Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pelajaran dari India, Virus Kebencian Memperburuk Pandemi Corona

Pelajaran dari India, Virus Kebencian Memperburuk Pandemi Corona Muslim India salat jumat di tengah situasi mencekam di New Delhi. ©2020 AFP PHOTO/Xavier GALIANA

Merdeka.com - Serangkaian serangan anti-muslim menyebar ke seantero India setelah Kementerian Kesehatan India berulang kali menyalahkan tablig akbar sebagai pemicu penyebaran virus corona. Para pejabat partai penguasa juga menyinggung soal "bom manusia" dan "jihad corona" yang ditujukan kepada minoritas muslim.

Seorang pemuda muslim yang membagikan makanan kepada orang miskin diserang dengan tongkat kriket. Muslim lain dipukuli, hampir digantung, di luar lingkungan mereka atau diserang di masjid, dicap sebagai penyebar virus.

Di negara bagian Punjab, pengeras suara di kuil Sikh menyiarkan pesan yang memberi tahu orang-orang untuk tidak membeli susu dari peternak sapi perah muslim karena terinfeksi virus corona.

Ujaran kebencian juga menyebar di dunia maya. Video yang diduga hoaks muncul mengimbau muslim tidak memakai masker, tidak mempraktikkan jaga jarak sosial, sama sekali tidak perlu khawatir dengan virus, seolah-olah para pembuat video ingin warga muslim terinfeksi dan sakit.

Diskriminasi di India

Diskriminasi terhadap kelompok muslim di India setahun terakhir menjadi titik terendah. Mulai dari tindakan keras terhadap Kashmir, wilayah mayoritas muslim, hingga undang-undang kewarganegaraan baru yang secara terang-terangan mendiskriminasi umat Islam.

Klaim pemerintah kemudian memperburuk segalanya. Satu gerakan keagamaan muslim telah diidentifikasi bertanggung jawab atas sebagian besar dari 8.000 lebih kasus virus corona.

Para pejabat India memperkirakan pekan lalu lebih dari sepertiga kasus terkait dengan kelompok Jamaah Tablig, yang mengadakan tablig akbar di India pada Maret. Pertemuan serupa di Malaysia dan Pakistan juga menyebabkan wabah.

"Pemerintah terpaksa memanggil jemaah ini," kata Vikas Swarup, seorang pejabat senior di Kementerian Luar Negeri India, dilansir dari The New York Times, Senin (13/4).

Jemaah Tablig memiliki kantor pusat di kawasan Nizamuddin West di Delhi. Kelompok ini adalah salah satu organisasi berbasis agama terbesar di dunia, dengan puluhan juta anggota.

Virus dan Gelombang Kebencian Baru Telah Mengubah Segalanya

Pemerintah India melacak siapa saja yang pernah menghadiri tablig akbar tersebut. Petugas polisi bermasker menyegel markas di semua sisi; pagi lainnya, mereka berpatroli di daerah itu dengan mengokang senapan serbu.

Lingkungan di sekitar markas kelompok ini cukup ramai dan padat, di sekelilingnya berdiri valuta asing, penginapan, agen biro perjalanan dan toko-toko cinderamata, yang melayani para jemaah muslim yang akan datang ke tempat ini.

Virus dan gelombang kebencian baru telah mengubah segalanya. Mohammed Haider, yang mengelola sebuah kedai susu, salah satu dari sedikit bisnis yang diizinkan untuk tetap buka di bawah aturan lockdown India, mengatakan, "Ketakutan melingkupi kami, dari semua sudut."

"Orang-orang hanya perlu alasan kecil untuk memukul kami atau untuk menghukum mati kami," katanya. "Karena corona."

Para pemimpin muslim takut. Mereka melihat serangan intensif terhadap Muslim dan ingat apa yang terjadi pada Februari lalu, ketika sekelompok warga Hindu mengamuk di lingkungan kelas pekerja di Delhi, menewaskan puluhan, dan polisi kebanyakan hanya berdiri melihat tanpa bertindak. Saat ini di sejumlah desa, pedagang muslim dilarang masuk hanya karena keyakinan mereka.

Virus Kebencian akan Sulit Untuk Dihilangkan

Ketua Islamic Center India, Khalid Rasheed menyayangkan tindakan pemerintah yang menyalahkan komunitas muslim.

"Jika Anda memaparkan kasus berdasarkan agama seseorang di konferensi pers Anda," katanya, "itu menciptakan perpecahan yang besar."

"Virus corona bisa mati," tambahnya, "tetapi virus kebencian akan sulit untuk dihilangkan ketika ini berakhir."

Tahir Iqbal, pemuda dari Kashmir yang baru menamatkan pendidikannya di universitas, termasuk di antara 4.000 atau lebih orang yang berkumpul di markas Jemaah Tablig pada awal Maret.

Dia mengatakan orang-orang tidur, makan dan berdoa dalam jarak dekat, dengan sedikit rasa takut terhadap virus corona. "Kami tidak menganggapnya serius pada saat itu," katanya.

Pada 16 Maret, pemerintah Delhi melarang orang berkumpul lebih dari 50 orang. Beberapa hari kemudian, Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan lockdown nasional.

Alih-alih bubar, lebih dari 1.000 orang tetap tinggal di markas Jamaah Tablig. Dalam khotbahnya pada 19 Maret, Maulana Saad Kandhalvi, seorang pemimpin Jamaah Tablig, mengatakan virus corona adalah "hukuman Tuhan" dan tidak perlu takut.

Data Ponsel

Sekitar sepekan kemudian, petugas kesehatan menemukan sekitar 1.300 orang masih berada di sana tanpa masker atau alat pelindung lainnya. Banyak pemimpin muslim mengkritik kelompok itu karena tidak mau tutup.

Tetapi pada saat itu, ratusan jemaah telah pulang. Mereka melintasi India dengan mobil, bus, kereta api, dan pesawat terbang, menyebarkan virus corona ke lebih dari setengah negara bagian India, dari kota-kota pantai di Kepulauan Andaman ke kota-kota pertanian yang panas di dataran utara negara itu.

Pada 31 Maret, otoritas Delhi mengajukan gugatan terhadap Maulana Kandhalvi karena dinilai lalai sehingga membahayakan kesehatan masyarakat. Markas pusat Jamaah Tabligh disegel. Khandalvi menghilang.

Pihak berwenang India telah memperketat lockdown di titik-titik wabah di seluruh negeri, menutup semua pergerakan di daerah-daerah di mana kasus-kasus telah terdeteksi. Meskipun angka secara nasional masih relatif rendah, banyak yang khawatir virus yang sangat menular ini dapat merembes ke daerah perkotaan yang padat, membanjiri rumah sakit umum di wilayah itu.

Pihak berwenang India menggunakan data ponsel untuk melacak anggota Jamaah Tabligh dan mencegat anggota dari Malaysia di bandara sebelum mereka naik ke dalam pesawat penerbangan evakuasi keluar dari India.

Lebih dari 25.000 orang yang melakukan kontak dengan anggota Jamaah Tabligh telah dikarantina. Beberapa perawat mengeluh anggota Jamaah Tabligh yang dimasukkan ke bangsal isolasi bertindak cabul. Seorang pria muslim yang dites positif mengidap virus corona menebas lehernya sendiri di rumah sakit India tengah pada Sabtu.

Beberapa politikus nasionalis Hindu dan para pendukungnya memanfaatkan situasi ini, dengan bersemangat memupuk sentimen anti-Muslim yang telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir di bawah pemerintahan Modi.

Raj Thackeray, pemimpin Maharashtra Navnirman Sena, sebuah partai nasionalis sayap kanan, mengatakan kepada kantor berita setempat bahwa anggota Jamaah Tabligh "harus ditembak."

Rajeev Bindal, seorang pemimpin dalam Partai Bharatiya Janata yang dipimpin Modi, mengatakan anggota Jamaah Tabligh bergerak melalui populasi "seperti bom manusia."

Di desa Harewali, dekat Delhi, massa memukul Mehboob Ali, seorang pemuda Muslim, karena menghadiri acara Jamaah Tabligh, dan merekam insiden tersebut.

"Ceritakan rencanamu!" seseorang berteriak dalam video. "Apakah kamu berencana menyebarkan corona?"

Mehboob Ali, berlumuran darah dan meringkuk di sebuah lapangan, menggelengkan kepalanya.

Melihat berbagai insiden yang menimpa kelompok muslim, Kementerian Kesehatan India berhenti menyalahkan Jamaah Tabligh dalam konferensi pers.

"Komunitas dan wilayah tertentu dilabeli murni berdasarkan laporan palsu," kata Kementerian Kesehatan dalam sebuah pernyataan beberapa hari lalu.

"Ada kebutuhan mendesak untuk melawan prasangka semacam itu."

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Geger! Virus Nipah Menyebar di India Memakan Korban Jiwa, Pertemuan Publik Dilarang dan Sekolah Ditutup
FOTO: Geger! Virus Nipah Menyebar di India Memakan Korban Jiwa, Pertemuan Publik Dilarang dan Sekolah Ditutup

Virus Nipah yang menyebar di India disebut berasal dari kelelawar atau babi. Penyakit ini memiliki angka kematian sekitar 70 persen bagi yang terinfeksi.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Virus Nipah Bisa Masuk Indonesia, Ini Alasannya
Kemenkes Sebut Virus Nipah Bisa Masuk Indonesia, Ini Alasannya

Virus Nipah menyebabkan dua orang meninggal dunia di India.

Baca Selengkapnya
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
Heboh Virus Nipah, Kemenkes Petakan Wilayah Banyak Kelelawar
Heboh Virus Nipah, Kemenkes Petakan Wilayah Banyak Kelelawar

Kemenkes mulai melakukan surveilans untuk mewaspadai masuknya virus Nipah.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Alasan Mengapa di India Jadi Sarang Ular Berbisa, Salah Satunya Kobra
Alasan Mengapa di India Jadi Sarang Ular Berbisa, Salah Satunya Kobra

Ada beragam faktor mengapa India menjadi 'sarang' ular berbisa.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI

Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Kembali Meningkat, IDI Minta Masyarakat Pakai Masker Lagi
Kasus Covid-19 Kembali Meningkat, IDI Minta Masyarakat Pakai Masker Lagi

PB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal

Kemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi

Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.

Baca Selengkapnya
Antisipasi Lonjakan Covid-19 Jelang Libur Akhir Tahun, Kemenkes Minta Masyarakat Lengkapi Vaksinasi
Antisipasi Lonjakan Covid-19 Jelang Libur Akhir Tahun, Kemenkes Minta Masyarakat Lengkapi Vaksinasi

Imbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

Baca Selengkapnya
43 Kasus Covid-19 Ditemukan di Bali, Warga Diimbau Terapkan Prokes
43 Kasus Covid-19 Ditemukan di Bali, Warga Diimbau Terapkan Prokes

Temuan kasus Covid-19 kembali memantik kekhawatiran. Di Bali, ditemukan 43 kasus sejak awal Desember 2024.

Baca Selengkapnya