Gapura Kuno di Mojokerto Ini Dulunya Gerbang Makam Orang Kaya di Zaman Belanda, Intip Kisahnya
Sampai sekarang gapura ini masih terlihat kokoh dan estetik.
Sampai sekarang gapura ini masih terlihat kokoh dan estetik.
Terdapat bangunan gapura kuno sisa peninggalan zaman kolonial Belanda di Kota Mojokerto, Jawa Timur.
Menurut warga sekitar, dari cerita nenek moyang mereka, diketahui bahwa gapura ini merupakan pintu masuk menuju area pemakaman yang cukup luas.
Namun ada kisah kontroversial yang berkelindan dengan keberadaan makam ini.
Di zaman dulu, konon keberadaannya menuai pandangan negatif oleh warga pribumi.
Mengutip Instagram @ceritamojokerto, bangunan ini dulunya dikenal dengan nama Begraafplaatsen Mojokerto atau gerbang pemakaman di Mojokerto. Nama lain dari gapura ini adalah Sekar Putih.
Bentuknya mirip gapura, dengan pilar di sisi kanan dan kiri yang saling terhubung di bagian atasnya. Bahannya dibuat dari bahan agregat beton yang kokoh, dengan warna khas art deco yakni putih susu.
Persisnya, Begraafplaatsen Mojokerto berada di Mergelo, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto.
Kembali ke zaman Belanda, didapati cerita bahwa gapura ini dulunya pintu masuk menuju pemakaman elit di Mojokerto. Keberadaannya sempat menuai cibiran warga sekitar, karena timbul kesenjangan antar masyarakat.
Permasalahan muncul ketika pemakaman hanya diperuntukkan bagi kaum elit Eropa dan Tionghoa, sedangkan warga sekitar tidak mendapatkan hak tersebut. Ketika status peruntukan berbeda, maka timbul kecemburuan sosial di masa itu.
Terlebih saat itu yang dimakamkan adalah orang-orang Eropa yang posisinya hanya sebagai pekerja di Mojokerto.
Walau demikian, pembangunan area makam tetap dilakukan dan pemerintah kolonial belakangan juga diketahui meraup keuntungan di balik keberadaan makam tersebut.
Mengutip Facebook Serpihan Catatan Ayuhanafiq, ide perencanaan gapura dan area pemakaman sebelumnya sudah ada sejak tahun 1889.
Ketika itu, residen Belanda di Surabaya terpikirkan untuk membuat area pemakaman di wilayah Mojokerto bagi warga Belanda yang bekerja di kota satelit.
Namun, ide ini baru terealisasi setelah penetapan gemeente Mojokerto pada 1911. Setelahnya, upaya perencanaan dilakukan melalui pencarian lahan sampai pengukuran, hingga ditemukan wilayah strategis di kawasan Kedundung, Magersari.
Ini kemudian diklaim bisa memudahkan orang Eropa dan Tionghoa untuk memakamkan anggota keluarganya, setelah sebelumnya harus dibawa jauh menuju Surabaya. Di sini, pemerintah setempat kemudian menentukan tarif tertentu untuk pemasukan kota.
Menurut warga sekitar, dulu luasan makam terbagi menjadi dua. Bagian timur merupakan area pemakaman Belanda, sedangkan barat adalah khusus bagi warga Tionghoa.
Dulu bahkan kabarnya makam sampai ke dekat jalan By Pass dan berbatasan dengan area persawahan milik warga.
"Ini gapuranya yang bangun Belanda, makamnya dari dekat jalan terus tidak jauh ada sawah zaman dulu itu," kata warga sekitar, mengutip Youtube Zahira Aisya.
Agar aksesnya maksimal, pemerintah kota melakukan revitalisasi dengan melakukan perkerasan aspal pada jalan, juga memberikan susunan paving semen menuju area masuk makam.
Saat ini, kawasan makam sudah beralih fungsi menjadi lahan dan permukiman warga. Di sekitar Begraafplaatsen Mojokerto ini juga sudah ditata menjadi area taman heritage dengan diberi kursi dan lampu taman yang estetik.
Lokasi ini juga tak jarang menjadi tempat berswafoto bagi warga di sekitar Kedundung maupun luar wilayah. Lokasinya juga jadi lebih rapi, dan nyaman untuk dikunjungi.
Berusia lebih dari 650 tahun, gapura ini masih berdiri megah hingga sekarang
Baca SelengkapnyaDana saksi yang ikut menyaksikan saat koper tersebut dibuka tidak melihat ada luka-luka pada jasad tersebut.
Baca SelengkapnyaSelain mengasah otak, pantun teka teki lucu dan jawabannya ini cocok sebagai hiburan saat kumpul bersama.
Baca SelengkapnyaMomen Panglima Perang Suku Dani bentak prajurit Kopassus lantaran tak bisa angkat kayu. Begini selengkapnya.
Baca SelengkapnyaDengan gombal pantun lucu, perasaan si doi akan luluh dengan sendirinya.
Baca SelengkapnyaGaya hidup kurang gerak atau sedentari bisa berujung berbagai masalah kesehatan termasuk munculnya kanker pankreas di usia muda.
Baca SelengkapnyaGerbang sekolah ini tampak berusia jauh lebih tua dibanding bangunan sekolah
Baca SelengkapnyaKapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melakukan rotasi beberapa pejabat Polri. Salah satu sosok gagah yang turut dimutasi adalah Hengki Hariyadi.
Baca SelengkapnyaTerbiasa gondrong, begini penampilan reserse setelah potong rambut untuk tugas baru. Bikin pangling.
Baca Selengkapnya