Ini modus dokter RS Harapan Bunda beri vaksin palsu ke pasien
Merdeka.com - Dunia kesehatan di Tanah Air sedang dihebohkan dengan kasus peredaran vaksin palsu. Fakta ini bermula dari pengumuman Kementerian Kesehatan yang mengungkap 14 fasilitas kesehatan yang menyediakan vaksin palsu kepada pasien.
Dari 14 fasilitas kesehatan yang diungkap, salah satu yang tercantum adalah nama Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta Timur. Pasien dan warga yang memvaksin anaknya ke rumah sakit tersebut juga sempat melakukan aksi dengan menggeruduk rumah sakit tersebut. Mereka minta pertanggungjawaban.
Pihak rumah sakit menyebut peredaran vaksin palsu di lingkungannya di lakukan oleh dan melalui jalur tak resmi. Masuknya vaksin palsu melalui dokter berinisial I dan perawat berinisial I diklaim tidak diketahui pihak rumah sakit.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
Seorang warga, Sulistiowati (42), berbagi cerita soal modus yang dilakukan dokter dan perawat di rumah sakit itu saat melancarkan aksinya.
Kejadian itu bermula saat Sulis memvaksin anaknya yang berusia 7 bulan di rumah sakit tersebut pada 18 Juni 2016. Saat itu, anaknya diberi vaksin polio oleh Dokter berinisial H dan suster A.
Setelah vaksinasi selesai, Sulis digiring oleh suster A ke sebuah ruangan dan suster itu langsung menadahkan tangan meminta bayaran. Di sana, Sulis mengaku diminta membayar biaya vaksin secara cash kepada suster A dan bukan melalui jalur resmi.
Sulis heran dan bertanya mengapa membayar tidak melalui kasir, lalu suster tersebut menjawab vaksin yang diberikan kepada anaknya adalah stok pribadi dokter. Biaya yang harus dibayar untuk sekali vaksin cukup variatif, mulai dari Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta.
"Waktu awal itu, dokter mereka punya asisten, saya tanya 'berapa ya dok?' lalu saya digiring ke ruang kosong. Saya diminta bayar cash, saya kasih cash. Saya tanya 'kuitansi mana?', suster itu menjawab 'ini pribadi punya stok pribadi dokter, sini bu bayar sama saya saja'. Bayarnya variatif ada yang Rp 750 ribu, Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta," cerita Sulis kepada merdeka.com pekan ini, Jakarta, Minggu (17/7).
Kemudian, setelah melakukan pembayaran secara pribadi, lanjut Sulis, suster A juga memintanya untuk tidak memberitahu kasir bahwa ada biaya vaksin polio. Sulis mengaku hanya diminta membayar biaya konsultasi dokter sebesar Rp 175 ribu.
Menurutnya, kejanggalan lain adalah pada kuitansi polio yang seharusnya diberikan kepada pasien tidak diberikan dan dicoret-coret.
"Bu, jangan bilang ya kalau ibu vaksin ini (vaksin polio) Rp 50 ribu. Ibu bayar tindakan saja sebesar Rp 175 ribu. Jadi hanya dikasih kuitansi pembayaran konsultasi. Oh gitu, iya, 'jangan bilang sama kasir, kalau saya dikasih vaksin polio'. Kuitansi polio dicoret-coret pada tulisan polionya," terangnya.
(mdk/sho)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setelahnya KPK baru bisa menyelidiki dugaan klaim fiktif di kasus tersebut.
Baca SelengkapnyaKPK menduga oknum dokter atau mantan dokter di rumah sakit dan manajemen ikut bermain dalam praktik korupsi ini.
Baca SelengkapnyaPihak BPJS berupaya melakukan tuntutan perdata terhadap managemen rumah sakit untuk segera mengembalikan dana kerugian tersebut.
Baca SelengkapnyaMengetahui masalah tersebut, Pahala Nainggolan tak segan-segan menempuh jalur hukum
Baca SelengkapnyaKemenkes tidak pernah menerbitkan surat undangan Sosialisasi SE Rekrutmen Bantuan Biaya Fellowship Dokter Spesialis
Baca SelengkapnyaMasyarakat diimbau agar tidak mudah percaya dan tetap tenang dengan berbagai modus yang terjadi mengatasnamakan BPJS Kesehatan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus waspada dengan adanya praktik dokter gadungan.
Baca SelengkapnyaMengimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati
Baca SelengkapnyaAksi dokter gadungan bernama Susanto ini diketahui telah terjadi selama bertahun-tahun.
Baca SelengkapnyaPasien tersebut mengaku diminta menebus obat dan alat untuk bayinya padahal sudah memakai BPJS Kesehatan.
Baca SelengkapnyaTiga rumah sakit itu berada di Sumatera Utara dan Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPolisi berhasil menetapkan seorang tersangka berinisial HC.
Baca Selengkapnya