Padas Bajul, batu jelmaan siluman buaya penunggu sungai
Merdeka.com - Selain pemandian Patemon yang indah sebagai obyek wisata dan mengandung unsur mistis, ada pula satu tempat yang juga memiliki sisi magis yaitu sebuah batu yang dinamakan Padas Bajul yang terletak di sebuah sungai bernama Keting.
Padas Bajul berada di sungai Keting, kecamatan Jombang, Kabupaten Jember. Nama Padas Bajul diambil dari bahasa Jawa, yaitu padas berarti batu cadas dan bajul adalah buaya.
Menurut penuturan seorang warga, tempat di mana Padas Bajul ini berada sangat wingit atau dapat dibilang angker karena dipercaya banyak makhluk gaib yang mendiami daerah tersebut.
-
Siapa korban serangan buaya? Korban ini bernama Ide Suprianto (27) asal Desa Sari Bulan, Kecamatan Air Dikit yang menikah dengan warga Desa Tanah Harapan.
-
Dimana buaya menyerang korban? 'Korban ini meninggal dunia setelah kakinya digigit buaya, lalu satwa tersebut menghempaskan tubuh korban berkali-kali di Sungai Selagan,' katanya seperti dilansir dari Antara, Senin (15/4).
-
Apa yang dimakan buaya itu? Buaya tersebut sebelumnya memangsa kucing peliharaan yang tidak sengaja masuk ke kandangnya.
-
Mengapa buaya menyerang korban? 'Korban ini meninggal dunia setelah kakinya digigit buaya, lalu satwa tersebut menghempaskan tubuh korban berkali-kali di Sungai Selagan,' katanya seperti dilansir dari Antara, Senin (15/4).
-
Kenapa warga khawatir tentang buaya? Kalau buaya yang masih kecil itu hidup liar, dikhawatirkan ada induknya yang masih berkeliaran di sekitar sungai Desa Kebonagung.
-
Apa mitos di Jawa Timur tentang kematian dan burung gagak hitam? Dalam Primbon Jawa, burung gagak hitam erat kaitannya dengan kematian. Konon katanya, apabila terdengar bunyi kicauan burung tersebut menjelang waktu ibadah magrib, maka akan menjadi pertanda kematian.
Asal muasal Padas Bajul sendiri sampai sekarang juga masih simpang siur. Ada banyak versi yang muncul dari mitos Padas Bajul ini. Mulai dari pertikaian antara siluman penguasa di sungai Bondoyudo (Lumajang) yaitu seekor buaya besar dengan ular raksasa penunggu sungai Jatiroto (Jember) sampai dengan merupakan penjaga makam dari nenek moyang warga Desa Keting.
Kabarnya, dalam setiap tahun, selalu meminta korban dan menurut warga sekitar korban itu merupakan tumbal yang dimakan oleh buaya putih yang katanya sering memunculkan diri pada hari-hari tertentu.
Menurut penuturan seorang warga di daerah Jombang bernama Pak Edi, siluman buaya yang mendiami sungai tersebut selalu mencari mangsa dengan cara menjelma menjadi seorang kakek-kakek tua dan berpura-pura menunjukkan jalan ke seseorang yang bukan berasal dari daerah Keting dan kebetulan berada di tempat tersebut.
Jalan yang ditunjukkan tentunya bukan jalan yang sebenarnya karena arahnya langsung menuju ke sungai. Ketika sang korban telah berada di sekitar sungai, maka orang tua itu langsung berubah menjadi buaya dan memangsanya.
Bahkan, apabila diadakan suatu perlombaan memancing di sungai Bondoyudo, tidak akan ada seorang pun yang dapat menjadi pemenang atau mendapatkan ikan apabila dia bukan orang Keting asli.
Di sekitar batu berbentuk buaya yang berada di tengah-tengah sungai tersebut, terdapat banyak ikan kecil-kecil yang juga ditemui di sekitar pinggiran sungai Bondoyudo.
(mdk/das)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini, buaya tersebut telah diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Baca SelengkapnyaDengan memakai teknologi scan juga, arkeolog menyebut menjaga keutuhan buaya purba.
Baca SelengkapnyaMakhluk mitologi ini konon berwujud hamparan tikar berwarna merah mengambang di permukaan air.
Baca SelengkapnyaBuaya ini dijadikan persembahan terhadap dewa buaya Mesir kuno, Sobek.
Baca SelengkapnyaMusim hujan yang identik dengan musim kawin buaya.
Baca SelengkapnyaApapun latarbelakangnya, pembunuham hewan dilindungi melanggar undang-undang.
Baca SelengkapnyaBeberapa jam kemudian, mayat korban ditemukan tak jauh dari TKP.
Baca SelengkapnyaViral video seekor buaya mengantar jasad manusia di Sungai Cilemer, Pandeglang, Banten.
Baca SelengkapnyaPemerintah desa setempat sebelumnya pernah mengusulkan pembuatan penangkaran buaya ke pihak BKSDA Bengkulu.
Baca SelengkapnyaDi Maluku, ada sebuah hewan yang sudah hidup berdampingan dengan warga selama ratusan tahun lamanya.
Baca SelengkapnyaTidak hanya keindahan alam, Sungai Mahakam juga dikelilingi oleh mitos yang menambah daya tariknya.
Baca SelengkapnyaIkan Belida, salah satu jenis hewan endemik asal Sumatra Selatan yang saat ini sudah terancam punah.
Baca Selengkapnya