Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Myanmar ingin tutupi kejahatan kemanusiaan dengan menangkap jurnalis

Myanmar ingin tutupi kejahatan kemanusiaan dengan menangkap jurnalis Pengungsi Rohingya. ©REUTERS

Merdeka.com - Menyembunyikan kasus pembantaian massal bukanlah pekerjaan mudah, tapi pemerintah Myanmar berkeras ingin melakukannya. Foto satelit telah memperlihatkan kehancuran, para penyintas menceritakan pengalaman mereka, para jurnalis berusaha mencari bukti. Meski sulit untuk ditutup-tutupi, kebenaran juga sulit untuk dibuktikan, pengadilan memerlukan berbagai alat bukti untuk menyimpulkan.

Ketika Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, dua wartawan Reuters, hilang pada pertengahan Desember lalu setelah menerima undangan makan malam seorang pejabat polisi, kondisi ini cukup mengkhawatirkan. Pemerintah Myanmar kemudian mengatakan keduanya ditangkap karena memiliki 'bukti rahasia' tentang kekerasan militer di Negara Bagian Rakhine, tempat warga Rohingya tinggal. Dan informasi itu hendak disebarkan oleh kedua jurnalis tadi.

Dilansir dari laman Time, Selasa (23/1), kedua wartawan Reuters itu masih ditahan setelah menjalani persidangan di Yangon tiga hari lalu. Pemimpin Myanmar peraih penghargaan Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi masih juga bungkam terhadap tuduhan militer melakukan kekerasan terhadap jutaan muslim Rohingya. Ada dua kemungkinan soal sikap Suu Kyi ini: entah dia tidak berdaya di hadapan militer yang masih berkuasa di atas segalanya ataukah dia sebetulnya sedang berkhayal.

wa lone kiri dan kyaw soe oo

Wa Lone (kiri) dan Kyaw Soe Oo ©Reuters

Kekerasan dilakukan aparat keamanan Myanmar menjadi sorotan dunia internasional. Pemerintah AS menyebut perbuatan itu 'pembersihan etnis'. PBB mengatakan kekerasan itu termasuk genosida. Sebanyak lebih dari 650 ribu warga rohingya mengungsi ke Bangladesh sejak akhir Agustus lalu karena mengalami berbagai kekerasan, termasuk dibakar, diperkosa, dan dibunuh.

Meski disangkal oleh pihak berwenang di Myanmar, sebagian gambaran apa yang dialami orang Rohingya bisa diketahui lewat media massa, seperti Reuters, yang sudah mendokumentasikannya. Pada 2014 Reuters meraih Penghargaan Pulitzer karena mengungkap jaringan perdagangan manusia di kawasan Asia Tenggara dan menyebabkan tewasnya ribuan orang. Laporan Reuters tentang temuan kuburan massal berisi 10 mayat Rohingya semakin memojokkan militer Myanmar.

foto satelit desa rohingya dibakar

foto satelit desa rohingya dibakar ©HRW

Dua wartawan Reuters itu kini terancam hukuman 14 tahun penjara. Rekan sejawat dan koleganya menyebut Wa Lone, 31 tahun, adalah orang baik dan suka sastra. Dia menulis buku anak-anak dan banyak menghabiskan waktunya di lembaga amal untuk yatim piatu. Kyaw Soe Oo, 27 tahun, adalah penganut Buddha yang besar di Rakhine, tempat krisis Rohingya terjadi. Dia sering meliput soal konflik etnis dan agama yang membuat kampung halamannya terpecah belah. Dia negara lain keduanya bisa dianggap pahlawan, bukan penjahat.

"Sudah sangat jelas mereka tidak bersalah," ujar Stephen J Adler, presiden dan pemimpin redaksi Reuters dalam pernyataannya. Dia menyebut penangkapan kedua wartawan itu sebagai serangan terhadap kebebasan pers. Reuters, pemerintah AS, PBB, Uni Eropa sudah menyerukan agar keduanya dibebaskan tapi mereka kini sudah sebulan lebih berada di balik jeruji.Undang-undang Rahasia Negara di era kolonial membuat siapa saja yang menyebarkan informasi yang ingin ditutupi pemerintah akan ditangkap. Anggota senior partai berkuasa di Myanmar mengatakan kedua wartawan itu ditangkap beberapa saat setelah bertemu seorang pejabat polisi yang diyakini menyerahkan dokumen soal operasi keamanan di Rakhine.

Di negara yang tengah beralih dari era kediktatoran ke demokrasi, dengan minimnya perlindungan bagi jurnalis yang mengungkap kejahatan, Reuters menjadi korban.

Myanmar adalah tempat di mana kenyataan buruk sering kali dianggap 'berita palsu' dan kredibilitas dari institusi terpercaya diserang. Suu Kyi pada September lalu mengatakan ada 'gunung en informasi keliru' dalam krisis ini. Koran pemerintah juga menulis tajuk rencana yang menuding media internasional bersekongkol dengan teroris. Utusan khusus PBB bidang hak asasi manusia, Yanghee Lee, bulan lalu dilarang masuk ke Myanmar karena penilaiannya terhadap krisis ini dianggap biasa dan tidak seimbang. Lee menyebut pemerintah Myanmar sedang menyembunyikan 'sesuatu yang sangat buruk'.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jurnalis Diduga Diintimidasi Saat Meliput & Foto Jepretannya Dihapus, Ini Kata Polda Papua
Jurnalis Diduga Diintimidasi Saat Meliput & Foto Jepretannya Dihapus, Ini Kata Polda Papua

Seorang jurnalis mendapat perlakuan tak menyenangkan saat meliput di kawasan konservasi Taman Wisata Alam Teluk Youtefa.

Baca Selengkapnya
Nasib Enam Warga Jatim Korban Perdagangan Orang usai Disiksa di Myanmar, Siap Pulang ke Indonesia
Nasib Enam Warga Jatim Korban Perdagangan Orang usai Disiksa di Myanmar, Siap Pulang ke Indonesia

Video mereka minta tolong yang viral di medsos berbuah manis

Baca Selengkapnya
Kodam Cendrawasih: Kklaim KKB Prajurit Tertembak di Depan Kantor Bupati Hoaks
Kodam Cendrawasih: Kklaim KKB Prajurit Tertembak di Depan Kantor Bupati Hoaks

Termasuk mengangkat isu Patung Yesus yang sebenarnya telah dibahas dan telah diselesaikan oleh unsur Forkopimda dan para tokoh di Intan Jaya.

Baca Selengkapnya
Belasan Warga Sukabumi jadi Korban TPPO di Myanmar, Diimingi Gaji Rp35 Juta/Bulan
Belasan Warga Sukabumi jadi Korban TPPO di Myanmar, Diimingi Gaji Rp35 Juta/Bulan

11 warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar

Baca Selengkapnya
Banyak Menelan Korban di Asia Tenggara, Isu Judi Online Belum jadi Pembahasan KTT ASEAN
Banyak Menelan Korban di Asia Tenggara, Isu Judi Online Belum jadi Pembahasan KTT ASEAN

Besarnya kasus perdagangan penipuan online di Asia Tenggara masih sulit diperkirakan. Namun setidaknya ada 120 ribu orang telah menjadi korban di Myanmar.

Baca Selengkapnya
Mahfud MD Pimpin Sidang APSC, Soroti Isu Perdagangan Orang hingga Konflik Myanmar
Mahfud MD Pimpin Sidang APSC, Soroti Isu Perdagangan Orang hingga Konflik Myanmar

Hal itu disampaikan Mahfud saat sidang sidang ke-27 ASEAN Political Security Community (APSC) Council, di Sekretariat ASEAN, Jakarta (4/9).

Baca Selengkapnya
WNI Jadi Korban TPPO di Myanmar, Ketua DPR: Keselamatan Harus Jadi Prioritas
WNI Jadi Korban TPPO di Myanmar, Ketua DPR: Keselamatan Harus Jadi Prioritas

Pemerintah diminta serius menangani kejahatan perdagangan orang karena kasus TPPO sudah seringkali berulang.

Baca Selengkapnya
KKB Papua Akui Bunuh Aktivis Perempuan Michelle Kurisi, Simpatisan Sebar Hoaks Salahkan TNI dan Polri
KKB Papua Akui Bunuh Aktivis Perempuan Michelle Kurisi, Simpatisan Sebar Hoaks Salahkan TNI dan Polri

Kekejaman Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua membunuh aktivis perempuan, Michelle Kurisi di Lanny Jaya pada 28 Agustus 2023 dikecam berbagai pihak.

Baca Selengkapnya
Aksi Mahasiswa Aceh Usir Paksa Pengungsi Rohingya dari Tempat Penampungan Sementara
Aksi Mahasiswa Aceh Usir Paksa Pengungsi Rohingya dari Tempat Penampungan Sementara

Mahasiswa memaksa pengungsi naik ke truk yang telah disediakan. Semua barang milik pengungsi ikut diangkut

Baca Selengkapnya
DPR Usulkan ke AIPA Bentuk Satuan Tugas Bantu Demokratisasi di Myanmar
DPR Usulkan ke AIPA Bentuk Satuan Tugas Bantu Demokratisasi di Myanmar

DPR RI mengusulkan Asean Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) membentuk satuan tugas untuk membantu demokratisasi di Myanmar

Baca Selengkapnya
Mahfud: Pengungsi Rohingya Ditampung Sementara, Karena Itu Menjadi Beban
Mahfud: Pengungsi Rohingya Ditampung Sementara, Karena Itu Menjadi Beban

Permasalahan etnis Rohingnya memilki persoalan dari perdagangan manusia hingga diplomasi.

Baca Selengkapnya