
-
Apa yang menjadi isi perjanjian gencatan senjata? Perjanjian tersebut akan mencakup gencatan senjata, pengaturan truk bantuan untuk memasok seluruh wilayah di Gaza, dan pemindahan korban cedera ke negara lain untuk perawatan, kata el-Reshiq.
Baryalai, komandan militer setempat dengan reputasi ganas mengarahkan telunjuknya ke ujung jalan,"pasukan pemerintah ada di dekat pasar besar, tapi mereka tidak bisa meninggalkan pangkalan mereka. Wilayah ini dikuasai mujahidin."
Kondisi semacam itu berlaku di sebagian besar wilayah Afghanistan: pasukan pemerintah menguasai kota besar, tapi wilayah kekuasaan Taliban berada di sekelilingnya.
Taliban memperkuat pengaruh mereka dengan membuat sejumlah pos pemeriksaan di sepanjang jalan utama. Mereka menghentikan mobil-mobil yang hendak lewat, menanyai penumpangnya. Aamir Sahib Ajmal, kepala intelijen lokal Taliban mengatakan mereka mencari orang-orang yang punya kaitan dengan pemerintah.
"Kami akan tangkap mereka dan jadikan mereka tahanan," kata dia. "Lalu kami akan menyerahkan mereka ke pengadilan dan mereka akan memutuskan apa selanjutnya."
Taliban meyakini kemenangan di pihak mereka. Sambil menyeruput secangkir teh hijau, Haji Hekmat mengatakan, "kami menang perang. Amerika kalah." Keputusan Presiden AS Joe Biden yang akan menarik mundur seluruh tentara AS mulai 1 Mei nanti menuai reaksi dari para pemimpin Taliban.
"Kami siap menghadapi apa pun," kata Haji Hekmat, seperti dikutip BBC, Kamis (15/4), "Kami sangat siap untuk perdamaian dan kami selalu siap berjihad."
"Jihad adalah bentuk ibadah. Ibadah adalah sesuatu yang jika dilakukan, kita tidak akan merasa capek," kata seorang komandan yang duduk di samping Haji Hekmat.
Dalam setahun terakhir tampaknya ada kontradiksi soal definisi "jihad" di kalangan Taliban. Mereka tidak lagi menyerang pasukan internasional setelah menandatangani kesepakatan dengan AS, tapi masih memerangi pemerintahan Afghan. Haji Hekmat berkeras tidak ada kontradiksi ini.
"Kami ingin pemerintahan Islam yang menjalankan Syariah. Kami akan terus berjihad sampai mereka menerima tuntutan kami."
Soal apakah Taliban akan bersedia berbagi kekuasaan dengan faksi politik Afghan yang lain, Haji Hekmat mengatakan mereka akan mengikuti keputusan pemimpin politik mereka di Qatar.
"Apa pun keputusan mereka akan akan menerima," kata dia berulang kali.
Ditampar dan dipukuli karena cukur jenggot
Taliban memandang diri mereka bukan sekadar kelompok pemberontak bersenjata, tapi pemerintahan yang akan berkuasa. Mereka menyebut diri mereka sebagai "Emirat Islam Afghanistan", nama yang mereka pakai ketika berkuasa pada 1996 sampai kemudian digulingkan setelah serangan 11 September 2001.
Ketika kami diajak ke sebuah sekolah dasar, anak laki-laki dan perempuan sedang belajar membaca dari buku-buku sumbangan PBB. Ketika berkuasa pada 1990-an Taliban melarang kaum perempuan bersekolah meski mereka sering membantah itu. Bahkan hingga kini masih ada sejumlah laporan di daerah lain yang menyebut perempuan tidak boleh bersekolah. Tapi di sini Taliban menganjurkan kaum hawa bersekolah.
"Selama mereka memakai hijab, penting bagi mereka untuk belajar," kata Mawlawi Salahuddin, pejabat Taliban untuk komisi pendidikan setempat. Di sekolah menengah, kata dia, hanya guru perempuan yang dibolehkan dan hijab itu wajib. "Jika mereka mengikuti syariah maka tidak masalah."
Sumber setempat mengatakan Taliban menghapus pelajaran seni dan kewarganegaraan dari kurikulum dan menggantinya dengan pelajaran agama Islam dan yang lainnya mengikuti silabus nasional.
Apakah Taliban menyekolahkan anak perempuan mereka? "Putri saya masih sangat kecil, tapi ketika dia besar saya akan menyekolahkannya ke madrasah, selama itu masih memakai hijab dan syariah," kata Salahuddin.
Pemerintah Afghan menggaji para guru tapi Taliban yang berkuasa. Ini adalah sistem yang campuran yang berlaku di seantero negeri.
Tak jauh dari kami ada sebuah klinik yang dikelola organisasi bantuan kemanusiaan. Taliban mengizinkan pegawai perempuan bekerja tapi mereka harus ditemani muhrim laki-laki kalau malam dan pasien perempuan dan laki-laki juga dipisah.
Kami ditemani Taliban setiap saat ketika berkeliling dan penduduk setempat memperlihatkan dukungan mereka kepada kelompok itu.
"Ketika pemerintah berkuasa mereka suka memenjarakan orang dan meminta uang sogokan untuk membebaskannya," kata seorang tua. "Rakyat kami menderita, tapi sekarang kami senang dengan situasi ini."
Pemahaman Taliban yang ultra-konservatif memang tidak banyak bertentangan dengan mereka yang berada di daerah pelosok tapi sebagian besar yang berada di perkotaan khawatir Taliban akan bangkit kembali dengan cara berkuasa seperti di masa Emirat Islam pada 1990-an yang menerapkan banyak pengekangan kepada kebebasan.
Seorang warga yang kemudian berbicara tapi enggan identitasnya diketahui mengatakan kepada kami, Taliban sebetulnya jauh lebih ketat dari yang mereka akui dalam wawancara. Dia menyebut warga desa ditampar atau dipukuli karena mencukur jenggot atau radio stereo mereka dibanting karena mendengarkan musik. "Warga tidak punya pilihan selain mengikuti perintah mereka," kata dia kepada BBC. "Bahkan kesalahan kecil saja mendapat hukuman fisik. Orang-orang ketakutan."
Korup dan tidak Islami
Taliban memang belum jelas dengan apa yang mereka maksud dengan "pemerintahan Islam" yang ingin mereka dirikan. Sejumlah pengamat menilai maksud Taliban itu untuk menghindari perselisihan antara kelompok garis keras dan moderat. Namun bisakah mereka mengakomodasi perbedaan pandangan itu? Jika mereka berkuasa maka ini bisa jadi ujian terberat bagi Taliban.
Saat kami sedang makan siang dengan nasi dan ayam, kami mendengar suara dentuman di kejauhan yang terdengar seperti serangan udara.
"Itu jauh, jangan khawatir," ujar Haji Hekmat.
Serangan udara dari pasukan Amerika selama ini menjadi andalan untuk menahan kekuatan Taliban. Namun AS sudah mulai banyak mengurangi bantuan operasional militer setelah menandatangani kesepakatan dengan Taliban tahun lalu. Banyak kalangan kini khawatir dengan penarikan mundur pasukan AS maka Taliban akan melancarkan operasi militer untuk menguasai Afghanistan.
Haji Hekmat mengecam pemerintahan Afghan atau "pemerintahan Kabul" istilah Taliban, dengan menyebutnya mereka korup dan tidak Islami. Rasanya sulit melihat orang seperti dia bisa berdamai dengan pihak lain, kecuali sesuai dengan kepentingan mereka.
"Ini jihad," kata dia. "Ini ibadah. Kami tidak ingin berkuasa selain karena Allah dan petunjuk-Nya demi syariah di negeri ini. Siapa pun yang menghalangi akan kami lawan."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kelompok perlawanan Palestina itu disebut masih jauh dari kekalahan.
Baca SelengkapnyaHouthi mengklaim serangan itu berhasil mengenai target.
Baca SelengkapnyaTerowongan-terowongan Hamas yang luas masih utuh dan hanya sepertiga pejuang yang terbunuh.
Baca SelengkapnyaIsrael Umumkan Bakal Tarik Mundur Ribuan Pasukan dari Gaza, Ternyata Ini Alasannya
Baca SelengkapnyaAS Akhirnya Akui Hamas Tak Bisa Dihancurkan, Ini Alasannya
Baca SelengkapnyaSebanyak 120 negara menyetujui adanya resolusi gencatan senjata, 14 negara menolak, dan 45 negara abstain.
Baca SelengkapnyaBerikut pernyataan Ketua DPR Amerika Serikat yang bilang genosida Israel di Gaza perang yang adil.
Baca SelengkapnyaSiapa pun yang menjadi presiden AS, baik Donald Trump atau Kamala Harris, dukungan AS untuk Israel tetap sama.
Baca SelengkapnyaIndonesia dan Korea Selatan merupakan sama-sama negara dengan berkekuatan menengah (middle power).
Baca SelengkapnyaSaudi Abaikan Normalisasi dengan Israel Imbas Gaza, Malah Perkuat Hubungan dengan AS
Baca SelengkapnyaSerangan gabungan AS dan Inggris ini dilancarkan sebagai balasan untuk Houthi yang didukung Iran atas serangan terhadap kapal-kapal Israel di Laut Merah.
Baca SelengkapnyaAS merupakan pendukung utama Israel dalam perang genosidanya di Jalur Gaza.
Baca Selengkapnya