Warga Badui Tolak Bantuan Sosial Covid-19 dari Pemerintah, Ini Alasannya
Merdeka.com - Masyarakat adat Kanekes, Badui di kawasan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menolak akan adanya penyaluran dana sosial dari pemerintah, baik bantuan sosial tunai (BST) maupun bantuan langsung tunai (BLT) bagi warga terdampak Covid-19 di wilayah tersebut.
"Kami menolak penyaluran BST maupun BLT itu," kata Jaro Saija, Tetua Adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Kamis.
Tidak Merata
-
Kenapa Bansos diberikan? Tujuan dari program ini adalah untuk membantu meringankan beban ekonomi bagi masyarakat yang kurang mampu, terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan.
-
Kenapa warga Baduy menolak dirujuk ke rumah sakit? Mereka menolak dirujuk ke RSUD Banten dengan berbagai alasan. Salah satunya karena takut mengeluarkan biaya perawatan medis cukup besar, karena mereka tidak memiliki BPJS Kesehatan.Alasan lainnya, takut terlalu lama menjalani perawatan medis di RSUD Banten. Apalagi, mereka biasanya lebih pada pengobatan tradisi ritual Kawalu.
-
Mengapa warga Baduy menolak kehadiran teknologi? Terdapat dua kebudayaan di sana, yakni Baduy Luar yang masih terbuka dengan teknologi dan Baduy Dalam yang benar-benar menolak kehadiran teknologi. Bagi yang melanggar, warga setempat akan diusir oleh Jaro atau sesepuh kampung.
-
Kenapa orang-orang di Sumatera Utara melakukan boikot? Seruan untuk memboikot produk-produk yang berafiliasi atau mendukung Israel akhir-akhir ini ramai di media sosial. Hal ini sebagai bentuk protes terhadap Israel yang terus melancarkan serangan terhadap warga Palestina.
-
Bagaimana cara pemerintah bagikan bansos? Menko PMK juga menyarankan Kemensos memberikan pembinaan untuk korban judi online yang mengalami gangguan psikososial.
-
Apa itu Bansos PKH? Berbagai jenis bantuan sosial, seperti Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan Program Keluarga Harapan (PKH), akan tetap dilanjutkan.
©REUTERS/Willy Kurniawan
Menurut Saija, dilansir dari laman ANTARA, alasan penolakan tersebut karena dana yang dibagikan tidak sesuai dengan jumlah masyarakat yang berada di wilayah tersebut. Saat ini jumlah warga di Badui telah mencapai 14.600 jiwa dan 4.320 kepala keluarga (KK), dan telah tersebar di total 68 Kampung, baik Badui Luar maupun Badui Dalam.
Selain itu, dana yang disumbangkan oleh pemerintah juga nantinya akan melalui dana desa, sedangkan pemerintahan desa di wilayah tersebut tidak memiliki fasilitas dana tersebut. Sehingga lebih baik warga Badui menolak bantuan dana dari pemerintah pusat maupun daerah.
Telah Disepakati Lembaga Adat
Saija menjelaskan, jika penolakan tersebut telah disepakati oleh lembaga adat setempat, sehingga sudah sesuai dengan hasil musyawarah. Menurutnya, dikhawatirkan akan ada kecemburuan sosial dari tidak meratanya pembagian bantuan sosial Covid-19 tersebut.
"Kami tentu tidak menerima dana sosial itu, karena jumlah warga yang tidak menerima lebih banyak dibandingkan warga yang menerima dana sosial, sehingga tidak menyanggupi bentuk pertanggungjawabannya," ujarnya menjelaskan.
Mematuhi Adat Demi Keharmonisan
©REUTERS/Willy Kurniawan
Sejauh ini, lanjutnya, jika di kawasan palemburan adat Badui belum pernah terjadi konflik yang meresahkan masyarakat disana, pun termasuk terjadinya kriminalitas dan krisis pangan.
Ia menambahkan jika masyarakat Badui merupakan cerminan pribadi yang kuat dengan ketahanan pangan yang dimilikinya. Sehingga lebih baik jika bantuan tersebut disalurkan kepada masyarakat yang lebih membutuhkan di luar sana.
"Kami lebih baik dana sosial akibat dampak COVID-19 itu diberikan ke orang lain saja," katanya
Tanggapan Pemerintah Setempat
Senada dengan Saija, Eka Darma Putra, selaku Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lebak membenarkan terkait penolakan bansos dari para masyarakat Badui tersebut karena masih kuat menerapkan prinsip leluhur.
Ia juga menambahkan jika penolakan bantuan sosial itu telah dilengkapi oleh surat pernyataan dari Kepala Desa Kanekes juga tokoh adat, Badan Perwakilan Desa setempat (BPD), RT dan RW. Sehingga ia menghargai keputusan masyarakat adat Badui.
"Kami menghargai keputusan adat mereka yang menolak menerima dana BLT dan BST," katanya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu korban gigitan ulat berbisa di Kampung Cibogo Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, pada bagian tangan kanananya menghitam dan membusuk.
Baca SelengkapnyaWarga Nagari Air Bangis khawatir Proyek Strategi Nasional (PSN) akan membuat kehidupan mereka terancam.
Baca Selengkapnya"kita sudah dapat SK calon penghuni, sudah dapat nomor unit, terus mau ngapain di pindahkan ke Nagrak? terus kampung susun yang sudah jadi buat apa?”
Baca SelengkapnyaMasyarakat terkini itu sudah cerdas dan pandai memilah dan menjadi wewenang rakyat juga untuk memilih paslon tertentu.
Baca SelengkapnyaSaid Abdullah, menginginkan fenomena bansos di ajang Pemilu ini tidak lagi terjadi.
Baca SelengkapnyaRatusan warga Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, melanjutkan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumbar, Jalan Sudirman, Padang, Rabu (2/8).
Baca SelengkapnyaViral video kericuhan antara anggota Polresta Padang dengan masyarakat Air Bangis dan Pasaman Barat
Baca SelengkapnyaMendagri Tito Karnavian setuju atas usulan penyaluran bantuan sosial dihentikan sementara waktu menjelang pelaksanaan Pilkada 2024 hingga selesai.
Baca SelengkapnyaTPN Ganjar-Mahfud membantah untuk mengusulkan agar penyaluran bantuan sosial (bansos) ditunda.
Baca SelengkapnyaMahkamah Konstitusi memutuskan menolak seluruh eksepsi dari pemohon dan termohon dalam sidang PHPU, Senin (22/4)
Baca SelengkapnyaTeguh mengatakan, penyaluran bansos merupakan titik rawan jika dilakukan pada saat Pilkada.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, pemerintah dipastikan tidak ada mengatur hal itu.
Baca Selengkapnya