Sisi Menarik Jaka Sembung, Tokoh Fiksi Indramayu yang Benci Penjajahan dan Berhasil Kalahkan Ilmu Rawa Rontek
Jaka Sembung jadi tokoh fiksi yang berasal dari Indramayu Jawa Barat. Intip fakta menariknya
Jaka Sembung jadi tokoh fiksi yang berasal dari Indramayu Jawa Barat. Intip fakta menariknya
Pada tahun 1700-an, pasukan kolonial Belanda berhasil menguasai Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Kala itu rakyat dipaksa tunduk terhadap kekuasaan kolonial untuk menyerahkan tanahnya, memberi upeti sampai mengerjakan proyek-proyek strategis pemerintah.
Cara penjajahan ini lantas mendapat penolakan dari banyak pihak dan jawara, salah satunya Jaka Sembung yang lahir dan besar di wilayah Kandanghaur. Sosoknya gagah dan memiliki keberanian yang tinggi untuk melawan kesewenang wenangan Belanda.
Selama melawan kekejaman penjajah, Jaka Sembung banyak mendapat halangan dari jawara dan ahli supranatural setempat yang dibayar. Namun para pengacau dan penghianat bangsa berhasil ia kalahkan, termasuk mereka yang memiliki ilmu Rawa rontek.
Jaka Sembung sendiri menjadi tokoh fiksi yang difilmkan dan menarik perhatian pegiat film internasional karena ciri khasnya.
Berikut ulasan tentang sosok fiksi Jaka Sembung yang populer di era 1980-an.
Mengutip penelitian Rio Tubagus Pratama dari Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) berjudul “Pendekar Jaka Sembung dari Indramayu” tokoh Jaka Sembung yang populer sebagai cerita novel ini sebenarnya merupakan tokoh fiksi karya novelis Djair Warniponakanda.
Ia menciptakan tokoh itu dalam format cerita rakyat yang melawan kesewenang-wenangan penjajah Belanda. Djair sendiri merupakan novelis kelahiran Cirebon, 13 Mei 1945.
Pengambilan latar tempat disesuaikan dengan tanah kelahirannya yakni Cirebon dan wilayah Indramayu. Tepatnya pesisir Eretan, Kecamatan Kandanghaur. Ini yang kemudian turut mengangkat wilayah Kabupaten Indramayu ke ranah yang lebih luas di kala itu.
Jaka Sembung sendiri merupakan nama julukan. Sosok aslinya bernama Parmin yang merupakan pemuda asal Kandanghaur dan mendalami ilmu silat melalui gurunya Ki Sapu Angin.
Parmin lah yang kelak menjadi sosok penentang Belanda, dan melawan pribumi pro penjajah. Ia juga akan meyakinkan masyarakat bahwa kolonialisme merupakan bentuk perbudakan dan akan merugikan kampung ketika sudah berhasil dikuasai.
Dalam kisah Bajing Ireng Maling Budiman yang dibuat oleh Djair, Jaka Sembung sebelumnya sudah merasakan banyak kejanggalan setelah Belanda masuk ke Indramayu. Sebab, tanah-tanah warga banyak yang diakuisisi secara paksa bahkan hingga diberi patok dengan seenaknya.
Ia kemudian marah dan menghancurkan patok-patok serta papan besar yang menjadi penanda bahwa tanah serta sawah warga menjadi milik Belanda.
Bermodalkan golok, Parmin alias Jaka Sembung mematahkan papan dan meminta petani menginjak-injaknya sebagai bentuk dukungan anti kolonialisme.
Jaka Sembung juga digambarkan sebagai sosok jawara yang berbeda dari kebanyakan tokoh serupa. Ia hidup layaknya warga kebanyakan yakni menetap, bekerja sebagai petani, menikah dan menjalankan ibadah kepada Tuhan.
Biasanya, sosok jawara dengan latar penjajahan atau zaman kerajaan akan digambarkan sebagai seseorang yang senang mengembara dan menebarkan kebaikan di banyak tempat.
Jaka Sembung juga dikenal sebagai seseorang yang murah hati dan kerap menolong sesama. Dia juga membantu menyebarkan agama Islam dan mengajak masyarakat untuk memprotes berbabagi kebijakan kepala desa yang dinilai pro Belanda.
Pada 1983, film Jaka Sembung Sang Penakluk dirilis oleh perusahaan Rapi Film. Ketika itu, Parmin yang merupakan tokoh Jaka Sembung dikisahkan berhasil memukul mundur Belanda. Namun ia harus melewati jalan panjang, salah satunya dengan melawan pribumi yang menjadi tangan kanan VOC.
Dalam film yang disutradarai oleh Siswoyo GP dengan pemeran utamanya Barry Prima itu, Jaka Sembung melawan Ki Hitam yang memiliki ilmu Rawa rontek.
Dalam artikel yang ditulis Hafidz Jabarrul Latifh berjudul Ajian Rawa Rontek, ilmu ini merupakan bagian dari supranatural yang akan membawa pemiliknya menuju kehidupan tanpa batas.
Ilmu rawa rontek juga konon bisa menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal, termasuk menyembuhkan luka dari benda tajam dan membuat tubuh kebal.
Dalam film tersebut, Jaka Sembung sempat melakukan perlawanan terhadap Ki Hitam yang pro Belanda. Pertarungan keduanya sengit, karena Ki Hitam tak bisa meninggal walau sudah ditebas tangan dan kakinya hingga putus. Tangan dan kakinya kembali menyatu dengan sendirinya, termasuk bagian kepala yang telah dipenggal Jaka Sembung.
Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
Mengutip ANTARA, Djair selaku pembuat komik Jaka Sembung sempat melayangkan protes terhadap Rapi Film karena mengobrak-abrik naskah karyanya. Di sana, Jaka Sembung digambarkan sebagai sosok yang gondrong dan tampan. Ini berbeda dengan sosok asli Parmin yang berambut pendek dan berkulit hitam. Namun akhirnya film tersebut justru sukses dan mengangkat para pemerannya.
Fakta Burung kedasih isi burung licik ini menarik untuk disimak. Salah satunya, ia tidak membuat sarang untuk mengerami telurnya.
Baca SelengkapnyaDi bagian barat Pulau Sumatra, tepatnya di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, terdapat danau yang tak kalah indahnya untuk dikunjungi, yaitu Danau Maninjau
Baca SelengkapnyaKue yang mirip dengan bolu ini merupakan salah satu makanan khas Aceh yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Baca SelengkapnyaInilah Fakta Unik Asri Welas, Masih Ada Keturunan dari Pangeran Diponegoro. Yuk, Intip Faktanya!
Baca SelengkapnyaDN gelap mata mengetahui mantan istrinya AG (24) akan menikah lagi. Dia menikami wanita itu hingga terluka parah sedangkan calon suaminya FR (30) tewas.
Baca SelengkapnyaIsinya bisa seputar lika-liku kehidupan hingga cinta yang dibahas dengan cara menggelitik.
Baca SelengkapnyaFakta menarik dunia, salah satunya ada di Indonesia.
Baca SelengkapnyaCak Imin berziarah ke makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaTato ini dikabarkan jadi tato tertua di dunia loh! Ini motif dan maknanya.
Baca Selengkapnya