Fakta-Fakta Hantu Sandekala dalam Mitos Sunda, Dikenal Suka Menculik Anak Kecil dan Jadi Pertanda Waktu Tidak Baik untuk Keluar Rumah
Bagi masyarakat Sunda, mungkin familier dengan nasihat orang tua yang melarang anaknya bermain saat jam magrib. Di waktu tersebut, akan diceritakan tentang sosok hantu penculik anak-anak bernama Sandekala.
Sandekala merupakan cerita turun-temurun dari para orang tua yang konon menyerupai sosok perempuan menyeramkan. Hantu ini digambarkan mirip Wewe Gombel yang bisa menyembunyikan anak-anak ketika tetap bermain saat kumandang azan magrib.
Sebenarnya, sosok ini merupakan mitologi sebagai media komunikasi antara orang tua dengan anak agar melaksanakan ibadah di jam tersebut. Ini sebagai upaya agar anak-anak terhindar dari dampak kesehatan, karena transisi waktu dari siang ke malam.
Sosok Sandekala menjadi mitos turun-temurun yang terus disampaikan sebagai bentuk nasihat kepada para keturunan di bawahnya.
Berikut fakta-fakta tentang hantu Sandekala.
Sembunyikan Anak-Anak di Atas Pohon
Mengutip Instagram Napak Jagat Pasundan, mitos Sandekala mengakar kuat di kalangan masyarakat Jawa Barat.
Banyak yang menceritakan bahwa anak-anak yang tidak pulang saat magrib akan didatangi seorang perempuan paruh baya, dengan rambut yang menjuntai panjang.
Bukan hanya itu. Sosok Sandekala juga digambarkan berwajah hancur, dengan pakaian yang serba hitam dan berukuran besar untuk menyembunyikan anak-anak.
Biasanya, orang tua menceritakan bahwa anak-anak akan dibawa ke pohon besar di kuburan dan dikabarkan tidak bisa pulang lagi. Ini yang membuat anak-anak takut untuk keluar rumah saat azan magrib berkumandang.
berita untuk kamu.
Cerita Rakyat Turu-temurun
Cerita Sandekala biasanya berkembang di wilayah perdesaan, dengan mayoritas wilayahnya masih dipenuhi hutan dan bukit. Subjek lokasi tersebut dikabarkan menjadi sarang dari hantu Sandekala yang turun saat magrib tiba.
Pertandanya akan muncul berupa langit yang tiba-tiba gelap, lalu angin yang bertiup kencang lalu muncul sosok perempuan besar dari kejauhan dengan bayangan hitam.
Sejak pukul 5 sore, orang tua Sunda sudah memanggil anak-anak mereka yang biasanya bermain bola di lapangan desa. Hal ini bertujuan agar anak mau pulang dan bergegas mandi. Orang tua akan menyampaikan cerita Sandekala yang menyeramkan.
Menggambarkan Waktu Magrib
Mengutip penelitian Helmi Awan dari Universitas Komputer Indonesia (Unikom), Sandekala sebenarnya bermakna waktu, bukan sosok. Dalam bahasa Sunda, Sande artinya petang sedangkan Kala artinya waktu.
Waktu magrib merupakan waktu yang buruk untuk keluar rumah, terutama bagi anak-anak. Dalam kepercayaan nenek moyang, di jam tersebut merupakan waktu keluarnya mahluk gaib yang dapat mengganggu manusia.
Itulah mengapa diciptakan mitos Sandekala, agar anak-anak bisa mengikuti orang tuanya beribadah atau berdiam di depan rumah untuk belajar.
Waktu yang Buruk untuk Keluar Rumah
Dalam kepercayaan orang tua Sunda di zaman dulu, Sandekala juga diartikan sebagai waktu terburuk untuk keluar rumah. Larangan ini sebenarnya berlaku termasuk bagi orang dewasa.
Penyebab terciptanya mitos Sandekala karena di jam ini terjadi peralihan antara siang ke malam. Matahari yang sebelumnya menyinari dunia, kemudian perlahan berganti menjadi redup yang membawa keseimbangan buruk untuk kesehatan tubuh manusia.
Ini juga terkait perintah agama Islam, yang meminta para orang tua agar mendoakan anak-anak mereka di waktu petang.
Sampai saat ini, mitos hantu Sandekala masih dipercaya bagi banyak orang untuk menasehati anak-anak mereka agar tidak keluar di waktu maghrib. Agar terhindar dari marabahaya, anak-anak kemudian diminta untuk menjalankan salat dan membaca kitab suci Al Quran.
- Nurul Diva Kautsar
Mengungkap mitos dan fakta seputar lalat, serangga umum yang sering mengganggu rumah tangga.
Baca SelengkapnyaTerdapat beberapa mitos orang hamil yang masih sering dipercaya.
Baca SelengkapnyaBunga kantil kerap dianggap sebagai bunga yang sangat disukai makhluk halus.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Warga heran keluarga tersebut nekat melintas di jalan tersebut
Baca SelengkapnyaPolisi masih menyelidiki penyebab pelaku tega membunuh ibu kandungnya.
Baca SelengkapnyaGunung yang berada di Kabupaten Tanah Datar ini dulunya jadi salah satu gunung aktif dan memiliki kaldera yang begitu besar.
Baca SelengkapnyaPolisi telah memeriksa lima saksi dalam kasus pembacokan
Baca SelengkapnyaMitos hamil anak ke 3 dinilai lebih sulit dari kehamilan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPamali sudah dipegang sebagai kebiasaan dari nenek moyang, terutama di masyarakat Sunda, dalam menerapkan batasan di kehidupan.
Baca Selengkapnya