Kinerja DKI jeblok, Menteri Yuddy anggap wajar Ahok marah-marah
Merdeka.com - Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) melakukan evaluasi kinerja kementerian/lembaga dan pemerintah daerah tahun 2015. Dalam laporannya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah kendali Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendapat peringkat CC dan berada di urutan 18 dari 34 pemerintah provinsi dalam hal akuntabilitas kinerja.
Menteri PANRB, Yuddy Chrisnandi mengatakan, berkaca dari hasil evaluasi, dirinya memaklumi apabila Ahok selalu terlihat marah apabila berurusan dengan birokrasi di internal pemerintahannya. Apalagi melihat kinerja anak buahnya yang masih kurang memuaskan.
"Lihat saja Pak Ahok marah-marah terus. Kalau sebut birokrasi, wah sudah marah-marah Pak Ahok. Artinya Ahok sendiri belum puas dengan kinerja birokrasinya," kata Yuddy di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (15/12).
-
Kenapa Ahok prihatin dengan korupsi? Ahok pun merasa prihatin dengan nasib generasi muda di masa mendatang.
-
Siapa yang setuju dengan Ahok tentang korupsi? Perbincangan kedua tokoh tersebut turut menuai beragam tanggapan dari publik.
-
Siapa ayah Ahok? Diketahui, pria kecil ini merupakan anak dari Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsing keturunan Tionghoa .
-
Apa yang membuat Ahok heran tentang koruptor? Dia menyoroti hukum dan sanksi para koruptor. Saking lemahnya hukum, Ahok heran melihat bekas tahanan koruptor yang justru semakin kaya. Beberapa di antaranya bahkan tak segan pamer kekayaan.
-
Kenapa Ahok ingin jadi pejabat? Pesan Sang Ayah Pengalaman sering diperas oknum pejabat membuatnya terobsesi ingin menjadi pejabat. Ditambah pesan dari sang ayah sebelum meninggal. Pesan ini juga mendorongnya untuk jadi pejabat yang jujur dan membawa perubahan positif.
-
Kenapa Ahok memegang Yosafat? Ahok lalu memegang Yosafat agar tidak ikut meniup lilin ulang tahun adiknya.
Diakui Yuddy bahwa dirinya melihat ada perbaikan birokrasi di Pemprov DKI Jakarta semenjak Ahok menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, namun perbaikan itu masih belum signifikan. Penilaian ini bisa menjadi alasan bagi Ahok untuk tidak memberikan peningkatan tunjangan bagi aparatur sipilnya.
"DKI sebenarnya meningkat, karena sebelumnya C, bukan enggak ada masalah, tapi belum begitu memuaskan. Tunjangan kinerjanya juga belum perlu dinaikkan. Hasil kerja birokrasinya belum memuaskan," jelas Yuddy.
Yuddy menambahkan, aparatur sipil di Jakarta saat ini sudah mendapat tunjangan dengan nilai tinggi. Sebagai contoh, seorang camat bisa mendapat tunjangan Rp 22 juta per bulan.
"Wajar saja, gubernur dan masyarakat tuntut mereka itu kinerjanya lebih tinggi dibanding yang lain," tutup Yuddy.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mantan Gubernur DKI Basuki T Purnama bercerita saat ditahan kasus penistaan agama.
Baca SelengkapnyaSyafrin menyebut, laporan dari masyarakat terhadap keberadaan jukir liar sangat diperlukan.
Baca SelengkapnyaSaking lemahnya hukum, Ahok heran melihat bekas tahanan koruptor yang justru semakin kaya.
Baca SelengkapnyaAHY menyinggung IKN yang dikhawatirkan mangkrak hingga rakyat menderita.
Baca SelengkapnyaPj Gubernur DKI Heru Budi dinilai gugup memimpin Ibu Kota.
Baca SelengkapnyaAHY menilai sembilan tahun terakhir ekonomi alami sejumlah kemandekan dan kemunduran serius
Baca SelengkapnyaGibran menganggap kritikan dari Ahok merupakan hal yang biasa.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Partai Demokrat itu juga mengkritik kondisi utang luar yang terus meroket. Simak selengkapnya!
Baca SelengkapnyaAHY meminta pemerintah untuk fokus pada pembenahan ekonomi masyarakat lebih dulu.
Baca SelengkapnyaTKN Prabowo-Gibran membela Presiden Jokowi yang disebut Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak bisa bekerja.
Baca SelengkapnyaSikap Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terhadap pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, berubah setelah masuk dalam Kabinet.
Baca SelengkapnyaAHY mengatakan proyek IKN jangan selamanya dijadikan patokan untuk menampilkan sebuah warisan pemerintahan Jokowi
Baca Selengkapnya