Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pertanda Buruk Bagi India: Satu Desa Sukses Lawan Covid, Virus Mengganas di Desa Lain

Pertanda Buruk Bagi India: Satu Desa Sukses Lawan Covid, Virus Mengganas di Desa Lain warga india mengantre dapat vaksin di mumbai. ©AFP

Merdeka.com - Ketika gelombang kedua infeksi Covid-19 yang menghancurkan mencapai pedesaan India musim semi ini, desa Khilwai segera mengambil tindakan. Dua pusat tes Covid didirikan, dan 30 kasus positif diisolasi. Wabah bisa dikendalikan dan hanya ada tiga kasus kematian.

Di dua desa lain, ceritanya berbeda. Tes terbatas. Pusat kesehatan setempat di satu desa ditutup, stafnya dikirim ke rumah sakit yang lebih besar. Virus corona menyebar, dan setidaknya 30 orang di setiap desa meninggal dengan gejala Covid-19.

Tetapi bahkan ketika tiga desa di negara bagian terpadat di India, Uttar Pradesh itu berbeda dalam penanganan virus corona, ada hal lain yang mempersatukan: keraguan terhadap vaksin yang lazim di seluruh India, yang mengancam dapat memperpanjang krisis negara itu.

Orang lain juga bertanya?

Kombinasi dari respons virus yang tidak merata — cerminan dari besarnya kesenjangan sumber daya dan sikap masyarakat yang aneh — dan sulitnya kampanye vaksinasi membuat para pejabat memperingatkan gelombang infeksi ketiga.

Dari 1,4 miliar penduduk India, hanya 5 persen dari populasi itu yang telah divaksinasi penuh, sementara sekitar 20 persen telah mendapatkan dosis pertama. Persentase ini tidak memberikan perlindungan yang memadai terhadap varian virus Delta yang sangat menular, yang pertama kali muncul di India. Pada saat yang sama, negara ini terus melaporkan puluhan ribu infeksi baru dan hampir 1.000 kematian setiap hari.

"Tahun lalu, jika Anda memberi tahu seseorang bahwa kita memiliki lebih dari 1.000 kematian sehari - dan jumlah sebenarnya mungkin lima kali lipat - mereka akan mengatakan itu sama sekali tidak dapat diterima," jelas Ramanan Laxminarayan, direktur Center for Disease Dynamics, Economics and Policy, sebuah organisasi penelitian kesehatan masyarakat yang berbasis di Washington dan New Delhi.

“Tahun ini, orang-orang seolah-olah 'Ini hanya 1.000 kematian sehari. Tidak apa-apa. Kita bisa mengendalikannya dengan itu,’” lanjutnya, dikutip dari The New York Times, Selasa (13/7).

Dr. Laxminarayan mengatakan populasi besar yang tidak divaksinasi dan sirkulasi virus yang terus-menerus berarti masih akan ada gejolak besar dan kecil.

“Itu tidak akan kemana-mana; itu akan menjadi penyakit endemik yang akan tetap bersama kita,” katanya.

“Masalahnya adalah dapatkah kita mempertahankannya pada intensitas tingkat rendah, daripada intensitas tinggi, dengan vaksinasi dan tindakan lainnya?”

Memvaksinasi populasi lebih dari 1 miliar akan selalu menjadi tugas yang menakutkan.

Keunggulan India sebagai produsen vaksin terbesar di dunia terbuang sia-sia karena salah urus. Setelah gelombang pertama, pihak berwenang bertindak seolah-olah India telah berhasil mengalahkan virus untuk selamanya, lalu mengirim vaksin ke luar negeri sebagai bagian dari “diplomasi vaksin.”

Misinformasi dan keraguan vaksin

Sekarang, keraguan terhadap vaksin begitu meluas sehingga Perdana Menteri Narendra Modi harus turun tangan mengatasinya. Dalam sebuah dialog pekan lalu, Modi mengatakan kepada seorang warga desa bahwa dia telah divaksinasi penuh, termasuk juga ibunya yang berusia hampir 100 tahun.

Misinformasi, terutama yang menyebar melalui grup WhatsApp, membuat beberapa orang percaya bahwa vaksin memiliki efek samping seperti kemandulan atau mengandung magnet. Tokoh-tokoh oposisi memperkuat kekhawatiran warga.

Tiga desa di Uttar Pradesh itu merefleksikan masalah ini. Seorang pejabat kesehatan mengatakan tim telah mendirikan klinik vaksinasi di seluruh desa dengan kapasitas harian 100 hingga 200 dosis. Tapi setiap hari, persediaan vaksin hampir tidak tersentuh.

Di desa Dautai, dokter di klinik setempat, Ahmad Arsalan, mendatangi rumah demi rumah bersama sesepuh setempat untuk menjawab pertanyaan warga. Ishrat Ali, kepala sekolah setempat, mengatakan salah satu temannya membaca siapa pun yang divaksinasi akan mati dalam waktu dua tahun.

Rajveer Singh Tyagi, seorang pemimpin desa di Khilwai, mengatakan sulitnya membujuk orang agar mau divaksinasi.

“Kami sudah membuka kamp vaksinasi, setidaknya empat kali, tapi tetap saja tidak ada yang datang,” kata Tyagi.

“Mereka mengatakan corona tidak mempengaruhi salah satu dari mereka, jadi mengapa mereka harus divaksinasi?”

Fasilitas kesehatan terbatas

Dengan tidak adanya vaksinasi menyeluruh, Uttar Pradesh, seperti negara bagian  lain di India, hanya bisa berharap gelombang infeksi ketiga tidak terulang seperti yang kedua.

Negara bagian ini dikuasai anak didik Modi, Yogi Adityanath. Para kritikus menudingnya meremehkan kehancuran akibat pandemi, bahkan ketika pejabat rumah sakit berteriak meminta oksigen dan mayat-mayat muncul di Sungai Gangga.

Jumlah mayat yang dimakamkan di pemakaman di pinggiran sungai Gangga dekat Garh Mukteshwar, yang mencakup tiga desa yang berdekatan itu, meningkat delapan kali lipat dari akhir April hingga awal Mei, mencapai 160 per hari.

Khilwai, desa yang bernasib baik, terselamatkan sebagian karena kebetulan. Orang kedua yang meninggal adalah kerabat kepala desa. Pengaruhnya digunakan untuk menekan pemerintah kabupaten untuk mendirikan kamp tes Covid, satu di rumahnya dan yang lainnya di kuil.

Sementara para tokoh masyarakat setempat menghitung lebih dari 30 kematian di masing-masing dua desa lainnya, tim yang dikirim dinas kesehatan kabupaten untuk “mensurvei” klaim tersebut akan secara resmi mendaftarkan kematian akibat Covid-19 hanya jika ada sertifikat tes positif. Sebuah kolom yang mencantumkan penyebab kematian lainnya berbunyi: “Demam tidak diketahui. Asma. Infeksi dada.”

“Semua sesepuh sudah tiada,” kata Ram Nath, warga salah satu desa Janupura.

“Tapi tidak ada tes. Bagaimana kita tahu itu corona?”

Fasilitas kesehatan di ketiga desa sebagian besar serupa. Di Khilwai, klinik pemerintah hanya diisi satu perawat di ruangan panas terik yang tidak memiliki listrik selama hampir satu dekade. Di Janupura, praktik pribadi Dr. Rajendra Prasad adalah harapan terakhir.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Geger! Virus Nipah Menyebar di India Memakan Korban Jiwa, Pertemuan Publik Dilarang dan Sekolah Ditutup
FOTO: Geger! Virus Nipah Menyebar di India Memakan Korban Jiwa, Pertemuan Publik Dilarang dan Sekolah Ditutup

Virus Nipah yang menyebar di India disebut berasal dari kelelawar atau babi. Penyakit ini memiliki angka kematian sekitar 70 persen bagi yang terinfeksi.

Baca Selengkapnya
Geger Virus Nipah, Ini Gejala dan Cara Mencegahnya
Geger Virus Nipah, Ini Gejala dan Cara Mencegahnya

Virus Nipah telah menyebabkan dua orang meninggal di wilayah Kerala, India. Virus Nipah adalah jenis virus zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Virus Nipah Bisa Masuk Indonesia, Ini Alasannya
Kemenkes Sebut Virus Nipah Bisa Masuk Indonesia, Ini Alasannya

Virus Nipah menyebabkan dua orang meninggal dunia di India.

Baca Selengkapnya
FOTO: Dahsyatnya Tanah Longsor Dipicu Hujan Lebat di Wilayah Himalaya India,  50 Orang Tewas
FOTO: Dahsyatnya Tanah Longsor Dipicu Hujan Lebat di Wilayah Himalaya India, 50 Orang Tewas

Jumlah korban tewas diperkirakan bisa meningkat karena lebih dari 20 orang masih terperangkap atau hilang.

Baca Selengkapnya
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19

Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Naik Usai Libur Nataru, Kemenkes: Masih Level Aman
Kasus Covid-19 Naik Usai Libur Nataru, Kemenkes: Masih Level Aman

Peningkatan kasus Covid-19 terlihat di Depok, Jawa Barat, dan sejumlah wilayah lainnya.

Baca Selengkapnya
FOTO: Tragis, Banjir dan Tanah Longsor di India Tewaskan Puluhan Orang, Ratusan Masih Hilang
FOTO: Tragis, Banjir dan Tanah Longsor di India Tewaskan Puluhan Orang, Ratusan Masih Hilang

Dilansir dari Xinhua, jumlah korban tewas mengalami bertambah menjadi 95 orang, dengan lebih dari 110 orang terluka.

Baca Selengkapnya
FOTO: Tekan Penyebaran DBD, Petugas Gencarkan Fogging untuk Basmi Nyamuk Aedes Aegypti
FOTO: Tekan Penyebaran DBD, Petugas Gencarkan Fogging untuk Basmi Nyamuk Aedes Aegypti

Data Kemenkes per 14 April 2024 menunjukkan ada 62.001 pasien DBD dengan jumlah kematian 475 orang meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
Usai Libur Akhir Tahun, Kasus Covid-19 di Depok Naik 200 Persen
Usai Libur Akhir Tahun, Kasus Covid-19 di Depok Naik 200 Persen

Saat ini tercatat ada 300 warga yang terpapar covid dari sebelumnya 100 kasus.

Baca Selengkapnya
Heboh Virus Nipah, Kemenkes Petakan Wilayah Banyak Kelelawar
Heboh Virus Nipah, Kemenkes Petakan Wilayah Banyak Kelelawar

Kemenkes mulai melakukan surveilans untuk mewaspadai masuknya virus Nipah.

Baca Selengkapnya
BNPB: Delapan Orang Meninggal Karena Malaria dan DBD di Nias Selatan
BNPB: Delapan Orang Meninggal Karena Malaria dan DBD di Nias Selatan

BNPB mengatakan bahwa jumlah penderita penyakit tersebut terdata pada Januari-Juli 2024 di Nias Selatan.

Baca Selengkapnya
FOTO: Ngerinya Gelombang Panas Memanggang India, Puluhan Ribu Orang Tersiksa hingga Akibatkan Ratusan Tewas
FOTO: Ngerinya Gelombang Panas Memanggang India, Puluhan Ribu Orang Tersiksa hingga Akibatkan Ratusan Tewas

Jumlah korban meninggal dunia akibat gelombang panas melanda India terus bertambah mencapai angka lebih dari 140 orang.

Baca Selengkapnya