Dijuluki Ibu Perbu, Begini Akhir Hayat Cut Nyak Dien saat Diasingkan di Sumedang
Merdeka.com - Masyarakat di Kampung Kaum, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, begitu menghormati seorang wanita 'asing' yang dibawa oleh tentara Belanda pada tahun 1906.
Saking diseganinya, tokoh tersebut sampai mendapat julukan khusus atas keluhuran ilmu agama Islamnya.
Saat itu warga Sumedang awalnya tidak mengetahui bahwa wanita tersebut merupakan tokoh perjuangan asal Tanah Aceh bernama Cut Nyak Dien. Rahasia ini merupakan rencana Gubernur Militer Belanda, Joannes Benedictus van Heutsz yang khawatir kehadiran Cut Nyak Dien akan membawa semangat perlawanan ke rakyat Sumedang.
-
Kenapa Cut Nyak Meutia menentang Belanda? Sejak kecil, Cut Nyak Meutia selalu ditempa dengan ajaran-ajaran agama Islam. Hingga muncul dalam dirinya sebuah prinsip Islam 'Amar ma'ruf nahi munkar' dan begitu anti dengan kemungkaran dan penindasan.
-
Siapa yang membuat tahu Sumedang? Tahu Sumedang yang dikenal gurih di lidah dan empuk dalam gigitan yang selama ini kita rasakan, merupakan buatan seorang imigran Tionghoa bernama Ong Ki No.
-
Siapa yang terlibat dalam Hajat Uar di Sumedang? Mengutip YouTube Pelosok Sumedang, ada Hajat Uar yang berlangsung pada Minggu, 7 Januari 2024 itu turut dihadiri oleh tokoh masyarakat setempat, BPBD Kabupaten Sumedang hingga perwakilan Keraton Kasumedangan.
-
Siapa Cut Nyak Dien? Sosok pahlawan perempuan asal Aceh satu ini begitu gigih melawan penjajahan Belanda dan menjabat sebagai panglima perang. Namanya Pocut Baren, seorang pahlawan sekaligus panglima perang yang begitu gigih dalam melawan penjajahan Belanda di Aceh.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Dimana Cut Nyak Meutia lahir? Ia adalah salah satu sosok penyusun strategi andal ketika berperang melawan tentara kolonial Belanda. Kisah hidup Cut Nyak Meutia tak melulu soal perang. Di sisi lainnya, perempuan yang lahir di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara ini juga memiliki kisah asmara yang rumit dan penuh lika-liku.
Namun fakta itu akhirnya diketahui oleh Bupati Sumedang saat itu, Pangeran Suriaatmaja. Sebagai pemimpin tertinggi di sana, sosok yang biasa disebut Pangeran Mekkah itu sadar jika Cut Nyak Dien merupakan sosok yang memiliki pengaruh.
"Kedatangan Dien (Cut Nyak Dien) di Sumedang dengan pakaian lusuh dan ditemani para tapol Aceh lainnya tentu saja menarik perhatian Bupati Suriaatmaja. Sebagai seorang muslimah yang beriman, Cut Nyak Dien banyak dihormati para tahanan laki-laki yang ikut dibawa Belanda. Tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapkan identitas para tawanan, termasuk wanita tua kecil yang lusuh itu." tulis Sai, Julinar, Tiara Wulandari, dalam Ensiklopedi Pahlawan Nasional. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, dikutip dari Wikipedia (29/12).
Mendapat Julukan Ibu Perbu atau Ibu Suci
liputan6.com
Cut Nyak Dien menghabiskan sisa hidupnya di Sumedang selama dua tahun. Ia kemudian wafat karena penyakit sepuhnya (encok dan rabun) pada tahun 1908.
Selama masa pengasingan, Cut Nyak Dien ditempatkan di sebuah rumah milik tokoh agama setempat bernama Haji Ilyas atas perintah Bupati Suriaatmaja. Di tengah statusnya sebagai tahanan rumah itu, Cut Nyak Dien bersama Haji Ilyas lantas mengajar ngaji dan ilmu keagamaan ke warga sekitar.
"Ulama Ilyas dengan cepat menyadari bahwa tamunya, yang tidak bisa berbicara bahasa mereka, memang seorang sarjana Islam. Dien kemudian dikenal sebagai "Ibu Perbu" (Sang Ratu). Pengetahuan Islamnya yang baik dan kemampuannya membaca Al-Quran dengan indah membuatnya mendapatkan undangan untuk mengajar tentang Islam," lanjut Sai, Julinar, dan Tiara Wulandari itu.
Meninggal dan Dimakamkan di Pinggiran Sumedang
Makam Cut Nyak Dien di Gunung Puyuh, Sumedang
liputan6.com
Di tengah usia ke-60, Cut Nyak Dien mulai menderita sakit yang cukup parah. Tak berapa lama, pejuang kelahiran 1848 itu kemudian meninggal dunia pada 6 November 1908.
Dilansir dari sumedangkab.go.id, Cut Nyak Dien dimakamkan di kompleks Gunung Puyuh, Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan. Lokasi tersebut tidak jauh dari Alun-Alun dan Masjid Agung Sumedang (satu wilayah tempat pengasingan).
Sebelum tahun 1950, masyarakat di Sumedang tidak ada yang mengetahui bahwa makam tersebut merupakan makam Nyak Dien. Indentitas makam itu baru terbongkar pada tahun 1959, saat Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan, meminta dicarikan makam Cut Nyak Dien di Sumedang berdasarkan data Belanda yang tertuang di surat Colonial Verslag 1907:12.
Sebelumnya Cut Nyak Dien dibuang di Sumedang usai melakukan perlawanan yang keras bersama suaminya di Aceh. Saat itu ia dianggap berbahaya, lantaran terus melakukan koordinasi dengan para pahlawan di Tanah Rencong untuk memukul mundur Belanda. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cut Nyak Dien bahkan pilih bunuh diri ketimbang menyerah pada Belanda.
Baca SelengkapnyaIni wujud gelas yang pernah menjadi saksi bisu pengasingan Cut Nyak Dhien di Sumedang.
Baca SelengkapnyaBegini kondisi rumah 'penjara' Cut Nyak Dien saat diasingkan ke Sumedang.
Baca SelengkapnyaCut Nyak Meutia, pahlawan srikandi asal Aceh dengan kisah asmara yang rumit.
Baca SelengkapnyaSosok srikandi asal Aceh menjadi panglima perang menggantikan Cut Nyak Dien saat melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaRumah ini dibangun untuk mengenang salah satu pahlawan nasional Indonesia dalam mempertahankan tanah kelahiran dari para penjajah.
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan wanita berdarah Minang ini berjuang di garda terdepan melawan dan menentang sistem kolonialisme Belanda.
Baca SelengkapnyaSeorang perwira berdarah Belanda totok ini diangkat menjadi Gubernur Hindia Belanda karena keterlibatannya dalam menyudahi Perang Aceh yang berkepanjangan.
Baca SelengkapnyaHari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaPutra dari Teuku Chik Abubakar Sidik ini memutuskan untuk terjun ke panggung politik demi membela rakyat dari belenggu penjajah Belanda.
Baca SelengkapnyaWanita ini memimpin 30 perempuan dalam pertempuran melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan dan ulama wanita dari Serambi Mekkah ini begitu besar tekad dan kegigihannya dalam melawan Belanda demi mempertahankan tanah kelahirannya.
Baca Selengkapnya