Tak ada WNI jadi korban tewas serangan bom Turki
Merdeka.com - Pemerintah Indonesia mengutuk serangan bom di Kawasan Kizilay, Ibu Kota Ankara, Turki yang terjadi kemarin. Serangan bom tersebut menewaskan 34 jiwa dan membuat 125 orang terluka.
Sejauh ini, pihak Kedutaan Besar Indonesia di Ankara menyebutkan belum mendapat informasi mengenai korban WNI.
"Meski begitu, KBRI Ankara terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di Turki untuk mendapat informasi lebih jauh," seperti dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri Indonesia yang diterima merdeka.com, Senin (14/3).
-
Apa kasus yang sedang diselidiki? Pemerasan itu berkaitan dengan penanganan kasus dugaan korupsi di Kementan tahun 2021 yang tengah ditangani KPK.
-
Apa yang dilakukan tentara Turki di Israel? Stasiun televisi Aljazeera berbahasa Arab melaporkan ada sekitar 10.000 tentara Turki di Israel.
-
Dimana bom itu diyakini berada? Hal ini diduga karena nuklir ini berada di sebuah pantai lepas di pulau Tybee, Georgia, sebab selama beberapa waktu di daerah ini tercatat memiliki tingkat radioaktif yang tinggi.
-
Kasus apa yang sedang diselidiki? Kejagung melakukan pemeriksaan terhadap adik dari tersangka Harvey Moeis (HM) terkait kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan tata niaga komoditas timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) di PT Timah Tbk tahun 2015 sampai dengan 2022.
-
Kenapa Kemenhub bentuk tim investigasi? Kementerian Perhubungan membentuk tim investigasi internal, usai penganiayaan yang dilakukan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
Berdasarkan catatan KBRI Ankara, terdapat 1.553 WNI di Turki yang sebagian besar merupakan pekerja profesional dan mahasiswa.
Pemerintah Indonesia sendiri juga menyampaikan bela sungkawa kepada pemerintah dan warga Turki atas insiden serangan bom ini. Selain itu, pihak KBRI telah menyediakan nomor hotline +905321352298 dan +905338120760, untuk para WNI yang memerlukan informasi dan mencari tahu keberadaan keluarganya di Turki.
Sebuah ledakan besar terjadi di dekat pusat Ibu Kota Turki, semalam waktu setempat. Serangan terjadi di dekat stasiun bus utama di Jalan Ataturk.
Ledakan juga sempat terjadi pada Februari lalu dan menargetkan konvoi militer di Ankara, serta menewaskan 28 orang. Kala itu, militan Kurdi dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dituduh bertanggung jawab atas serangan ini.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menggebu-gebu mengatakan akan membuat teroris bertekuk lutut.
"Masyarakat Turki tidak perlu cemas, perjuangan melawan terorisme pasti akan berakhir dan teroris akan kita giring bertekuk lutut," ujar Erdogan.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Turki Efkan Ala menjelaskan, investigasi tengah dilakukan untuk menyimpulkan siapa pelaku yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam kejadian itu telah menewaskan satu keluarga wartawan Tribrata TV
Baca SelengkapnyaInsiden tersebut diketahui terjadi Selasa (23/1) sekitar pukul 01.00 WITA.
Baca SelengkapnyaTidak ada informasi mengenai WNI yang menjadi korban Topan Yagi
Baca SelengkapnyaPenembakan di Philadelphia barat terjadi pada akhir acara memperingati Idulfitri, hari raya umat Islam setelah bulan suci Ramadan.
Baca SelengkapnyaLokasi ledakan di Markas Detasemen Gegana Satuan Brimob Polda Jatim, Senin (4/3) siang terlihat sudah dipasangi gari polisi atau police line.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, ia memastikan hingga kini belum ada peningkatan eskalasi ancaman teroris di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBahan peledak yang digunakan oleh pelaku adalah berjenis bom ikan atau bondet.
Baca SelengkapnyaLedakan diduga berasal dari sisa-sisa temuan bahan peledak yang akan dimusnahkan atau didisposal.
Baca SelengkapnyaKemlu RI memantau dari dekat eskalasi perkembangan di kawasan Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaSekalipun dua terduga teroris yang ditangkap berafiliasi jaringan Daulah Islamiyah atau ISIS, dipastikan tidak berkaitan dengan event atau kegiatan nasional.
Baca Selengkapnya