Saudi diam-diam penjarakan ratusan muslim Rohingya
Merdeka.com - Hasil penyelidikan media Middle East Eye (MEE) mengungkapkan ada ratusan warga etnis muslim Rohingya, terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang dipenjara di sebuah pusat penahanan selama beberapa tahun.
Banyak warga Rohingya melarikan diri ke Arab Saudi untuk menghindari kerusuhan pada 2011 di kampung halaman mereka di Myanmar. Mereka ke Saudi dengan paspor palsu dan mencari nafkah di sana sampai akhirnya mereka jadi korban razia karena tidak punya dokumen ketenagakerjaan.
Dalam penyelidikan selama empat bulan MEE mewawancarai mantan tahanan dan mereka yang masih dipenjara, termasuk mereka yang berada di Saudi, kamp pengungsi Bangladesh dan sejumlah aktivis yang membenarkan ratusan orang Rohingya dipenjara di Saudi.
-
Kenapa Rohingya melarikan diri? Mereka telah menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan penganiayaan dari pemerintah dan mayoritas Buddhisme Rakhine.
-
Dimana Rohingya tinggal? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Dimana Rohingya mau berangkat ke Malaysia? Rencananya mereka akan menyebrang ke Malaysia melalui Kepulauan Panipahan Darat, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rohil.
-
Kenapa Rohingya mau ke Malaysia? 'Sebanyak 11 orang Rohingya dan 11 lainnya WNI yang mau diberangkatkan ke Malaysia,' ujar Kapolres Rokan Hilir AKBP Andrian Pramudianto, Kamis (4/1).
-
Gimana caranya Rohingya mau ke Malaysia? 'Kedua pelaku warga Labuhan Batu, mereka meminta Rp5,5 juta per orang dikali 22 orang, untuk diberangkatkan ke Malaysia menggunakan kapal motor,' tutur Andrian.
-
Kenapa Pengungsi Rohingya datang ke Indonesia? Kapolda Aceh Irjen Achmad Kartiko menyebut, para pengungsi itu kabur dari Cox's Bazar di Bangladesh, tempat penampungan terbesar warga Rohingya yang kabur dari Myanmar.
Dikutip dari laman Middle East Eye (29/10), tahanan yang berada di penjara Saudi itu sudah mendekam selama satu hingga enam tahun di Pusat Penahanan Shumaisi di Jeddah. Mereka tidak bisa bebas dan tidak jelas ditahan untuk berapa lama.
Abu Ubaid, bukan nama sebenarnya, kini ditahan di pusat penahan itu. Lewat ponsel yang diselundupkan ke penjara dia menceritakan kisahnya ketika diwawancara.
"Semua orang di sini ingin keluar. Kami merasa sangat frustrasi dan trauma berada di sini," kata Ubaid kepada MEE.
"Sebagian besar yang ditahan di sini karena memakai paspor palsu, tapi mau bagaimana lagi. Pemerintah Myanmar tidak mau memberi kami dokumen apa pun apalagi paspor," kata dia.
pengungsi rohingya di kutupalong ©Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Etnis Rohingya mengalami kekerasan dalam beberapa dekade terakhir oleh militer Myanmar.
Sebanyak lebih dari 700 ribu muslim Rohingnya terpaksa mengungsi ke Bangladesh menyusul kekerasan oleh militer Myanmar pada Agustus tahun lalu.
Warga Rohingya yang berangkat ke Saudi memakai paspor palsu yang mereka peroleh di Bangladesh, Pakistan, dan Nepal. Mereka ingin mencapi penghidupan di Negeri Petro Dolar.
Pusat Penahanan Shumaisi menampung sekitar 32 ribu pekerja dengan dokumen palsu dari berbagai belahan dunia.
Sebagian dari mereka langsung dideportasi hanya beberapa hari setelah ditangkap tapi Saudi tetap menahan warga Rohingya ketimbang mengirim mereka kembali ke Myanmar yang akan membuat mereka mengalami kekerasan.
Sejauh ini belum ada alasan jelas mengapa pemerintah Saudi menahan begitu banyak warga Rohingya di Shumaisi namun para tahanan dan aktivis meyakini hal ini karena Saudi masih berusaha memastikan mereka Rohingya atau bukan.
Tahanan Rohingya ditempatkan di sebuah area tahanan yang kurang mendapat sinar matahari dan mereka dilarang pergi ke tempat lain di pusat penahanan itu.
Sejumlah warga Rohingya juga ada yang meninggal atau mengalami gangguan jiwa karena sudah terlalu lama ditahan.
"Kami yakin ada ratusan Rohingya ditahan di Pusat Penahanan Shumaisi," kata Nay San Lwin, aktivis Rohingya kepada MEE.
"Tahanan dan kenalan saya mengatakan ada sejumlah ruangan di Shumaisi yang isinya hanya dihuni orang Rohingya."
Win juga menyebut para tahanan itu menempati satu ruangan yang diisi 64 orang dan mereka tidur di ranjang tempat tidur susun.
Para tahanan mengatakan kepada MEE, mereka menghabiskan waktu dengan salat, bermain, membuka media sosial lewat ponsel selundupan, menulis atau mengunggah lagu ke YouTube, memohon Raja Salman agar mereka dibebaskan.
Win menuturkan, pemerintah Saudi mengabaikan permohonannya untuk menemui pejabat kementerian luar negeri untuk membahas soal ini.
Kedutaan Saudi di London dan Amerika juga tidak merespons kabar soal ini. Kementerian Luar Negeri Bangladesh mengatakan mereka baru akan berkomentar jika berita soal ini sudah dipublikasikan.
"Ada banyak anak muda yang jadi gila," kata Haseeb, tahanan lain kepada MEE.
"Mereka ngoceh sendiri. Membenturkan kepala ke tembok. Beginilah hidup kami. Selama 24 jam tidak melakukan apa-apa kecuali khawatir dengan keluarga kami."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengungsi Rohingya membangun rumah di atas gunung dan dibongkar oleh pemerintah, setelahnya mereka membangun kembali rumah semi permanen.
Baca SelengkapnyaKetiga WNA tersebut hadir dalam persidangan tanpa didampingi penasihat hukum, kecuali didampingi ahli alih bahasa atau penerjemah.
Baca SelengkapnyaTiga pengungsi rohingya kabur dari gedung Balee Meuseuraya di Aceh saat salat subuh pada Selasa (22/1).
Baca SelengkapnyaKetiga pengungsi Rohingya yang lari tersebut adalah laki-laki, Sana Ullah (22), Shobir Hossain (19) dan Azim Ultah (19).
Baca SelengkapnyaMereka berangkat dari Bangladesh dan tiba di Pekanbaru Rabu (13/12) malam.
Baca Selengkapnya"Mereka punya tujuan untuk mencari pekerjaan di negara tujuan," kata Kapolresta Banda Aceh Kombes Fahmi
Baca SelengkapnyaNelayan Aceh melakukan penyelamatan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka saat cuaca buruk.
Baca SelengkapnyaKonflik Rohingya termasuk kejahatan genosida yang menelantarkan banyak orang.
Baca SelengkapnyaKejadian ini yang kedua kalinya setelah pada Jumat (31/5) kemarin, juga ada pengungsi yang kabur.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut, pemerintah Indonesia akan menindak tegas pelaku TPPO.
Baca SelengkapnyaKedatangan Etnis Rohingya di Aceh Barat Didalangi Warga Lokal
Baca Selengkapnya13 warga Rohingya tersebut untuk dibawa ke tempat yang semestinya.
Baca Selengkapnya