Ketika Terasi Udang Bikin Cirebon Merdeka, Begini Kisahnya
Dahulu terasi udang bikin Cirebon merdeka dari Kerajaan Pajajaran. Begini kisahnya.
Dahulu terasi udang bikin Cirebon merdeka dari Kerajaan Pajajaran. Begini kisahnya.
Cirebon selama ini dikenal sebagai kota udang karena berada di wilayah pesisir dengan hasil tangkapan utama udang laut. Udang bisa diolah menjadi banyak bahan makanan, salah satunya terasi.
Di masa silam, terasi menjadi pendongkrak ekonomi Cirebon karena dicari oleh para pemburu rempah. Saking melimpahnya, terasi juga sampai dijadikan upeti untuk menunjang kerajaan Pajajaran.
Namun siapa sangka jika terasi mampu membuat wilayah ini merdeka di masa silam? Kejadian unik berlangsung saat Cirebon masih di bawah kekuasaan kerajaan Pajajaran lewat pemimpinnya Sri Baduga Maha Raja Prabu Siliwangi.
Berikut kisah selengkapnya, Cirebon yang berhasil merdeka berkat terasi udang.
Kembali ke tahun 1415, di mana wilayah Cirebon masih di bawah pimpinan kerajaan Pajajaran. Kala itu wilayah ini jadi salah satu sentra ekonomi bagi ibu kota Pajajaran yakni Pakuan. Pelabuhan menjadi gerbang perdagangan, bahkan dengan negara-negara Asia dan Eropa dengan komoditas utamanya ikan dan rempah.
Setelah wilayah yang dulunya sebagai kerajaan Singapura (bukan Singapura negara) itu berubah menjadi padukuhan Cirebon. Sang pemimpin bernama Pangeran Cakrabuana lantas menjadi pencari udang dan mengolahnya menjadi terasi.
Lambat laun wilayah Cirebon menjadi tujuan para pencari terasi, hingga perekonomiannya terus meningkat. Karena kepandaiannya ini memberdayakan potensi sumber daya alam perikanan, Pangeran Cakrabuana dihadiahi gelar Tumenggung oleh Kerajaan Pajajaran.
Setelah dihadiahi gelar, Pangeran Cakrabuana pun diminta untuk menyerahkan terasi dalam jumlah besar kepada kerajaan Pajajaran sebagai upeti.
Upeti ini diberikan secara terus menerus, dan cukup mencekik rakyat.
Mengutip Liputan6, upeti terasi udang dari Cirebon ini kemudian dikirim ke Desa Balerante, Kecamatan Palimanan.
Selanjutnya terasi diangkut menuju Rajagaluh hingga diteruskan ke Bogor sebagai ibu kota Pakuan Pajajaran.
Konon pada saat itu, terasi buatan Pangeran Cakrabuana terkenal harum dan lezat. Rasa gurihnya juga kuat, terutama setelah diolah menjadi makanan.
Singkat cerita, karena usianya yang kian tua, dan suksesnya sang keponakan yang bernama Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dalam menimba ilmu keislaman dan kepemimpinan, maka dilantiklah Syarif Hidayatullah sebagai raja Cirebon.
Kondisi ini membuat Raja Pajajaran bertanya-tanya, hingga mengirim utusan ke Cirebon. Pasukan ini dipimpin oleh Tumenggung Jagabayan untuk menyelidiki mengapa Cirebon sudah tak mengirim upeti dan melantik Syarif Hidayatullah secara sepihak.
Saat itu terjadi dialog yang cukup alot terkait pemutusan upeti. Usut punya usut, Syarif Hidayatullah peduli terhadap rakyatnya yang belum sejahtera. Ini karena upeti tidak dibayar, alias kerajaan Pakuan Pajajaran mendapatkannya secara gratis. Padahal terasi jadi pemasukan ekonomi yang amat besar bagi kota di pesisir utara Jawa Barat tersebut.
Setelah dialog, keempat puluh pasukan pun menyatakan setuju dan kagum terhadap alasan tersebut.
Mereka kemudian memilih masuk Islam. Hal yang sama juga terjadi saat datangnya utusan yang kedua pimpinan Tumenggung Jagasatru.
Karena dijelaskan secara enak dan masuk akal, maka rombongan tersebut juga kembali menyatakan untuk masuk Islam. Akhirnya, Cirebon pun berhasil berdaulat dengan terasi udangnya yang bikin kerajaan Pajajaran ketagihan hingga kerepotan saat pengiriman dalam bentuk upeti harus dihentikan.
Ini bisa membuktikan bahwa Cirebon bisa mandiri berkat terasi udang yang bikin Cirebon mandiri, sehingga tidak perlu bergantung kepada kerajaan Pakuan Pajajaran.
"Sejak saat itu terasi olahan Pangeran Cakrabuana sangat dikenal dan mampu membawa nama Cirebon diangkat menjadi Ketumenggungan oleh kerajaan Pajajaran," sebut almarhum Filolog Cirebon, Opan Sapari.
Dalam laman Cirebon Histori disebutkan bahwa kemerdekaan Cirebon dari invasi Kerajaan Pajajaran terjadi pada tanggal 2 April 1482. Dalam catatan Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, faktor lain yang menyebabkan Cirebon ingin lepas karena sulitnya mengislamkan Kerajaan Pajajaran.
Tawaran masuk Islam berulang kali ditolak oleh Raja Prabu Siliwangi. Sejak saat itu, Cirebon akhirnya mengukuhkan diri berdaulat menjadi sebuah kewilayahan yang mampu berdiri di atas kaki sendiri, tanpa bergantung kepada Pajajaran.
Tanggal 2 April kemudian diputuskan menjadi hari jadi Kabupaten Cirebon, dengan berdirinya Kasultanan Cirebon secara resmi.
Wajib dicicipi saat mampir Cirebon dan lihat cara memasaknya yang unik
Baca SelengkapnyaMasjid Kedung Menjangan juga dikenal sebagai masjid merah, selalui Masjid Sang Cipta Rasa yang sudah lebih dulu ada.
Baca SelengkapnyaTerungkap Peran Lima Pelaku Begal Casis Bintara Polri
Baca SelengkapnyaSeorang pria berbaju merah tampak hendak diseruduk kambing putih berkali-kali.
Baca SelengkapnyaDi balik kelezatannya yang menggugah selera, tahu gejrot ternyata punya banyak fakta menarik.
Baca SelengkapnyaIndonesia adalah negara dengan keragaman yang majemuk.
Baca SelengkapnyaCirebon dulunya hanya sebuah musala kecil. Bagaimana kisahnya?
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang cerita lucu masa kecil singkat yang bikin tertawa meski sederhana.
Baca Selengkapnya