Momen-momen Ahok merasa dizalimi dan difitnah
Merdeka.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok cukup sering curhat di depan publik karena merasa dizalimi dan difitnah oleh orang-orang yang dianggapnya ingin menjatuhkannya. Dia merasa setiap kebijakan dan sikapnya dijadikan bahan oleh orang lain untuk memfitnahnya.
Terbaru, Ahok merasa difitnah soal perjanjian dengan pengembang pemegang izin reklamasi. Kebijakan itu dijadikan amunisi untuk menyerangnya. Sebab, kata Ahok, lawan-lawannya sudah tidak bisa lagi menyerangnya dengan kasus RS Sumber Waras.
"Di satu pihak saya bersyukur soal reklamasi, jadi ada 'mainan' baru buat (orang) yang fitnah saya," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (19/5).
-
Siapa yang bisa menjadi korban fitnah? Fitnah adalah salah satu ujian berat yang bisa menimpa siapa saja.
-
Mengapa Jokowi digugat? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
-
Apa kesulitan yang dialami Anang Hermansyah? Setelah berpisah dengan Krisdayanti, Anang Hermansyah mengalami masa sulit. Bersama anak-anaknya, ia tinggal di ruko dan memulai hidup dari awal. Keadaan ini terpaksa karena tidak ada tempat tinggal lain dan uang yang tersisa juga sedikit.
-
Siapa yang menggugat Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI)
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang pantas disindir? Mantan yang berusaha balikan adalah seperti burung gagak yang datang hanya untuk menganggu kehidupan.
Mantan Bupati Belitung Timur ini menantang orang yang tidak senang dengan dirinya untuk membuka 'borok'nya. Dia yakin suatu saat nanti lawan-lawannya bakal kehabisan amunisi untuk memfitnahnya.
"Fitnah saja, nanti Anda akan bingung sendiri enggak bisa masuk (fitnahnya). Nanti saya cari lagi mainan baru supaya anda fitnah saya lagi."
Merdeka.com mencatat momen-momen Ahok merasa dizalimi dan difitnah. Berikut paparannya.
Barter Kalijodo dan reklamasi
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, kembali meluapkan kemarahannya karena kabar beredar Pemprov DKI Jakarta dan Podomoro melakukan barter. Barter yang dimaksud untuk kelanjutan proyek reklamasi.
Ahok menegaskan, perjanjian kontribusi tambahan dengan pengembang menggunakan sistem diskresi yang dimuat dalam Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Administrasi Pemerintahan. Dia mengungkapkan, diskresi bisa saja dikeluarkan jika ada kekosongan hukum.
"Kalian mengejar saya dengan menggunakan Undang-undang Diskresi. Padahal ini kesepakatan, kecuali ada pengusaha yang memang menggugat saya," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (19/5).
Dijelaskan dia, saat duduk di Komisi II DPR RI, banyak orang enggan menggunakan diskresi karena takut diduga penyelewengan. Saat itu pula ditambahkan pada UU tersebut bahwa diskresi diperbolehkan asal memberi keuntungan banyak orang.
Dalam proyek reklamasi, dikatakan dia, semua yang dilakukan sepenuhnya untuk masyarakat dan Pemprov DKI Jakarta termasuk peremusan kontribusi tambahan 15 persen.
"Sekarang saya tanya, kalau saya tidak mau merumuskan angka 15 persen, terus saya tanda tangan, memberikan izin kepada mereka, rugi enggak pemda DKI? Saya tanya itu dulu. Itu memfitnah saya dengan menggunakan kata barter," tutup Ahok.
Kasus Sumber Waras
Pemprov DKI Jakarta disebut menunggak Pajak Bumi Bangunan (PBB) terkait proyek pembelian lahan RS Sumber Waras. Dinilai tunggakan pajak tersebut terjadi sampai beberapa bulan.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, menegaskan tudingan itu fitnah. "Itu enggak mungkin, lu enggak mungkin transaksi, itu UU Notaris dan PPAT (pejabat pembuat akta tanah). Jadi orang jangan fitnah sembarangan, saya sebenarnya udah enggak mau ngomong, itu fitnah sembarangan," ucap Ahok, sapaannya, sambil ngotot di sela peresmian taman anak di Rawa Buaya, Jakarta Barat, Selasa (19/4).
Dia mengklaim, proses jual beli lahan atau bangunan tidak bisa terjadi jika PBB belum lunas. "Jadi kalau sampai itu enggak ada, yang main itu notaris, mungkin enggak? enggak mungkin. Jadi jangan di bolak-balikin," tambahnya.
Penggusuran warga Luar Batang
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, membantah keras pernyataan pengacara sekaligus bakal calon gubernur Yusril Ihza Mahendra yang menyebutnya bakal menggusur Masjid Luar Batang, Jakarta Utara. Dia menegaskan, tak akan menggusur masjid itu, tapi permukiman warga yang ada di sekitar masjid dan menghadap ke laut.
Dia sudah menduga kebijakan ini akan menjadi sebagai senjata untuk menyerang dirinya jelang Pilgub tahun depan. Namun dia menanggapi santai dan menganggap tudingan Yusril sebagai fitnah untuk menjatuhkan kredibilitasnya ketimbang memikirkan program.
"Tapi itu aduh, pilkada ini kadang-kadang, saya kasihan tahu enggak. Jadi, orang mau jadi gubernur, mau nantang saya, harus pikirin program, jangan tiap hari cuma mikir gimana ngalahin Ahok, pakai fitnah-fitnah," kata Ahok di Kantor Pemkot Jakarta Utara, Jakarta, Selasa (29/3).
Ahok berpesan pada siapapun pesaingnya termasuk Yusril, seharusnya fokus menciptakan citra baik dengan program yang baik daripada menjelek-jelekkan calon lain.
"Kalau orang kan ada tulisan bijak gitu ya, ya kalo orang yang bijak itu memperbagus dirinya dong mutunya don bukan jelek-jelek orang, kasihan," tegas mantan politisi Gerindra ini.
Sebelumnya, Ahok mengklaim dirinya berupaya mempercantik masjid itu bukan menggusurnya. Perbaikan pun sudah pernah dilakukan pada 2014 lalu. Pemprov DKI telah memperbaiki sistem penerangan, mengecat di masjid itu. Menurut Ahok, sejak lampu diperbaiki, penerangan menjadi lebih baik bahkan melebihi bangunan lain di sekitarnya.
Bisa beli tentara, polisi dan KPK
Aktivis Ratna Sarumpaet menyebut Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, telah membeli TNI, Polri dan KPK untuk melindunginya selama mimpin. Namun tudingan itu ditanggapi dingin oleh Ahok, sapaan Basuki.
Ahok berterima kasih atas segala tudingan Ratna. "Itu mah saya pikir, saya terima kasih dengan Ratna Sarumpaet ya dia anggap Ahok hebat banget kaya banget," kata Ahok, di acara Kajian Deloitte mengenai Jakarta Smart City dan menjadi panelis acara Seminar Deloitte Infrastructure Week di Ballroom Hotel Grand Hyatt, Senin (14/3).
Buatnya, segala tudingan itu hanya fitnah. Dia menganggap Ratna tak lebih dari omongan kosong yang tak ada isinya.
"Yang kedua saya mau kasihan sama dia, dia menfitnah, dari dulu juga enggak dukung gua, ngoceh-ngoceh doang," sindir Ahok.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ratna yakin tentara, polisi dan KPK bisa dibeli Ahok untuk membekingi dirinya.
"Kita ada di sini dengan niat apa yang harus kita lakukan kepada Ahok yang bisa beli apa saja, tentara, polisi dan terakhir KPK," ungkap Ratna usai menghadiri diskusi publik bertajuk 'Jakarta Tanpa Ahok' di Tebet Timur Dalam No 43 Jakarta Selatan, Jumat (11/3).
Kata dia, saat ini Ahok dikelilingi uang sehingga saat ini masyarakat kecil tidak berdaya melawan pemimpin yang telah membeli aparat untuk menyingkirkan orang-orang yang melawan. Masyarakat kecil yang sedikit ini mau melawan tapi tak ada uang.
"Kita yang kecil ini enggak ada uang untuk melawan Ahok. Saya orang tersinggung ketika rakyat kecil dihinakan. Enggak ada rakyat yang mau miskin," ungkap dia.
Anggaran siluman
Beberapa waktu lalu publik Jakarta dihebohkan dengan temuan anggaran siluman yang disusun DPRD DKI Jakarta. Karena itu Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku sengaja mengunggah RAPBD dan APBD DKI Jakarta ke situs www. jakarta.go.id agar masyarakat bisa mempelajari anggaran DKI yang sebenarnya. Dalam situs resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut, Ahok mengunggah dua versi APBD yakni milik Pemprov DKI dan milik anggota DPRD DKI.
"Sengaja upload, masyarakat sengaja lihat. Masyarakat pelajari APBD kami. Masak di dalam APBD versi DPRD ada Rp 30 miliar bikin buku. Saya nggak begitu bodoh untuk nyusupi ke situ. Ini namanya sudah ada siluman, mau fitnah saya lagi," tutur Ahok di Balai Kota, Jakarta, Selasa (3/3).
Selain memanfaatkan situs resmi Pemprov DKI, Ahok juga menggunakan sistem e-bugeting untuk mengendalikan anggaran.
"Mendagri setuju e-budgeting, mana benar, mana tidak, saya bisa kunci. Kasih tahu saya, kunci, nggak dipakai uangnya. Berapa habis gula pasir, keluar duit gula pasir," ujar Ahok.
Dianggap melawan Islam
Saat masih menjabat sebagai pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Ahok mengungkapkan kekecewaannya terhadap aksi Front Pembela Islam (FPI). Dia menyampaikan hal tersebut di hadapan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Menurutnya, FPI tengah membangun kesan dirinya melawan Islam. Padahal, Ahok mengaku tak demikian. Ahok mengaku hanya berpegang teguh pada konstitusi.
Ahok menilai apa yang dilakukan FPI telah mempermalukan Islam. Terlebih dengan demonstrasi anarkis di depan Gedung DPRD dan Balai Kota DKI Jakarta.
"Saat ini ada yang memfitnah Ahok melawan Islam. Bukan, tapi melawan FPI. Bagi saya ini mempermalukan Islam, dan saya sama sekali enggak mau bernegosiasi dengan dia," kata Ahok saat membuka rapat kerja MUI DKI Jakarta di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (12/11).
Mantan Bupati Belitung Timur ini memiliki alasan kuat mengapa dirinya menilai FPI mempermalukan Islam. Sebab semasa masih di sekolah dasar, Ahok mengaku mendapatkan pendidikan mengenai ajaran agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW itu.
"Karena saya tahu Islam. Saya saat sekolah dulu enggak ada yang seperti itu," tutup Ahok.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mantan Gubernur DKI Basuki T Purnama bercerita saat ditahan kasus penistaan agama.
Baca SelengkapnyaPersoalan di Jakarta menjadi konten perdana yang diunggah Ahok di 2024.
Baca SelengkapnyaNamun baginya, keadilan dan kebenaran lah yang membuatnya tetap pada pendiriannya tersebut.
Baca SelengkapnyaMegawati menyinggung soal Ahok yang merupakan salah satu kader PDIP
Baca SelengkapnyaDi hadapan para pendukung Ganjar-Mahfud di Eropa, Ahok justru menegaskan melawan balik
Baca SelengkapnyaAhok menegaskan ada upaya adu domba dengan memotong ucapanya
Baca SelengkapnyaSyafrin menyebut, laporan dari masyarakat terhadap keberadaan jukir liar sangat diperlukan.
Baca SelengkapnyaTKN Prabowo-Gibran membela Presiden Jokowi yang disebut Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak bisa bekerja.
Baca SelengkapnyaWalaupun keputusan akhirnya tetap akan berada di Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Baca SelengkapnyaAhok mengaku belum menerima pesan WhatsApp dari Cagub Jakarta Ridwan Kamil.
Baca SelengkapnyaMegawati meminta Ahok untuk tidak berkomentar di hadapan media.
Baca SelengkapnyaMenurut Ahok, penertiban jukir liar di Jakarta sulit dilakukan karena adanya pihak lain yang terlibat.
Baca Selengkapnya