Foto di spanduk Agus-Sylvi, 63 petugas PPSU akhirnya batal dipecat
Merdeka.com - Sebanyak 63 petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) atau dikenal dengan pasukan oranye dikenakan sanksi skorsing karena bersikap tidak netral dalam Pilkada DKI Jakarta. Mereka kedapatan ikut kampanye pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu, Agus-Sylvi.
Hari ini, Plt Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono, melakukan tatap muka dengan mereka. Turut hadir Kepala Dinas Kebersihan, Isnawa Adji.
Di awal pertemuan, Isnawa mengaku puluhan anak buahnya itu sempat curhat tentang nasib mereka yang dikenakan sanksi.
-
Siapa yang berpidato di HUT PSI? Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep berpidato pada HUT ke-9 PSI di Stadion Jatidiri, Semarang, Sabtu (9/12).
-
Bagaimana sumpah dan janji PNS atlet bulutangkis Indonesia diambil? Pengambilan sumpah dan janji PNS ini dilakukan sesuai dengan kepercayaan yang dianut masing-masing atlet.
-
Bagaimana PTPS mencegah pelanggaran Pemilu? Untuk mencegah dugaan pelanggaran Pemilu, PTPS harus melakukan pengawasan yang ketat pada setiap tahapan pemungutan suara, termasuk pengawasan terhadap penyelenggaraan pemilu, pemilih, dan tim kampanye.
-
Siapa yang bisa jadi PPPK di Sumut? PPPK adalah kategori pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah dengan kontrak kerja, bukan melalui jalur rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (PNS).
-
Siapa yang menolak menjadi PNS? Samad mengungkapkan bahwasanya sang ibu memintanya menjadi PNS, namun ia menolak.
-
Siapa yang mengeluarkan hukuman PSIS? Hukuman bertanding tanpa penonton dikeluarkan langsung oleh PSSI selaku induk sepak bola Indonesia.
"Banyak yang ngadu sampai nangis-nangis dan bilang kok dampaknya bisa begini sampai diskors," kata Isnawa, di Kantor Dinas Kebersihan, Cililitan, Jakarta Timur, Selasa (13/12).
Setelah itu, giliran Sumarsono mengadakan tanya jawab dengan 63 pekerja PPSU tersebut. Mereka diminta memperkenalkan diri dan ternyata meski kerja di PPSU Kemayoran, tempat tinggal mereka tersebar di beberapa daerah.
"Wah ternyata rumahnya nyebar ya tidak semua di Johor Baru," kata Sumarsono.
Setelah itu, Sumarsono meminta salah satu PPSU menjelaskan kenapa merek di-skors.
"Saya ingin bertanya, satu orang menjelaskan alasan mengapa di-skors? Yang bisa menjawab akan dipekerjakan kembali dengan cepat," kata Sumarsono.
"Saya mewakili teman-teman pasukan orange kecamatan Johor Baru kita tau kita melakukan kesalahan dengan foto pasangan calon nomor urut satu," kata salah satu PPSU.
Dikatakan dia, pria yang memotret mereka semula berjanji tidak akan menyebarluaskan. Namun ternyata ramai di media, hingga mereka di-skors.
Mendengar penjelasan itu, Sumarsono kemudian bertanya siapa saja yang masih ingin bekerja, semua langsung mengacungkan jari.
"Sesungguhnya kami sangat setia kepada dinas kebersihan. Dari awal sampai saat ini kita tetap setia," kata salah satu pasukan orange.
Kemudian Sumarsono menanyakan masa kerja setiap pasukan. Paling lama ada yang sudah 10 tahun dan minimal baru dua tahun.
"Saya kira yang penting pemahaman yang pertama skorsing ini sesuai UU No 10 Tahun 2016 yang tegas dan penugasan saya sebagai Plt Gubernur," kata Sumarsono.
Ditegaskannya, hukuman ini bentuk ketegasan agar PNS tak berpartisipasi dalam pilkada DKI 2017 mendatang. Terkait yang dilakukan PPSU, sebenarnya tak etis apalagi terlihat mereka tidak tertekan. Padahal jelas-jelas tidak boleh.
"Hukumannya pemecatan dan pemberhentian termasuk PNS dan orang yang bekerja dan dibiayai oleh APBD. Termasuk pasukan orange karena di dada kiri dan tangan kiri ada simbol pemda. Berarti anda juga unsur pemda dan berarti harus netral. Apalagi sampai difoto selfie dan terlihat seneng difoto, harusnya diberhentikan. Tapi saya punya hati," ungkapnya.
Akhirnya dengan beberapa pertimbangan, Sumarsono memutuskan untuk tidak sampai memberhentikan pasukan orange.
"Ini yang bujang cuma dua orang yang lain udah nikah punya beban nafkah, makanya ya sudah tidak sampai diberhentikan," jelasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keputusan itu diambil setelah dilakukan rapat pleno yang dilakukan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Garut.
Baca SelengkapnyaBasuki menekankan bahwa dia tidak akan memberikan arahan para PNS di kementeriannya untuk memilih pasangan calon tertentu.
Baca SelengkapnyaViral video Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Boyolali mengaku diperintah untuk memenangkan PDIP dan Ganjar.
Baca SelengkapnyaKepastian tidak ditemukan pelanggaran Pemilu setelah Bawaslu memeriksa 11 ASN, Bank BJB dan Penjabat (Pj) Wali Kota Bekasi.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Jamin Prajurit Netral walaupun Presiden Jokowi Berkampanye
Baca SelengkapnyaPPP mengingatkan, aparat yang tidak netral atau memihak salah satu paslon pemilu akan memancing kerusuhan atau gesekan di masyarakat.
Baca SelengkapnyaPadahal spanduk itu hanya bertuliskan ‘Selamat Ngubek Empang, Biar Pada Senang’.
Baca SelengkapnyaMomen foto Presiden Jokowi yang tidak terpajang itu diketahui saat Edy Rahmayadi mengembalikan berkas formulir pendaftaran bacalon gubernur untuk Pilkada 2024.
Baca SelengkapnyaBerbagai atribut kampanye yang bertebaran dan menyebabkan pemandangan kota terlihat kumuh akhirnya mukai ditertibkan.
Baca SelengkapnyaWanita tersebut bernama Helmi Herawati yang kini tak lagi sedih
Baca SelengkapnyaPolda Jabar merespons pernyataan anggota DPR RI Fraksi PDIP, Safaruddin yang menyebut ada polisi yang diduga memasang baliho PSI di daerah Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaKementerian ESDM tidak akan mentoleransi PNS yang aktif berpolitik mendukung salah satu calon presiden atau wakil presiden 2024.
Baca Selengkapnya