Warga Xinjiang Kelaparan Setelah 40 Hari Kena Lockdown Akibat Covid-19
Merdeka.com - Warga di kota Ghulja, Xinjiang, China mengeluh kelaparan dan kehabisan makanan setelah pemerintah China menerapkan lockdown selama 40 hari untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Dalam unggahan sejumlah warga di media sosial China, termasuk TikTok dan Twitter, warga Ghulja menunjukkan kulkas yang kosong tanpa bahan makanan dan anak-anak yang kelaparan. Sejumlah orang lainnya menangis menceritakan pengalaman mereka selama lockdown yang dimulai pada awal Agustus lalu.
Muncul dugaan bahwa pemerintah sengaja memberlakukan lockdown di Ghulja untuk mengurung warga Uighur yang tinggal di kota itu. Sejak lama China dituding mendirikan pusat penahanan dan penjara di Xinjiang untuk memenjarakan 1 juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya di wilayah tersebut.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur? 'Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka,' ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Apa kondisi yang dialami wanita China itu? Berdasarkan laporan dari SCMP pada Minggu (27/10/2024), wanita yang hanya dikenal sebagai Li mendapati dirinya mendadak tidak responsif, sehingga ia tidak bisa makan, minum, bergerak, atau berkomunikasi.
-
Mengapa status siaga darurat bencana kekeringan dikeluarkan? Status siaga darurat ini dikeluarkan usai tiga wilayah kabupaten, yaitu Kulon Progo, Gunungkidul, dan Sleman, telah bertatus siaga darurat hidrometeorologi.
-
Apa masalah yang dihadapi warga Kampung Lebak Jeunjing? Selain belum teraliri listrik dengan baik, permukiman Lebak Jeunjing di Desa Mandalasari, Kecamatan Puspahiang ini juga memiliki rute jalan yang terjal dan sulit dilalui kendaraan roda dua maupun empat.
-
Kenapa polisi China mengusur pedagang? Dia diberi imbauan agar tak berjualan di lokasi. Sebab, hal tersebut diungkap sang polisi dapat memicu kecelakaan bagi diri sendiri dan pengguna jalan raya lainnya. 'Anda tidak bisa berjualan semangka di sini. Ini bisa mengganggu lalu lintas,' terangnya.
Yasinuf, seorang mahasiswa Uighir di Eropa mengatakan ibu mertuanya mengirim pesan suara yang menyatakan dia dipaksa ke pusat karantina setelah mengalami batuk ringan. Yasinuf juga mengatakan orang tuanya kehabisan makanan, walaupun sebelumnya telah menyediakan stok sebelum lockdown.
Orang tuanya bahkan dilarang memakai tungku di halaman belakang rumahnya karena takut menyebarkan virus. Akhirnya orang tuanya memakan adonan mentah dari tepung, air, dan garam.
"Suara mereka menghantui kepala saya, yang mengatakan seperti saya lapar, tolong bantu kami," kata Yasinuf, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (15/9).
"Ini abad ke-21, ini tidak masuk di akal," lanjutnya.
Warga lainnya, Nyrola Elima mengatakan ayahnya menjatah persediaan tomat mereka yang semakin menipis, berbagi satu setiap hari dengan neneknya yang berusia 93 tahun. Dia mengatakan bibinya juga panik karena kekurangan susu untuk memberi makan cucunya yang berusia 2 tahun.
Pekan lalu, gubernur setempat meminta maaf dalam konferensi pers karena lamban dan kurangnya respons pemerintah dan berjanji melakukan perbaikan. Kendati pemerintah mengakui keluhan warga, mereka menghapus setiap unggahan warga di media sosial yang mengeluhkan masalah tersebut.
Bahkan polisi juga menangkap sejumlah warganet dengan tuduhan menyebarkan rumor wabah Covid-19. Pada Senin, lebih dari 600 orang ditangkap di sebuah desa di Ghulja setelah mereka melanggar lockdown sebagai bentuk protes kekurangan makanan, menurut laporan Radio Free Asia (RFA). Menurut para pengunjuk rasa, beberapa orang meninggal.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Suhu udara di China semakin turun di bawah titik beku hingga ke minus 40 derajat Celsius.
Baca Selengkapnya"Kelaparan Lebih Parah Daripada Mendengar Bom, Setiap Hari Selalu Lebih Buruk dari Hari Sebelumnya"
Baca SelengkapnyaLebih dari 100.000 orang dievakuasi akibat hujan lebat dan banjir mematikan tersebut.
Baca SelengkapnyaIsrael Blokir Bantuan Kemanusiaa, Warga Palestina Terpaksa Makan Rumput dan Makanan Kedaluarsa
Baca SelengkapnyaChina mengerahkan ribuan tim penyelamat, termasuk pasukan tentaranya, untuk mengevakuasi korban banjir parah di Beijing dan sekitarnya. Simak foto-fotonya!
Baca SelengkapnyaGempa tersebut telah menewaskan sedikitnya 127 orang, melukai ratusan orang.
Baca SelengkapnyaSebuah keluarga yang memiliki dua bocah perempuan terpaksa harus tinggal di kampung mati tengah hutan dan setiap hari makan nasi pakai garam.
Baca SelengkapnyaBencana tanah longsor yang belum diketahui pemicunya itu mengubur puluhan rumah.
Baca SelengkapnyaSerangan brutal Israel yang terus berlanjut membuat Jalur Gaza terperosok dalam bencana kelaparan.
Baca SelengkapnyaPara korban sedang menghadapi tantangan suhu yang dingin ekstrem pada malam hari di bawah nol derajat celcius.
Baca SelengkapnyaMeninggalnya enam orang di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah dipastikan karena terjangkit diar
Baca SelengkapnyaSebanyak 26 warga Kabupaten Luwu terpaksa jalan kaki 6 jam menuju ke pengungsian setelah desanya terisolasi akibat banjir dan longsor.
Baca Selengkapnya