Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten
Nyi Mas Gamparan begitu berani memukul mundur Belanda yang menjajah di Banten
Nyi Mas Gamparan begitu berani memukul mundur Belanda yang menjajah di Banten
Sosok Nyi Mas Gamparan merupakan panglima perang perempuan dari Keraton Surosowan yang menolak mentah-mentah kedatangan penjajah ke Banten.
Ia lantas berjuang maju di garis depan dengan membentuk laskar perempuan untuk melawan kekejaman Belanda.
Saking beraninya, pihak Belanda pun menaruh kewaspadaan terhadap sosoknya yang kini meninggalkan petilasannya di wilayah Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang. Berikut informasinya
Di paruh abad ke-19, Nyi Mas Gamparan begitu disegani oleh masyarakat karena keberaniannya melawan Belanda.
Ia melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur bangsa Eropa, salah satunya dengan mengacaukan program tanam paksa.
Ia tak ingin warga Banten diremehkan oleh bangsa asing, terlebih kesewenang-wenangan Belanda yang menyiksa masyarakat Banten.
Mengutip unggahan Facebook Gun Romli, Nyi Mas Gamparan menjadi terkenal setelah memimpin 30 perempuan dalam pertempuran Cikande pada 1829-1830.
Perang Cikande ialah keinginan Nyimas Gamparan dan segenap masyarakat Banten melawan cultuurstelsel atau tanam paksa yang diterapkan oleh Gubernur Jenderal van den Bosch.
Nyimas Gamparan pun dengan gagah memimpin puluhan pendekar wanita untuk melawan Belanda dan berhasil membuat pasukan VOC kewalahan dan mengalami kerugian.
Dalam papan keterangan yang terdapat di situs Nyi Mas Gamparan, tertulis bahwa sosok tersebut melawan kedatangan Belanda di Banten.
Nyi Mas Gamparan saat itu juga memimpin penyerangan di dua tempat yakni Kabupaten Pandeglang dan Rangkasbitung di Lebak.
“Tahun 1836 Nyi Mas Gamparan memimpin pemberontakan terhadap kolonial Belanda di daerah Pandeglang dan Rangkasbitung. Meskipun pemberontakan dapat dipadamkan, namun banyak pejuang kita yang melarikan diri,” tulis keterangan di papan yang terdapat pada situs Nyi Mas Gamparan.
Merujuk Jurnal Candrasangkala, Nyi Mas Gamparan menjadi panglima perang Banten yang sulit untuk ditaklukan Belanda.
Pasalnya, perempuan pemberani itu mampu menyamar dan melakukan gerilya yang tidak diketahui penjajah.
Ia banyak melakukan penyerangan dari balik hutan, dan bersembunyi di pedalaman Banten.
Salah satu tempat yang diyakini sebagai lokasi persembunyiannya di masa perlawanan adalah kawasan Kubang, Sukamulya.
Konon, ketika pejuang bersembunyi di sini akan sulit dilacak keberadaannya.
Sayangnya perlawanannya harus jatuh oleh petinggi kewilayahan di wilayah Bogor bernama Raden Tumenggung Kartanata Nagara.
Ketika itu, demang yang berkuasa di daerah Jasingan tersebut diiming-imingi kekuasaan oleh Belanda, namun dengan syarat harus menjatuhkan Nyi Mas Gamparan.
Karena tergiur, Raden Tumenggung Kartanata Nagara, disebut berhasil mengalahkan Nyi Mas Gamparan bersama 30-an milisi perempuan di akhir tahun 1800-an.
Mengutip tanjungsari-pabuaran.desa.id, sepeninggal Nyi Mas Gamparan, terdapat lokasi yang dikenal sebagai petilasannya di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran.
Di sana merupakan situs yang terdiri dari beberapa tempat, mulai dari Gong Suprayoga, Gambang Caning dan sumur peninggalan bernama Ciwasiat.
Lokasi ini ramai didatangi peziarah maupun pegiat sejarah saat hari libur, termasuk Sabtu dan Minggu.
Kisah sedih para tahanan wanita asal Belanda usai tentara Jepang berhasil menguasai Nusantara.
Baca SelengkapnyaPria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.
Baca SelengkapnyaBulan lalu, aktivis sayap kanan Belanda melakukan pembakaran Alquran.
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat menganggap sosoknya seperti "damar" atau lentera yang menerangi dalam gelap
Baca SelengkapnyaMomen ini jadi yang langka di msasa penjajahan Belanda. Terlebih saat itu situasi politik tengah memanas
Baca SelengkapnyaDalam setiap ceramah dan khotbahnya, ia selalu menentang kebijakan politik Belanda.
Baca SelengkapnyaPanglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan wanita berdarah Minang ini berjuang di garda terdepan melawan dan menentang sistem kolonialisme Belanda.
Baca SelengkapnyaAtas jasa serta perjuangannya, namanya kini diabadikan menjadi nama sebuah ruas jalan yang ada di Jakarta.
Baca Selengkapnya