Sensasi Dark Tourism, 5 Bekas Lokasi Genosida yang Jadi Tempat Wisata Sejarah Populer
Merdeka.com - Sejarah umat manusia mencatat berbagai peristiwa penting, mulai dari penemuan hingga peperangan. Sejak peradaban manusia yang pertama, peperangan merupakan peristiwa yang selalu muncul dalam perkembangan umat manusia. Sejarah mencatat ribuan peperangan penting. Peperangan-peperangan tersebut selalu diwarnai dengan pembunuhan dan pembantaian manusia. Di berbagai tempat di belahan dunia selalu ada situs sejarah yang menjadi saksi bisu atas pembantaian manusia pada masa perang. Beberapa di antaranya sengaja dipertahankan dan dilestarikan sebagai monumen atau museum untuk peringatan dan penghormatan bagi para korban yang gugur.
Berikut ini Merdeka.com sajikan 5 dari sekian banyak lokasi pembantaian manusia yang kini diabadikan sebagai tempat bersejarah dan kini menjadi daya tarik wisata.
Murambi Genocide Memorial Centre, Rwanda
-
Di mana situs pembantaian di China berada? Peneliti menemukan situs pembantaian ini, dikenal sebagai situs Honghe di Provinsi Heilongjiang, China timur laut, pada tahun 1990-an.
-
Dimana kuburan massal ditemukan? Dalam Konferensi Alekseyev Readings di Institut Riset Anuchin dan Museum Antropologi Moskow, ilmuwan mengungkapkan ditemukan total 300 mayat pada sembilan liang lahat di Yaroslavl.
-
Dimana peristiwa bersejarah ini terjadi? Di Kota Padang, terjadi peristiwa bersejarah pada 27 November 1945 di sebuah sekolah bernama Sekolah Teknik Simpang Haru.
-
Dimana pembunuhan terjadi? Polisi telah mengamankan sejumlah barang bukti dari tempat kejadian, termasuk parang yang diduga digunakan dalam pembunuhan, serta baju, sprei, dan bantal yang masih berlumuran darah.
-
Dimana peristiwa itu terjadi? Peristiwa itu diketahui terjadi di Jalan Wirasaba, Adiarsa Timur, Karawang Timur, Karawang, Jawa Barat, Minggu (21/7).
-
Di mana perampokan terjadi? Toko jam mewah di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 Tangerang disatroni perampok pada Sabtu (8/6).
Murambi Genocide Memorial Centre adalah situs sejarah yang terletak di Distrik Murambi, Rwanda. Tempat itu dulunya adalah sebuah gedung sekolah dengan nama Murambi Technical School. Gedung itu merupakan lokasi pembantaian dalam peristiwa genosida Rwanda yang terjadi pada tahun 1994. Saat itu terjadi perang saudara antara suku Tutsi dan Hutu. Hutu merupakan kelompok militan yang membenci Tutsi.
Pada peristiwa pembantaian yang terjadi pada 21 April 1995 tersebut, 65.000 orang Tutsi melarikan diri ke Murambi Technical School untuk bersembunyi dari kejaran pasukan Hutu Interahamwe yang ingin membantai mereka. Tetapi mereka berhasil ditemukan dan akhirnya dibantai di tempat oleh pasukan Hutu. Sekitar 45.000 orang, termasuk wanita dan anak-anak terbunuh pada peristiwa itu. Sisanya berhasil melarikan diri, tetapi kebanyakan berhasil ditangkap kembali dan dibunuh. Untuk menutupi perbuatannya dari mata dunia internasional, pasukan Hutu mengubur jasad puluhan ribu korban mereka di satu lubang raksasa dan mendirikan sebuah lapangan voli di atasnya.
Sekarang gedung sekolah yang menjadi lokasi pembantaian itu diabadikan sebagai memorial center merangkap museum genosida yang dibuka untuk umum. Para pengunjung yang datang ke sana akan didampingi oleh pemandu yang dengan senang hati memberikan penjelasan mengenai riwayat sejarah tempat itu. Sejumlah kerangka dan jasad para korban yang dimumikan ikut dipertontonkan.
Sand Creek Massacre National Historic Site, Amerika Serikat
Sand Creek Massacre National Historic Site adalah situs bersejarah yang menjadi saksi bisu terjadinya Pembantaian Sand Creek atau dikenal juga sebagai Pembantaian Chivington, Pertempuran Sand Creek, dan Pembantaian Indian Chayenne. Pembantaian tersebut merupakan bagian dari sejarah panjang warga Indian, suku pribumi yang sesungguhnya merupakan penduduk asli Amerika Serikat dalam mempertahankan wilayahnya dari penjajah.
Pembantaian Sand Creek terjadi pada tanggal 29 November 1864. Saat itu sekitar 700 pasukan dari Teritorial Colorado yang dipimpin oleh Kolonel John M. Chivington menyerang dan menghancurkan sebuah desa yang dihuni oleh suku Indian Chayenne dan Arapaho.
Sebelumnya, kedua pihak yang berseteru tersebut telah mengadakan perjanjian damai untuk melakukan gencatan senjata. Namun tanpa peringatan pasukan Amerika membunuh dan memutilasi sekitar 70 sampai 163 warga Indian, dua per tiga di antaranya merupakan wanita, anak-anak, dan manula yang tidak bersenjata.
Untuk mengenang peristiwa menyakitkan tersebut, pemerintah Amerika Serikat mengabadikan situs tempat terjadinya pembantaian tersebut menjadi Sand Creek Massacre National Historic Site. Situs bersejarah itu kini dikelola oleh National Park Service.
Nanjing Massacre Memorial Hall, China
Nanjing Massacre Memorial Hall, adalah monumen yang didirikan untuk mengenang warga China yang terbunuh oleh pasukan Kekaisaran Jepang pada 13 Desember 1937. Warga China dibantai dengan kejam di sekitar kota Nanjing. Di salah satu daerah yang berada di sudut kota Nanjing, yaitu Jiangdongmen terdapat kuburan massal tempat dimakamkannya ribuan jenazah. Saking banyaknya jenazah yang dikuburkan di tempat itu, situs di Jiangdongmen tersebut sampai mendapat julukan 'lubang sepuluh ribu mayat'.
Pemerintah China mengklaim bahwa pada enam sampai delapan minggu pertama setelah menduduki China, pasukan Jepang telah melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia, antara lain penjarahan, pembakaran, pemerkosaan, penyiksaan, dan pembantaian terhadap warga China. Pemerintah China memperkirakan setidaknya 300.000 warga sipil dan prajurit tak bersenjata menjadi korban pembantaian massal pasukan Jepang. Rumor yang beredar menyebutkan kalau pasukan Jepang bahkan menggunakan tawanan penduduk China sebagai sasaran untuk perlombaan membunuh dan latihan menggunakan bayonet. Diperkirakan terjadi 20.000 kasus pemerkosaan pada bulan pertama pendudukan Jepang di China.
Pemerintah Jepang sendiri menyangkal tuduhan tersebut. Mereka menyatakan kalau skala pembantaian massal yang diklaim pemerintah China telah dilebih-lebihkan. Dalam beberapa kesempatan pihak negosiator perdamaian dari Jepang bahkan berusaha meyakinkan publik internasional kalau pembantaian yang diklaim oleh pemerintah China itu tidak pernah terjadi.
Ladang Pembantaian Choeung Ek, Kamboja
Ladang Pembantaian adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sejumlah situs di Kamboja yang menjadi lokasi pembantaian warga oleh pasukan Khmer Merah pada periode 1975-1979. istilah "ladang pembantaian" sendiri diciptakan oleh Dith Pran, wartawan Kamboja yang berhasil selamat dari pembantaian oleh rezim Khmer Merah. Di Kamboja tercatat ada 20.000 situs yang menjadi lokasi pembantaian massal. Menurut analisis Program Pemetaan DC-Cam dan Universitas Yale dari 20.000 situs tersebut setidaknya ada 1.386.734 korban yang jatuh.
Salah satu lokasi Ladang Pembantaian yang paling banyak dikunjungi wisatawan saat ini adalah Choeung Ek. Choeung Ek adalah sebuah daerah yang letaknya sekitar 14.5 kilometer dari Phnom Penh. Ladang Pembantaian di Choeung Ek berupa area seukuran lapangan sepak bola yang dikelilingi ladang. Area itu merupakan lokasi pembunuhan sekaligus kuburan massal bagi 20.000 warga Kamboja yang dituduh berkhianat terhadap negara.
Karena kuburan tersebut dibuat seadanys, tak jarang pada musim hujan ada beberapa kerangka manusia yang terlihat karena tanah yang menimbunnya tersapu air hujan. Di sekitarnya banyak pohon yang dipenuhi tali gantungan. Menurut National Geographic, tempat ini adalah atraksi wisata yang wajib dikunjungi selain Angkor Wat. Di Choeung Ek terdapat sebuah altar yang sengaja didirikan untuk mengenang para korban yang terbunuh di sana. Altar tersebut memajang 8.000 tengkorak korban pembantaian Khmer Merah.
Seperti yang sudah diketahui, rezim Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot telah memusnahkan sekitar 21 persen dari seluruh populasi warga di Kamboja. Orang-orang itu dibantai dengan berbagai cara yang kejam. Karena peluru adalah barang mahal dengan jumlah terbatas, pasukan Pol Pot membunuh para korbannya dengan kapak, pisau, tongkat bambu, atau palu. Sementara anak-anak dibunuh dengan cara dihantamkan ke pohon.
Choeung Ek sendiri diabadikan menjadi pengingat atas kenangan memilukan dalam sejarah Kamboja. Dan sekarang menjadi sumber penghasilan bagi warga setempat yang menggantungkan hidup mereka dari dark tourism.
Kamp konsentrasi Auschwitz, Polandia
Auschwitz adalah sebutan yang diberikan pada tiga situs yang dulunya merupakan tiga kamp konsentrasi terbesar dari puluhan kamp konsentrasi yang didirikan Nazi untuk menahan dan memusnahkan penduduk yang dianggap menghalangi gerakan revolusi Nazi. Ketiga kamp yang dimaksud adalah Auschwitz I, Auschwitz II (Birkenau), dan Auschwitz III (Monowitz. Auschwitz I merupakan lokasi pembunuhan sekitar 70.000 orang Polandia, kaum homoseksual dan tawanan perang Soviet. Auschwitz II difungsikan sebagai kamp pemusnahan yang merenggut nyawa sekitar 1 juta orang Yahudi, 75.000 orang Polandia, homoseksual, dan sekitar 19.000 orang gipsi. Sementraa Auschwitz III (Monowitz) digunakan sebagai kamp kerja paksa untuk perusahaan IG Farben.Kamp-kamp ini merupakan saksi bisu yang menjadi bagian utama dalam peristiwa Holocaust yang konon merenggut ratusan ribu nyawa warga Yahudi, gipsi, kaum homoseksual, dan semua pihak yang dianggap tidak sesuai dengan paham Nazi. Selain digunakan untuk kamp kerja paksa dan pemusnahan, konon tempat ini juga menjadi tempat eksperimen bagi para ilmuwan Nazi. Para tawanan di Auschwitz dijadikan kelinci percobaan untuk formula gas beracun dan suntik sterilisasi.Setelah berakhirnya pendudukan Nazi dan Perang Dunia, kamp-kamp Auschwitz rusak parah. Kemudian pemerintah Polandia memutuskan untuk merevitalisasi kamp Auschwitz I dan mengubahnya menjadi sebuah museum. Auschwitz II dengan sisa-sisa dari kamar-kamar gas yang sengaja dipertahankan untuk menjadi kenangan atas para tawanan yang tewas terbunuh di dalamnya menyusul direvitalisasi. Ketiga kamp tersebut kini terbuka untuk dikunjungi wisatawan dan menjadi bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Itulah 5 lokasi pembantaian manusia di berbagai belahan dunia yang sekarang diubah menjadi tempat wisata.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
10 Goa Jepang di Indonesia: Jelajahi stalaktit, stalagmit, dan sejarah menarik di destinasi ini!
Baca SelengkapnyaSejumlah kota modern metropolitan di dunia saat ini dibangun di atas reruntuhan kota yang sudah berusia ribuan tahun.
Baca SelengkapnyaSampai sekarang gapura ini masih terlihat kokoh dan estetik.
Baca SelengkapnyaKeindahan alam Jawa Timur memang cocok menjadi tujuan wisata melepas penat di hari libur.
Baca SelengkapnyaBerikut 7 tempat wisata di Toraja yang paling dicari dan direkomendasikan untuk dikunjungi bersama keluarga.
Baca SelengkapnyaSebanyak 3.000 tentara Jepang tewas pada sebuah goa di pulau itu
Baca SelengkapnyaBanyak orang yang mengira, kawasan Kota Tua hanya ada di Semarang dan Jakarta.
Baca SelengkapnyaBagi para pencinta petualangan, kawasan lereng Merapi menawarkan banyak kegiatan menarik.
Baca SelengkapnyaLubang Jepang, tempat saksi bisu praktik Romusha terhadap warga pribumi yang berada di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaTerdapat sejumlah tempat wisata di Jogja paling terkenal yang bisa dikunjungi.
Baca SelengkapnyaMalang memiliki destinasi wisata yang sangat lengkap, cocok untuk tujuan liburan keluarga.
Baca SelengkapnyaSimak kisah salah satu pembantaian rakyat sipil selama Perang Dunia 2.
Baca Selengkapnya